DOBO, Siwalimanews – Ruas jalan penghubung Dusun Marbali Desa Wangel tepatnya di Kawasan Tanjung Lampu hingga Batu Kora di Kecamatan PP Aru kini habis terkikis akibat abrasi, bahkan mengalami kerusakan yang fatal dan nyaris kehilangan permukaan jalan hampir 90 persen.

Berdasarkan pantauan Siwalima, Senin, (5/2) terlihat sangat menyedikan kondisi jalan di sepanjang pesisir pantai tersebut yang dulunya menjadi salah satu ikon rekreasi warga Kota Dobo dan sekitarnya, kini hanya tinggal puing-puing talud yang sudah hancur, bahkan ruas jalan pun hampir 90 persen telah hilang.

Namun dengan terpaksa warga harus menempuh jalur tersebut dengan melewati pantai ketika air surut atau semak-semak jika ingin ke Desa Wangel dan sekitarnya.

Kondisi ini sudah pernah ditinjau langsung oleh bupati beberapa tahun silam, namun sampai sekarang tidak ada upaya pencegahan abrasi atau pun perbaikan ruas jalan tersebut.

Kondisi ini diperparah lagi, dimana  BPBD Aru tidak dapat mengembalikan sisa uang negara Rp. 500 juta lebih yang tidak terpakai ketika pekerjaan talud pengaman pantai tahun 2019 yang dianggarkan dari APBN dengan nilai kurang lebih Rp 6,5 miliar.

Baca Juga: Bawaslu Awasi Ketat Distribusi Logistik Pemilu

Hal ini yang mengakibatkan pengusulan demi pengusulan maupun proposal dari Pemkab Aru, cq BPBD selalu dimentahkan.

Kini dengan semakin parahnya kondisi kawasan tersebut.

Beberapa warga di kawasan sekitar  mengaku ketika musim barat tiba kami selalu merasa tidak nyaman, akibat Ari laut meluap bisa mencapai rumah kami.

Selain itu, minimnya pengawasan dinas teknis terkait dengan galian golongan c (pasir pantai), kondisi ini turut berpengaruh terhadap kerusakan ini.

Terpisah, Kepala BPBD Kepulauan Aru, Berthy Imuly terkait dengan sisa setoran ke kas negara tahun 2019 itu sudah realisasi awal Desember 2023 kemarin.

“Dengan demikian kami bisa ajukan proposal ke pusat,” ujarnya.

Sementara terkait dengan kondisi kerusakan sepanjang pesisir tanjung lampu hingga desa Wangel, dirinya mengakui ada dua faktor utama, pertama abrasi akibat tingginya ombak dan angin kencang ketika musim barat, Desember hingga Februari.

dan kedua, masih maraknya penambangan galian c di sekitar pesisir pantai tersebut yang berdampak terjadi kerusakan baik talud pengaman pantai hingga terkikisnya jalan sampai habis.

“Terkait hal tersebut, pemerintah daerah terus mengupayakan pembangunan kembali infrastruktur pengaman pantai tersebut, ujar Imuly.

Walaupun tahun 2020 melalui pembiayaan dari dana Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana tahun 2019 telah dibangun talud pengaman pantai sepanjang 312 meter. Tetapi belum bisa mengcover secara keseluruhan wilayah terdampak.

“Kami berharap dalam tahun ini perbaikan pembangunan kembali talud pengaman pantai sekaligus pembangunan tetrapod pada titik-titik kerusakan dapat menjadi perhatian Pemerintah Pusat juga khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana,” harapan Imuly. (S-11)