SEBAGAI salah satu desa yang tidak terdampak konflik komunal bernuansa SARA di Maluku tahun 1999, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon dapat menjadi rujukan untuk laboratorium umat beragama di Kota Ambon.

Demikian disampaikan Penjabar Walikota Ambon, Bodewin M. Wattimena, Jumat (18/11) di Desa Wayame dalam kegiatan Merawat Perdamaian, yang digelar oleh Pemerintah Desa (Pemdes) setempat melibatkan masyarakat dari komunitas Salam (Islam) dan Sarane (Kristen).

“Untuk laboratorium umat beragama, saya katakan belajar ke Wayame karena masyarakat desa ini mampu menjaga dirinya dari pengaruh konflik dengan membingkai kehidupan ‘orang basudara’ dan ini merupakan hal yang luar biasa sehingga masyarakat harus bangga terhadap hal itu,” kata Penjabat.

Dikatakan Wattimena, dengan adanya kegiatan merawat perdamaian, mesti menjadi momentum bahwa Desa Wayame telah berhasil memiliki ketahanan yang kuat dan tidak tergilas oleh situasi mencekam dan provokasi di sekitarnya, sehingga memang layak menjadi laboratorium kerukunan umat beragama,” terangnya.

Dijelaskan Wattimena, salah satu faktor Wayame tetap aman, adalah peran dari tim 20, yang saat konflik bertugas membantu Pemdes untuk menjaga perdamaian saat itu.

Baca Juga: Seluruh Desa di SBT Segera Nikmati Jaringan 4G

“Kalau hari ini kita lakukan pergantian personol tim 20, itu keharusan karena kita punya batas, sehingga harus dilanjutkan oleh generasi muda, dan inilah Wujud dari kita merawat dan melestarikan perdamaian,” bebernya

Wattimena menandaskan, atas nama Pemkot dirinya menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga Desa Wayame yang telah mengupayakan perdamaian di wilayahnya.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Wayame, Samsudin Menur, mengatakan Kegiatan Merawat Perdamaian, menjadi salah satu cara untuk mengingatkan warga untuk mencintai perdamaian dan menghindari konflik.

“Marilah selesaikan berbagai pertentangan dengan damai, manakala kita hadapai persoalan keamanan mari kita cari solusinya,” kata Kades.

Diakuinya, Desa Wayame akan berperan untuk menciptakan perdamaian, membangun dialog antar agama, serta membagun kebijakan dan strategi dalam penyelesaian masalah internal di desa secara damai dan bermartabat.

“Desa Wayame juga memiliki Tim 20 yang anggotanya terdiri dari dua komunitas agama untuk membantu pemdes dalam menjaga dan merawat perdamaian,” pungkasnya.

Untuk diketahui, turut hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Sekum MPH Sinode GPM, Pendeta Rudi Rahabeat, serta Ketua Komisi Ukuwah Islamiah MUI Maluku, Abdul Halik Umamiti. (S-25)