AMBON, Siwalimanews – Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena menga­ta­kan, momen musyawarah Ikatan Kekeluargaan Hulaliu Haturessy Rakanyawa yang menghadirkan grup ukulele Yanain Voice sebagai bentuk dari dari kearifan  lokal anak negeri Maluku dengan keka­yaan nilai-nilai kehidupan

Hal tersebut mempertaruh­kan dan mempersatukan mas­yarakat Maluku didalam realitas perbe­daannya yang kaya akan meka­nisme lokal sebagai bagian dari kearifan, dan ini akan ada dan terus tumbuh dan berkembang dalam tantangan masa kini.

“Ini bagaimana orang tua-tua kita, leluhur kita bisa membangun kebersamaan hidup sehingga 5 negeri ini bisa hidup laeng tolong laeng, bantu laeng, itu sebe­narnya dari sebuah persau­daraan yang rukun,” ujar walikota dalam sam­-bu­tannya pada kegiatan musya­warah Ikatan Kekeluargaan Hulaliu Haturessy Rakanyawa yang berlangsung di di Ruang Paripurna Utama DPRD Kota Ambon, Belakang Soya, Senin (24/4).

Karena itu, lanjut Wattimena, dalam semangat itu, gesekan-gesekan ataupun hal-hal yang mengancam persekutuan-perse­kutuan dengan mudah diselesai­kan dan mudah dicarikan solusi

“Ini adalah warisan orang tua, para leluhur yang terus kita jaga,”tandas Wattimena.

Baca Juga: Mobil Wakil DPRD SBT Gunakan Nopol Palsu

Sebagai orang Maluku, katanya, tentu mempunyai kearifan lokal, dan ini salah satu realitas sosial yang dapat mempersatukan orang Maluku ketika menghadapi persoalan dan tantangan bersama.

Artinya, ketika satu merasakan dan mengalami sesuatu, baik itu senang maupun susah yang lain, merasakan hal yang sama.

“Saya berharap, acara ini akan menghasilkan hal-hal positif, hal-hal yang baik untuk pengembangan ikatan ini, dan juga dapat membangun Negeri Hulaliu sebagai tempat asal usul basudara sekalian,”ujarnya.

Sementara itu, salah satu peng­-gagas IKHHAR, Jafry Taihuttu mengatakan, istilah mosonipi digunakan lantaran memiliki nilai kultural yang lebih dari pada menggunakan kata musyawarah. “Karena istilah mosonipi itu lebih kultural karena ada nilai adatnya disitu. Ada bagian yang tidak bisa dipisahkan masyarakat,” kata Jafry kepada wartawan.

Dia menjelaskan, khusus di Ambon ada pemuda pelajar dan para orang tua asal Hulaliu yang tergabung dalam paguyuban ini. Mereka tersebar di Kecamatan Nusaniwe, Sirimau, Baguala, dan sekitarnya.

Lanjutnya, tujuan adanya IKHHAR untuk saling menjaga tali silaturahmi antar sesama orang Hulaliu dan Hatuhaha yang didalamnya termasuk Hulaliu sendiri, Kailolo, Kabau, Rohomoni, dan Pelauw.

“Kita hanya ingin menjaga silaturahmi karena  menjaga silaturahmi bagi orang Hulalui, orang  Hatuhaha itu potensi yang tidak bisa dinilai dengan duit. Itu untuk menggerakkan roda membangun di negeri masing-masing yang adalah aset terbesarnya anak negeri di perantauan,” ungkapnya.

Tambahnya, paguyuban serupa juga ada di daerah lain seperti di Makassar dan bahkan ada di Belanda. “Kalau di Makasar itu sudah sejak tahun 1921. Di Belanda ada Persekutuan Anak Hulaliu juga,” tandasnya. (S-25)