AMBON, Siwalimanews – Warga Negeri Watludan Kecamatan TNS, Kabupaten Maluku Tengah melakukan aksi protes atas sikap dari Satgas Covid dan pihak RSUD Masohi.

Aksi protes masyarakat ini dilakukan dengan menutup akses jalan trans Seram, akhirnya arus lulintas yang biasanya dari Kota Masohi ke sejumlah desa di Kabupaten SBB dialihkan ke jalan lain.

Tokoh Pemuda Watludan Albert Amrosila kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Jumat (9/9) menjelaskan, aksi dilakukan masyarakat pada Kamis (8/7) sekitar Pukul 16.00 WIT dilakukan secara spontan sebagai bentuk kekecewaan atas tindakan Satgas Covid-19 Malteng dan pihak RSUD Masohi yg di nilai tidak Profesional dalam tindakan pencegahan dan penanganan pasien yang di duga terkonfirmasi positif Covid-19.

Ia menuturkan, aksi protes ini berawal dimana salah satu warga RT 02, Negeri Watludan berinisial MP (63) pada Minggu (4/7) sekitar pukul 14.00 WIT mengalami sakit yang diduga hipertensi, sehingga tidak sadarkan diri dan keluarga membawanya ke Puskesmas Layeni. “Di puskesmas bapak MP ini sempat di tangani lalu kemudian dirujuk ke RSUD Masohi,” ujarnya.

Baca Juga: DPD Tetap Ingatkan DPR Bahas RUU Provinsi Kepulauan

Setelah tiba di RSUD, pasien ini ditangani oleh dokter dan nakes RSUD, dan tindakan awal yang dilakukan yakni mengambil sempel swab pasein dan hasilnya negatif.

Karena hasil swabnya negatif, maka pasien ditempatkan di ruang IGD layaknya pasien biasa, dan keluarga pasien diijinkan melayani secara normal dan dokter serta nakes pun melakukan pelayanan medis seperti biasa tanpa APD.

Setelah di rawat kurang lebih 4 hari, tepatnya Kamis (8/7) sekitar pukul 05.00 WIT dini hari pasien dinyatakan meninggal dunia. Kemudian dokter dan nakes mengarahkan keluarga untuk melakukan proses persiapan jenazah.

“Jadi karena dijinkan pihak RSUD maka keluarga kemudian memandikan jenazah, mengganti baju sampai dengan membeli peti jenazah dilakukan oleh Keluarga. Sebagian keluarga serta warga Watludan juga sudah lakukan persiapan di rumah duka sekaligus mengali liang kubur di lokasi TPU Negeri Wadludan,” tutur Albert.

Namun, sekitar pukul 09.00 WIT, keluarga almarhum dikejutkan dengan kedatangan Satgas Covid Malteng yang mengkonfirmasi bahwa almarhum meninggal karena Covid, sebagaimana bukti hasil laboratorium tertanggal 6 Juli yg entah di keluarkan oleh instansi, apa sehingga alamrhum harus dimakamkan sesuai prokes Covid di TPU khusus Covid di Gunung Karai.

“Setelah mendengar informasi tersebut, terjadi perdebatan antara keluarga dan satgas, sehingga satgas kembali dan menceritakan peristiwa ini ke anggota satgas lain, tetapi informasi sudah terlanjur beredar di negeri bahwa alrmahum batal dimakamkan di TPU negeri sehingga masyakarat yang tadinya sudah menggali kubur terpaksa di tutup kembali,” ucapnya.

Kemudian sekitar pukul 14.00 WIT, keluarga yang kebetulan masih berada di RSUD karena menunggu peti jenazah yang sementara di pesan, kembali dikejutkan dengan kedatangan tim satgas sekitar 6 orang dengan APD Lengkap.

Namun saat Satgas mengutarakan bahwa, jenazah akan dimakamkan di TPU Gunung Karai sesuai instruksi Bupati, kembali terjadi perdebatan dengan keluarga, akhirnya disepakati almarhum dimakamkan di TPU Negeri Watludan, namun akan dibawa oleh satgas, sehingga masyarakat yang ada di TPU Negeri kembali melakukan penggalian kubur ulang.

“Pasca peristiwa tersebut, muncul isu dan  informasi yg terlanjur beredar cepat di masyakarat Masohi dan sekitarnya bahwa satu pasien yang meninggal karena Covid-19 di RSUD Masohi adalah orang Waipia (Bukan masyakarat Watludan) sehingga muncul opini seolah-olah orang Waipia SU Mati Karena Corna, sedangkan Di Waipia beredar informasi bahwa salah satu warga Watludan meninggal karena Covid, sehingga menimbulkan kepanikan dan serta kemarahan masyarakat di Negeri Watludan,” bebernya.

Ironisnya lagi, sekitar pukul 15.00 WIT Jenazah diantar oleh tim Satgas langsung ke lokasi TPU Negeri, sedangkan keluarga dan sebagian masyakarat sedang menunggu di Rumah duka.

Namun, saat tiba di lokasi satgas tidak mengantar kenazah langsung ke lokasi TPU, namun jenazah diturunkan dipinggir jalan, sedangkan tim satgas yang ditugaskan untuk mengubur jenazah ini llangsing balik ke Masohi.

“Warga lihat jenazah dipinggir jalan akhirnya menandu jenazah almarhum ini ke TPU Negeri untuk dimakamkan. Ini yang jadi tanda tanya bagi warga, kalau benar almarhum covid, kenapa Satgas dengan APD lengkap tidak menguburnya, dan biarkan dipinggir jalan sehingga warga mengangkatnya,” tandas Albert.

Setelah selesai prosesi pemakaman selesai (tanpa Liturgi, hanya doa dan Ibadah singkat), sekitar pukul 16.30 WIT warga dengan spontan langsung melakukan aksi protes sebagai bentuk ketidakpuasan dan kecewaan  terkait tidak profesionalnya Satgas Covid Malteng pihak dan RSUD Masohi terkait pencegahan, penanganan, serta kesimpangsiuran informasi yang terkesan merugikan keluarga, warga Watludan, serta TNS Waipia pada umumnya, termasuk pemulihan nama baik keluarga dan Negeri Wadludan terhadap stikmanisasi yang terlanjur beredar secara cepat di Masohi dan sekitarnya.

Aksi protes tersebut dilakukan dengan cara menutup sementara akses jalan trans seram di 2 lokasi berbeda yaitu di depan SD Kristen Watludan dan  sekitar jalan masuk negeri, akan tetapi akses jalan dan arus transportasi tetap berjalan lancar karena penguna jalan diarahkan melewati jalut Negeri Jerili dan Trana, serta Layeni sehingga tidak ada penumpukan kendaraan di lokasi aksi.

“Aksi tersebut di kawal dan di saksikan oleh aparat Polsek TNS, Koramil TNS, Pemerintah Kecamatan, serta Badan Latupati Kecamatan,” ungkap Albert.

Sekitar Pukul 18.30 WIT Kapolres bersama Direktur RSUD serta Asisten I Setda turun ke lokasi dan melakukan koordinasi dan mediasi dengan warga, proses tersebut dilakukan secara baik, sehingga warga diberikan ruang untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan mereka.

Setelah itu, Kapolres dan Asisten I berjanji akan menindaklanjuti aspirasi tersebut ke Pemkab, termasuk melakukan rapat evaluasi dengan tim Satgas Malteng guna menyampaikan langsung aspirasi dan tuntutan masyakarat.

“Setelah menyampaikan aspirasi dan tuntutan serta mendengar penjelasan dari Kapolres dan Asisten I, sekitar pukul 21.00 WIT akses jalan kembali dibuka seperti sedia kala dan warga membubarkan diri kembali ke rumah masing-masing secara tertib dan aman,” pungkansya. (S-51)