Warga Keluhkan Proyek Jumbo SMI di SBB
PIRU, Siwalimanews – Warga Waesala, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) keluhkan proyek pembangunan jalan Waisala-Seri-Kambelu di Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat yang tidak memiliki saluran pembuangan.
Proyek jumbo di Kabupaten SBB berasal dari dana pinjaman SMI sebesar Rp 11 miliar lebih hingga saat ini tak kunjung selesai dikerjakan.
PT Isoiki Bina Karya selaku pihak kontraktor pelaksanaan pekerjaan jalan ini baru mengerjakan proyek jalan tersebut sepanjang 1 kilometer, itupun jalan yang dihotmix baru sebagian.
Proyek yang ditangani perusahaan lokal asal Kota Piru, mulai dihotmix, Kamis (22/4) dan direncanakan akan diselesaikan pada Jumat (23/4), namun sampai dengan saat ini proyek tersebut baru dikerjakan sebagian, dari ujung Desa Waesala menuju Dusun Alune Ujung, sepanjang 1 kilometer.
Padahal, sesuai laman www. lpse.malukuprov.go.id, proyek yang ditenderkan sejak 5 November 2020 kemarin, sudah harus dikerjakan setelah pengumuman pemenang tender. Sayangnya, sampai dengan pertengahan tahun 2021 proyek ini belum juga rampung.
Baca Juga: Pemkot Ambon Dijatahi 387 Kuota CPNS 2021Tokoh pemuda Waesala Abd. Malik Umasugi mengecam proyek milik Dinas PUPR Maluku yang dikerjakan tanpa ada pengawasan dan sangat merugikan masyarakat.
Menurutnya, poyek jalan tersebut tidak memiliki saluran pembuangan air, hal ini bisa mengakibatkan puluhan rumah warga dan perkantoran pemerintah daerah seperti Puskesmas, Kantor Camat, UPT Pendidikan dan sekolah terancam kebanjiran apabila musim hujan.
“Selaku masyarakat Waesala kami kecewa dan resah atas pembangunan jalan hotmix sepanjang 1 kilometer yang tidak memiliki saluran pembuangan air ke kali. Sebab jalan tersebut ketigian sekitar lutut orang dewasa bahkan pemukiman rumah warga dan perkantoran sangat rendah dari bahu jalan. ini terancam banjir,” jelas tokoh pemuda Waesala Abd. Malik Umasugi kepada Siwalima, Kamis (26/5).
Warga mengancam menuntut PT. Isoiki Bina Karya selaku kontraktor pelaksana proyek ruas jalan Waesala-Alune bertanggungjawab, sebab pekerjaan proyek jumbo SMI senilai Rp 11 miliar itu dikerjakan asal-asalan dan dapat merugikan masyarakat.
Ia juga meminta, DPRD Provinsi Maluku untuk segera melakukan pengawasan membuktikan keluhan masyarakat, karena proyek jumbo SMI yang anggarannya sebesar Rp. 11 miliar itu tidak memliki saluran pembuangan air. “Selaku masyarakat Waesala kami berharap Pemprov untuk melihat persolan ini jangan hanya tinggal diam, karena pembangunan proyek jumbo SMI tersebut sangat meresahkan masyarakat,” harapnya.
Kontraktor Bertanggungjawab
Seperti diberitakan sebelumnya, anggota DPRD Maluku, M Hatta Hehanussa meminta PT Isoiki Bina Karya selaku kontraktor pelaksana proyek ruas jalan Waesala-Seli-Kambelu, untuk bertanggungjawab terkait dengan belum tuntasnya pekerjaan tersebut.
“Memang kita belum melakukan pengawasan di Kabupaten SBB, tapi kita akan lihat kalau memang kenyataannya seperti itu, maka kita minta kontraktor untuk bertanggungjawab,” ancam Hehanussa.
Menurut anggota DPRD asal dapil Kabupaten SBB ini, program pembangunan yang dibiayai APBD dimaksudkan untuk membuka ruang isolasi di tengah-tengah masyarakat, karenanya pihak ketiga dalam hal ini kontraktor harus serius dan taat terhadap kontrak.
“Tidak ada alasan apapun bagi PT Isoiki Bina Karya selaku kontraktor untuk tidak menyelesaikan pekerjaan jika kontrak sudah ditandatangani. “Tidak ada alasan apapun juga kalau kontrak sudah ditandatangani dan tidak selesai tidak ada alasan,” tegasnya.
Senada dengan Hehanussa, anggota DPRD Provinsi Maluku dapil Kabupaten SBB, Samson Atapary juga mengatakan kalau program-program pembangunan ini bertujuan untuk menyelesaikan infrastruktur yang selama ini belum disentuh.
Kabupaten SBB sendiri, kata Samson mendapatkan alokasi untuk ruas jalan Waisala-Kambelu kurang lebih Rp11 miliar, akan tetapi kualitas dari jalan tersebut tidak baik dan belum selesai dikerjakan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
“Ini menjadi catatan sebagai anggota DPRD dapil SBB, kita minta kontraktor segera menyelesaikan karena ini kebutuhan masyarakat,” ujar Samson.
Anggota Fraksi PDIP ini meminta kepada pengawas dari PUPR untuk memeriksa ruas jalan dimaksud, sehingga jika tidak sesuai standar harus diminta pihak ketiga yang mengerjakan untuk selesaikan.
Sebaliknya tambah Samson, bila ada masalah hukum, maka penegak hukum harus masuk mulai dari inspektorat dapat melakukan evaluasi dan BPK juga melakukan pemeriksaan keuangan apakah telah sesuai dengan kontrak.
“Kalau ada pelanggaran hukum mestinya penegak hukum harus masuk untuk mengkoreksi supaya kedepan kontraktor yang tidak profesional harus ditindak kalau tidak masyarakat yang akan dirugikan,” cetusnya.
Tak Selesai
Diberitakan, proyek pembangunan jalan Waisala-Seri-Kambelu di Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat yang menghabiskan dana yang berasal dari dana pinjaman SMI sebesar Rp 11 miliar lebih hingga saat ini tak kunjung selesai dikerjakan.
Pasalnya, PT Isoiki Bina Karya selaku pihak kontraktor pelaksanaan pekerjaan jalan ini baru mengerjakan proyek jalan tersebut sepanjang 1 kilometer, itupun jalan yang dihotmix baru sebagian.
Proyek yang ditangani perusahaan lokal asal Kota Piru, mulai dihotmix, Kamis (22/4) dan direncanakan akan diselesaikan pada Jumat (23/4), namun sampai dengan saat ini proyek tersebut baru dikerjakan sebagian, dari ujung Desa Waesala menuju Dusun Alune Ujung, sepanjang 1 kilometer.
Padahal, sesuai laman www. lpse.malukuprov.go.id, proyek yang ditenderkan sejak 5 November 2020 kemarin, sudah harus dikerjakan setelah pengumuman pemenang tender. Sayangnya, sampai dengan pertengahan tahun 2021 proyek ini belum juga rampung.
Pembangunan jalan ini juga diprotes oleh warga Desa Waesala dikarenakan mereka menilai, proyek ini dikerjakan asal-asalan, sebab kualitas jalannya juga ternyata tidak bagus.
“Proyek ini kontraktornya kerja asal-asalan, karena pada beberapa titik terlihat lapisan hotmix pori porinya sangat terbuka, sehingga kelihatan tak rapih. Kalau seperti ini, usia jalan tidak bakal bertahan lama,” tandas warga setempat kepada Siwalima di Desa Waesala.
Hal ini dikerenakan pelaksanaannya, para pekerja terkesan buru-buru untuk selesai tanpa memikirkan kualitas jalan tersebut. Bahkan, mereka mengerjakannya hingga larut malam, namun menghasilkan kualitas yang buruk.””Kita mau protes dong kerjakan jalan ini secara asal-asalan, tapi kita tidak tahu kontraktor yang kerja jalan ini siapa, sebab papan nama proyek ini saja tidak ada di lokasi,” tandas mereka.
Siwalima mendatangi PT Isoiki Bina Karya tak berhasil menemui direkturnya Uya Rumpuin, lantaran tidak berada di tempat. Rumpuin yang dihubungi melalui telepon selulernyapun tak menjawab panggilan masuk.
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Mujiati Tuanaya yang juga hendak dikonfirmasi Siwalima juga tak berhasil, lantaran tak menjawab panggilan masuk.
Berdasarkan laman www.lpse. malukuprov.go.id, proyek dengan kode tender 14398288, Pembangunan Jalan Waisala-Seri-Kambelu Dimenangkan oleh PT Isoiki Bina Karya dengan harga penawaran Rp. 10.927.658.459,35.
Pemprov Maluku melakukan lelang proyek tersebut dengan harga Rp 11 miliar, namun PT Isoiki Bina Karya hanya menawarkan dengan angka Rp 10.927.658.459,35, dimana hanya terdapat selisih Rp 72 ribu lebih. Kuat dugaan ada kongkalikong dalam proses tender ini, pasalnya dari 10 peserta lelang hanya perusahaan milik Uya Rumpuin saja yang mengajukan penawaran. (S-48)
Tinggalkan Balasan