AMBON, Siwalimanews – Maraknya investasi bodong membuat pemerintah Kota Ambon bergerak cepat melindungi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang ada di Kota Ambon.

Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang investasi, membuat pelaku UMKM mudah terjebak dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan.

Menyingkapi masalah itu Penjabat Walikota Bodewin Wattimena mengakui dengan pesatnya perkembangan teknologi memudahkan pelaku untuk menjerat konsumennya.

“Yang berkaitan dengan usaha termasuk investasi, pasti ada resi­-konya. Pahami betul sehingga tidak terjebak,” tegas walikota saat sha­-ring session perlindungan konsu­men kepada UMKM di salah satu hotel di Kota Ambon, Kamis (3/8).

Menurutnya pelaku UMKM harus dapat mengenal dan memahami serta mengetahui tentang investasi apapun yang ditawarkan.

Baca Juga: Tekan Inflasi, Ribuan Ton Beras Diimpor dari Vietnam

Olehnya itu kegiatan itu penting guna meningkatkan pemahaman tentang apa itu investasi dan bagaimana pelaku UMKM dan masyarakat dapat membedakan mana investasi yang rasional dan bodong.

“Istilahnya, orang yang datang tawar investasi itu hanya deng modal “air liur” saja, banyak yang tertipu, bahkan setingkat doktor, profesor pun tertipu, apalagi lagi cuma kita yang punya modal pas-pasan. Tertipu karena tidak paham,” jelas walikota.

Perlu disadari sungguh, investasi bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang berdampak pada kesejahteraan. Banyak tawaran soal investasi di era digitalisasi saat ini.

Pelaku UMKM juga diminta untuk jadi harus dicermati dengan benar dengan tawaran-tawaran pada pelaku.

Penawaran investasi itu juga harus dipelajari dengan benar. Kalau kita tidak mengerti, kita akan percaya. Jadi harus berpikir rasional mana investasi yang bisa dan yang bodong,” ujarnya.

Dikatakan, bahwa apapun itu yang berkaitan dengan usaha, termasuk investasi, pasti ada resikonya. Untuk itu, harus dipahami betul, sehingga tidak terjebak dalam investasi bodong.

Kegiatan ini penting, untuk itu, ia meminta agar pelaku UMKM dapat menyimak dengan baik sebe­-lum mengambil keputusan. “Jadi disimak dengan baik, agar lebih berhati-hati dengan penawaran yang menjanjikan keuntungan tidak rasional,” tandasnya.

Kecewa Asuransi

Walikota juga menceritakan pe­-ng­alaman pahitnya kepada UMKM terhadap perusahaan asuransi.

“Saya tidak mau sebutkan nama dua asuransi. 15 tahun ikut, kita mau klaim tidak bisa. Saat sakit, tidak bisa dibiayai oleh asuransi itu. Katanya ini penyakit bawahan dan sebagainya, sehingga tidak bisa dibiayai,” ceritanya.

Padahal, ketika petugas asuransi itu menawarkan produk, dari apa yang disampaikan dan dijelaskan, tidak ada yang tidak bisa di klaim pada asuransi tersebut.

“Semuanya bisa, bahkan apa saja bisa diklaim. Faktanya tidak demi­-kian. Kemarin dari Jakarta, ada yang datang menawarkan, lalu mereka bilang nanti bisa arahkan ASN juga untuk ikut, saya bilang tidak bisa,” tegasnya.

“Kalau ada yang datang tawar lagi, saya tidak butuh. Saya minta jelaskan saja mana yang tidak bisa saya klaim dan ternyata banyak, resikonya banyak. Padahal waktu mereka menawarkan, tidak pernah menyampaikan soal resiko itu,” kesalnya. (S-25)