AMBON, Siwalimanews – Universitas Pattimura melakukan penandatanganan MoU dengan Yayasan Fokus Nexus Tiga terkait pengurangan dan penghapusan Merkuri di Provinsi Maluku.

Penandatanganan MoU yang berlangsung di Ruang Rapat Rektor kampus itu dilakukan Rektor Unpatti Fredy Leiwakabessy dan pihak Wakil Ketua Yayasan FNT Yuyun Ismawati Drwiega.

Rektor dalan rilisnya, Kamis (5/9) mengatakan, kerjasama ini bertujuan melakukan pengumpulan sampel dan penyusunan kajian teknis untuk penyusunan rencana aksi daerah pengurangan dan penghapusan Merkuri dii Maluku.

Ia mengaku, Unpatti sudah banyak menjalin kerjasama, baik didalam negeri maupun luar negeri. Baik dengan institusi pemerintah, swasta maupun lainnya.

“Hari ini, mengingat Maluku dengan SDA yang melimpah, seperti emas, nikel dan marmer, namun untuk mengelolanya, belum banyak yang paham apakah pengelolaan itu membawa dampak bagi masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Maka itu diberikan edukasi lewat dukungan berbagai pihak,” tuturnya.

Baca Juga: Fakum Unpatti Lakukan pencanangan Dies Natalis ke-68

Kerjasama ini juga lanjutnya, dalam rangka mengoptimalkan prinsip kemitraan yang saling memberikan manfaat.

“Saya harap, kerjasama ini dapat diimplementasikan bersama, serta dapat mendatangkan hasil yang baik bagi masyarakat,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Yayasan Yuyun Ismawati Drwiega menjelaskan, Nexus Foundation for Environmental, Health, and Development atau Nexus3 Foun­­-dation, bekerja untuk melindungi masyarakat, terutama populasi yang rentan terhadap dampak dari pembangunan bagi kesehatan dan lingkungan masyarakat.

“Nexus3 sendiri bekerja menuju masa depan yang adil, bebas beracun, dan hidup berkelanjutan,” kata Yuyun

Menurutnya, Indonesia merupakan produsen merkuri, sehingga kegiatan tambang emas masih sangat massif.

Dimana, awal tahun 2015 hingga 2016, harga Mercury masih terbilang murah, Rp. 250.000/kilo, sehingga Indonesia masih jadi produsen.

Itu yang membuat kami melakukan studi tentang perdagangan Mercuri di Indonesia, dan kami juga melakukan identifikasi dan mengamati para pedagang. Karena dampaknya, banyak anak yang lahir cacat,”ujarnya.

Dari kasus itu, mendorong pi­-haknya membuat program chime, children’s health interventions in Mercury-polluted environment.

Tujuan keseluruhan program ini, katanya untuk menegakkan hak anak untuk hidup dilingku­ngan yang sehat sekaligus mencegah keracunan mercuri dari kegiatan penambangan emas. “Kami berharap, kerja­sama ini terus berjalan dan implementasinya dapat berdampak bagi masyarakat,” harapnya. (S-25)