AMBON, Siwalimanews – Mahalnya harga tiket pesawat dari dan datang ke Ambon, menjadi penyumbang terbesar tingginya inflasi di Kota Ambon sebesar 13,20 persen.

Hal itu kemudian Badan Pusat Statistik Maluku mencatat Ambon sebagai kota dengan inflasi tertinggi diseluruh Indonesia yakni sebesar 6,10 persen di bulan Juni 2023.

Guna mengatasi masalah itu, sejumlah pihak dipanggil untuk duduk bersama, mencari solusi menekan inflasi seperti Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Ambon, distributor, operator penerbangan sampai kelompok tani.

Rapat koordinasi dipimpin Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena didampingi Staf Ahli Walikota Bidang Pemerintahan dan Politik Pieter Saimima di pusatkan di Ruang Vllisingen, Balai Kota, Kamis (6/7).

Usai rapat walikota kepada wartawan menjelaskan kalau rapat yang digelar lebih fokus menekan harga barang kebutuhan.

Baca Juga: Inflasi Tertinggi di Indonesia , Mendadak Dirjen Otda Tinjau Pasar Mardika

“Tingginya harga harga transportasi udara, tentu kita tidak bisa melakukan intervensi lebih jauh, namun paling tidak, ada momen dimana maskapai melakukan promo,” harap walikota.

Dengan begitu, katanya kenaikan harga tranportasi udara kedepan tidak lagi mendominasi sebagai penyumbang inflasi tertinggi di Kota Ambon.

Selain itu Pemkot Ambon juga melakukan operasi pasar guna menekan tingginya harga kebutuhan seperti beras, gula pasir, terigu, telur ayam di kios pengendali di Pasar Mardika.

Inflasi tertinggi

Diberitakan sebelumnya, inflasi Kota Ambon pada Juni 2023 tercatat tertinggi diseluruh Indonesia yakni sebesar 6,10 persen sementara Kota Tual berada di peringkat lima nasional dengan tingkat inflasi 5,91 persen.

Data BPS Maluku mencatat Juni 2023, dari 90 Kota indeks harga konsumen atau IHK, tercatat seluruh kota IHK menga­lami inflasi year on year (yoy) (Juni 2023 terhadap Juni 2022).

Inflasi yoy tertinggi terjadi di Kota Ambon yang mengalami inflasi yoy sebesar 6,10 persen dengan IHK 118,67 sementara inflasi yoy terendah terjadi di Kota Gunungsitoli yang mengalami inflasi yoy sebesar 1,01 persen dengan IHK 114,79.

Tingginya inflasi di Kota Ambon membuat pemerintah pusat mengutus Staf Ahli Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Emeralda ke Kota Ambon sekaligus meninjau perkembangan harga di Pasar Mardika, Rabu (5/7).

Peninjauan harga barang di Pasar Mardika Staf Ahli Dirjen Otda didampingi Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena bersama sejumlah pimpinan OPD.

Hampir sejam melakukan peninjauan, walikota kepada wartawan menjelaskan kalau kunjungan kerja Staf Ahli Dirjen Otda untuk mengecek harga barang karena tingginya inflasi di Kota Ambon.

“Saya mendampingi ibu Staf Ahli dalam kunjungan ini, tujuannya untuk mengecek inflasi di Kota Ambon,” jelas walikota.

Dalam kunjungan itu dirinya sudah dijelaskan upaya-upaya  penanganan yang telah dilakukan pemerintah mengatasi tingginya inflasi.

Untuk menindaklanjutin itu, pihaknya bersama pemerintah pusat langsung melakukan on the spot ke Pasar Mardika. “Ini untuk melihat dan mengetahui langsung kondisi harga di Pasar Mardika,” jelas walikota.

Pihaknya berharap, kalaupun ada kenaikan harga, itu tidak terlalu mempengaruhi daya beli masyarakat. Selama daya beli masyarakat itu tinggi dan masih ada pada batas kemampuan, maka itu aman. Karena stok bahan pokok, masih terpenuhi semuanya.

“Memang kita berhadapan dengan mekanisme pasar yang tumbuh dengan sendirinya. Artinya ada kelompok pengumpul yang memperpanjang rantai pasokan. Ini nanti kita diskusi, arahan dari ibu Emeralda, nanti kita memperpendek rantai pasok, supaya harga yang sampai ke penjual, itu tidak terlalu tinggi,” jelasnya.

Sementara itu, Staf Ahli Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Emeralda menambahkan tinjauan yang dilakukan untuk membuat prespektif yang lebih lengkap setelah dilakukan pertemuan di Balai Kota bersama walikota.

“Kita sudah berikan informasi terkait langkah-langka yang diambil untuk mengendalikan inflasi yang ada di Kota Ambon,” terangnya.

Peninjauan ini lanjutnya untuk melihat langsung situasi harga, stabilitas harga yang ada di pasar maupun masyarakat, kemudian bisa menilai efektifitas dari kebijakan dan langkah yang dilakukan oleh pemerintah.

“Kesimpulannya, kondisi harga masih bisa terkelola dengan baik Diharapkan dapat membuat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” harapnya. (S-25)