AMBON, Siwalimanews –  Ketersediaan sembako selama pelaksanaan bu­lan suci Ramadhan hing­ga Idul Fitri 1441 H aman.

Kepala Dinas Perdaga­ngan dan Perindustrian (Disperindag) Maluku, Elvis Pattiselanno me­nga­­ta­kan hal itu dalam rapat bersama dengan Komisi III DPRD Provinsi Maluku, Kamis (30/4).

Kepada Komisi III, Elvis menje­laskan, stok sejumlah bahan pokok yang menjadi kebutuhan masyaakat di Maluku khususnya Kota Ambon untuk beberapa bulan kedepan aman terkendali.

“Kalau stok bahan pokok selama bulan puasa hingga lebaran dite­ngah kondisi pandemic covid-19 mencukupi alias aman,” ujarnya.

Dalam rapat itu, salah satu hal yang menjadi fokus pembahasan yakni terkait stok gula pasir dan harganya yang kini mulai merangkak naik. Kepada Komisi III, Elvis me­ngatakan untuk stok gula yang ada pada distributor di Kota Ambon selama pandemi Covid-19 tetap ada dan tidak pernah terjadi kelangkaan, namun ada permasalah dari sisi harga gula.

Baca Juga: DPRD Minta Dinsos Pastikan Bansos ke Warga Tepat Sasaran

Menurut Elvis, jika beberapa waktu belakangn ini memang harga gula cukup tinggi dengan jumlah stok yang terbatas. “Sampai hari ini harga gula masih cukup tinggi tetapi  hari ini (Kamis Red), Bulog sudah membongkar sebanyak 150 Ton dan rencananya kapal yang mengangkut gula pasok juga ke Kota Tual,” ungkapnya.

Dikatakan, gula sebanyak 150 Ton yang telah masuk akan dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) berdasarkan Peraturan Men­teri Perdagangan RI yakni Rp 12.500.

Kemudian lanjut Elvis, dalam upaya menjaga ketersediaan gula di Maluku, ada lima distributor khusus gula yang sudah difasilitasi untuk membeli gula dengan total 1000 Ton dari industri gula di Makassar (Ma­kassar Tene) yang memang ditugas­kan oleh Kementerian Perdagangan untuk melayani kebutuhan gula di wilayah timur dan direncakan  5 Mei 2020 mendatang pengiriman tahap pertama masuk.

“Kami sudah merekomendasikan lima distributor dengan total 1000 Ton dan rencana tanggal 5 Mei 2020 ini tahap pertama masuk kurang lebih 140 Ton punya 3 distributor,” katanya.

Elvis menambahkan, pihaknya saat ini sementara melakukan komu­nikasi dengan kementerian terkait guna penentuan HET yang dinilai­nya akan merugikan distributor dan masyarakat di wilayah timur, dimana HET untuk gula dipatok Rp 12.500 di seluruh Indonesia, sementara biaya yang dikeluarkan untuk pengi­riman gula ke wilayah timur cukup besar.

“Setelah dihitung, jika nantinya digunakan HET sesuai instruksi pusat maka harga yang akan dijual per kilo oleh pengecer sekitar Rp 13.500 untuk menutup biaya pengiri­man.  Kami telah mengitung bersama satgas pangan, nantinya harga gula itu dijual oleh pengecer sekitar Rp.13.500/ kg,” tendasnya.

Ia berjanji, Disperindag akan me­ngawal dan mengawasi secara ketat penjualan gula di pasar oleh penge­cer, dan juga Disperindag telah me­minta distributor untuk mengambil gula dari pabrik agar setiap kali me­ngeluarkan gula ke pengecer  lang­sung mengirim nama-nama pengecer kepada Dispernidag agar dapat dipantau.

“Nanti kita akan kawal supaya gula bisa turun dari harga Rp19.000 menjadi Rp13.500 sesuai harga normal,” tegasnya.

Selain upaya tersebut, Elvis juga mengaku Disperindag saat ini sudah memfasilitasi kurang lebih 300 ton  dari PT kebun Tebuh Mas Surabaya untuk salah satu distributor lain, tetapi pengirimannya agak lambat dan sudah tiga minggu baru ada tiga konteiner di Pelabuhan Surabaya yang nanti akan dikirim ke Ambon dan yang lainnya masih antri di­pabrik.

Sementara itu, komoditi lain semua tersedia dalam kondisi cukup seperti beras. Beras yang ada di pedagang setelah dicek ternyata dapat bertahan sekitar 127 hari, ditambah lagi dengan beras di Bulog yang berdasarkan data dari Bulog tercukupi sampai 6 bulan kedepan.

“Kemarin juga ada bongkar beras Bulog,” akuinya.

Dirincikan, saat ini stok beras kurang lebih 2.398 ton di Ambon, di Kota Tual ada 1004  ton dan di Saum­laki ada 1005 ton, sehingga kuota beras Bulog saat ini ada 4.400 ton.

Sedangkan stok beras Bulog da­lam perjalanan ada 6000 ton dengan rincian untuk Kota Ambon 4.500 Ton, untuk Kota Tual 1000 ton dan Saumlaki ada 500 ton.

Diharapkan dalam waktu dekat beras-beras tersebut segera masuk, dengan demikian diperkirakan stok beras Bulog untuk bulan Mei kede­pan ada 10.407 ton.

Untuk minyak goreng lanjut Elvis, sebanyak 25.621 liter saat ini se­mentara ada di Bulog dengan rin­cian, Kota Ambon ada 9.953 liter, Kota Tual ada 3.372 liter, Saumlaki 12.276 liter dengan  stok minyak goreng di pedagang sampai hari ini tercatat ada 433.835 liter dan dapat bertahan selama 80 hari kedepan.

Selanjutnya komoditi bawang putih dan bawang merah akuinya, belakangan ini harganya naik tetapi sekarang mulai turun karena sudah ada bawang impor yang masuk ke Jawa Timur.

“Hari ini (Kamis Red), harga bawang putih sudah tembus kisaran Rp.45.000 yang sebelumnya Rp.50. 000 dan bawang merah Rp 41.000 telah bergerak turun dari sebelum­nya Rp.50.000 sampai Rp.60.000.

Terkait dengan komoditi kentang yang beberapa waktu lalu harganya tembus Rp. 40.000 karena memang tidak ada kentang yang masuk, disebabkan berhentinya operasi kapal Pelni maka distribusi yang selama ini memenuhi kebutuhan masyarakat Ambon dan sekitarnya  dari Bitung tidak terpenuhi.

“Tetapi kemarin kentang telah masuk dengan KM Gunung Dempo sebanyak 2.6 ton sehingga harga per hari ini telah turun Rp.25.000 sampai Rp.30.000,” beber Elvis.

Untuk komoditi cabe rawit juga fluktuatif dan harganya sempat tembus Rp.80.000 sampai Rp.100. 000, tetapi per hari ini sudah turun sampai dengan Rp.36.000  karena pasokan dari Buru dan Seram sudah masuk cukup banyak dan untuk bahan pokok seperti mentega, telur, susu dan ayam stok masih men­cukupi.

Ketersediaan stok di kabupaten dan kota lain di Maluku, Disperindag Provinsi Maluku setiap minggunya melakukan koordinasi dan selama ini tidak ada keluhan. (Mg-4)