Selama Covid-19, Propaganda Jadi Ancaman Bangsa
AMBON, Siwalimanews – Selama pandemi Covid-19 menyebar dan menghancurkan seluruh aspek hidup masyarakat dunia dan Indonesia khususnya, tidak membuat para kelompok intoleran, radikalisme dan terorisme mengakhiri aksi terornya.
Hal ini dikemukakan Akademisi Fakultas Teknologi Pertahanan pada Universitas Pertahanan RI, A Adang Supriyadi dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Rabu (18/8).
Fakta ini kata Adang, jelas terlihat dari berbagai aksi teror yang terjadi di tanah air. Selain itu, terdapat fakta lain juga yang dikutip dari laporan akhir tahun kinerja Mabes Polri sepanjang 2020, sebanyak 228 tersangka kasus terorisme telah ditangkap oleh aparat keamanan sepanjang tahun 2020.
PSBB hingga PPKM yang diupayakan pemerintah guna menekan angka penyebaran infeksi Covid-19 di Indonesia, ternyata ikut dimanfaatkan oleh kelompok teror menyebarkan propagandanya melalui media sosial.
“Aksi yang dilakukan di media sosial bertujuan untuk terus menyuarakan keinginanya mendirikan negara sendiri dengan ideologi yang diusung,” ucap Adanf.
Baca Juga: 81 Warga Ikut Vaksinasi di HUT RI ke-76Hal ini menurut Adang sesuai data Kemenkominfo, dimana terdapat peningkatan signifikan 30-40% penggunaan internet di area pemukiman ditengah-tengah masyarakat Indonesia, selama masa physical distancing tahun 2020.
Peningkatan aktivitas di internet ini, dimanfaatkan sebagai ruang gerak gratis dan bebas tanpa batas untuk memengaruhi para pengikut kelompok teror dan gencar melakukan rekrutmen hingga penguatan ideologi yang bertujuan agar para pengikutnya siap melakukan aksi teror sebagai upaya menebar ketakutan global.
Propaganda yang ditebarkan berupa, ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan sistem pemerintahan yang sah, berikrar mengganti ideologi negara dari Pancasila menjadi versi mereka.
“Propaganda ini sangat jelas tidak mencerminkan unsur dasar ketiga dalam Bela Negara yaitu yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara,” tuturnya.
Menurutnya, sebagai masyarakat Indonesia yang cinta damai dan cinta tanah air, perlu menangkal narasi-narasi provokatif para propagandis dengan konter naratif di media sosial dan internet, sehingga potensi penyebaran infeksi ideologi intoleran, radikalisme dan terorisme dapat dicegah sedini mungkin.
Selain konter naratif, pengimpelementasian unsur Bela Negara juga perlu dilakukan dimana terdapat 5 unsur bela negara yang memegang peranan penting untuk dilaksanakan sebagai perwujudan kesetiaan terhadap NKRI.
Karena itu, dalam rangka memperingati HUT RI Ke-76 ini, Adang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi proaktif memeriahkannya, dengan mengobarkan semangat kemerdekaan di masa pandemi ini, melalui unggahan-unggahan kontributif untuk negara.
“Kita bisa menggunakan twibbon atau mikrositus bingkai foto ucapan HUT RI Ke-76, menjadikan untaian kata dan doa HUT RI Ke-76 menjadi viral di twitter, tiktok, instagram, facebook, dan berbagai platform online lainnya, merefleksikan dalam bentuk gambar maupun video upaya-upaya pemerintah serta masyarakat akan pentingnya menangkal narasi-narasi para propagandis, hoax, serta narasi yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa Indonesia,” ajak Adang.
Upaya-upaya ini tambah Adang, sebagai bentuk transformasi globalisasi teknologi dalam menjadikan ruang-ruang media sosial sebagai ajang pemersatu bangsa dan menunjukkan pada dunia akan kekuatan identitas masyarakat Indonesia yang bersatu padu kokoh dalam bingkai NKRI. (S-50)
Tinggalkan Balasan