Rovik: Makanan Sahur dan Berbuka di LPMP Terlambat
AMBON, Siwalimanews – Anggota DPRD Provinsi Maluku daerah pemilihan Kota Ambon, Rovik Afifudin kecewa dengan kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Ketika melakukan kunjungan kerja untuk melihat kondisi warga yang dikarantina khusus 44 warga Waihaong di Lembaga Penelitian Mutu Pendidikan (LPMP) Sabtu (9/5), ia mendapati keluhan warga gustu terlambat pasok makanan sahur dan berbuka.
“Saya kecewa kok bisa tugas gugus seperti ini. Warga yang karantina keluhkan makanan untuk sahur dan berbuka sering datang terlambat, padahal ini momentum bulan suci Ramadhan. Gugus tugas seharusnya memperhatikan soal makan minum itu dengan baik. Ini menyangkut kekebalan tubuh, bagaimana imun tubuh dari seseorang di bulan suci Ramadhan ini mampu menangkal virus tersebut. Gugus tugas jangan main-main dengan kondisi ini,” sesal Rovik.
Dikatakan, ada sejumlah masalah yang dikeluhkan warga saat dirinya melakukan kunjungan kerja ke LPMP, diantaranya selain keluhkan makanan untuk sahur dan berbukayang sering datang terlambat, ada juga hal lainnya yakni kebutuhan suplemen bagi warga yang dikarantina.
“Masalah lainnya berkaitan dengan kebutuhan suplemen bagi warga masyarakat di tempat karantina. Saya tegaskan kepada gugus masyarakat yang dikarantina perlu diberikan asupan suplemen yang memadai dalam rangka meningkatkan imunitas tubuh guna menangkal virus berbahaya itu,” jelasnya.
Menurut politisi PPP ini, pemerintah melalui gugus tugas perlu memperhatikan kebutuhan suplemen bagi warga yang dikarantina, sebab selain untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus, imun tubuh dari para warga itu tetap terjaga dan kuat.
Baca Juga: HIPMI Salurkan Bantuan ke Masyarakat Melalui Polda Maluku“Kan kalau asupan gizi membaik, imunitas tubuh kuat, orang yang tadinya sakit bisa cepat sembuh. Yang tadinya positif rapid, bisa saja besok-besok dites ulang hasil negatif. Itu kan tujuan utama dikarantina. Gugus harus memperhatikan hal ini,” himbau Rovik.
Ia juga menyoroti tenaga yang ditempatkan di LPMP yang sangat minim dan jauh dari alat leindung diri. Dibandingkan dengan tugas dan tanggung jawab selama ada di tempat karantina, petugas hanya menggunakan masker dan sarung tanggan. Kondisi ini sangat mengancam jiwa para petugas di tempat karantina.
“Meskipun orang-orang yang dikarantina itu positif rapid test, tetapi jangan dianggap sepele. Semua petugas di tempat karantina harus diperlengkapi dengan alat pelindung diri. Kalau hasil PCR atau sweb positif, bagaimana. Kan para petugas karantina itu yang lebih dulu tertular. Gugus jangan main-main dengan kondisi seperti ini. Banyak masalah di tempat karantina. Ini baru satu tempat belum yang di tempat lain,” ancam Rovik.
Dikatakan, semestinya semua tenaga yang ada baik kesehatan maupun tenaga tenaga BNPB harus dilengkapi alat proteksi seperti alat pelindung diri (APD) guna memproteksi diri sedini mungkin.
Olehnya itu, Rovik meminta kepada Pemerintah Kota Ambon sebagai penanggungjawab karantina untuk lebih memaksimalkan pelayanan di tempat karantina, sehingga kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah di tempat karantina boleh meningkat dan akan membawah dampak yang baik bagi proses penanganan covid-19 di Kota Ambon lebih umumnya Maluku.
Untuk diketahui, Rovik pada kesempatan itu memberikan bantuan berupa masker dan dua alat pelindung diri (APD) kepada tenaga kesehatan di tempat karantina LPMP.
Pelayanan Baik
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku membantah buruknya pelayanan yang diberikan kepada 44 warga Waihaong yang dikarantina di Lembaga Pengembangan Mutu Pendidikan (LPMP) Maluku.
“Tidak benar kalau mereka terlambat diberikan makan sahur dan ketika berbuka puasa. Mereka terlayani dengan baik kok,” ungkap Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Kasrul Selang ketika di konfirmasi Siwalima, Minggu (10/5).
Kasrul mengatakan, kalau gugus tugas selalu melakukan pemantauan dan memperhatikan semua kebutuhan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. “Selain mereka mendapat perawatan medis selama karantina, juga diperhatikan kebutuhan termasuk makan sahur dan berbuka puasa,” jelas Kasrul.
Ia mengaku, sejak 44 warga Waihaong dikarantina, dirinya selalu mengunjungi dan memberikan penguatan kepada mereka. “Saya sampai sore ini masih berada di LPMP untuk melihat langsung kondisi mereka selama menjalani karantina. Jadi tidak benar ada informasi kalau terlambat diberikan makan sahur dan berbuka,” ujar Kasrul.
44 Warga Karantina
Sebanyak 44 warga Kelurahan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon dievakuasi oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku untuk menjalani karantina di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Maluku, Jumat (8/5).
Mereka positif berdasarkan hasil rapid test. Diduga puluhan warga ini tertular dari pasien terkonfirmasi positif nomor 15 berinisial HB.
Evakuasi puluhan warga Waihaong itu dilakukan sebanyak tiga kali menggunakan bus. Evakuasi pertama pada pukul 11.55 WIT sebanyak 23 orang. Kedua, pukul 16.30 WIT sebanyak 10 orang dan evakuasi ketiga dilakukan pada pukul 17.00 WIT sebanyak 11 orang.
“44 warga yang dibawa ke LPMP hasil rapid testnya positif merupakan hasil tes massal dan tracking dari pasien terkonfirmasi 15,” ujar Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Kasrul Selang kepada wartawan di Kantor Gubernur, Jumat (8/5).
Kasrul mengatakan, 44 warga Waihaong itu ditempatkan di LPMP, karena kondisi mereka baik atau orang tanpa gejala.
“Jadi kalau orang tanya kenapa mereka di sana, karena mereka kondisinya bagus, ada tim medis yang menangani mereka di sana dan diawasi oleh tim medis,” ujar Kasrul.
Sebagian swab dari mereka sudah diambil dan dikirim ke Balitbang Kementerian Kesehatan pada Sabtu (2/5) lalu. “Sebagain lagi akan kita ambil dalam waktu dekat untuk diperiksa swabnya di BTKL,” jelas Kasrul. Ia menambahkan, tracking terhadap pasien 15 sudah selesai dilakukan. (Mg-4/S-39)
Tinggalkan Balasan