AMBON, Siwalimanews – Lembaga Ilmu Penge­tahuan Indonesia (LIPI) menyebut  peristiwa ma­tinya ribuan ikan di se­jum­lah perairan Pulau Ambon dan Pulau-pu­lau Lease sebagai feno­mena yang baru pernah terjadi.

Ribuan ikan mati ter­dampar di pesisir seperti Pantai Rutong, Hukurila dan Leahari Kecamatan Leitimur Selatan, kemu­dian di Latuhalat Keca­matan Nusaniwe ada ju­ga di pesisir pantai Passo Kecamatan Baguala, bahkan di Negeri Waai Kecamatan Salahutu dan Negeri Oma Kecamatan Pulau Haruku menggemparkan warga.

Temuan ribuan ikan terdampar di pesisir diketahui warga sejak Ming­gu (15/9). Meski begitu, untuk mengetahui penyebab ikan-ikan itu mati terdampar sampai sekarang masih dilakukan penelitian.

Humas LIPI Provinsi Maluku, Rory Dompeipen mengatakan, pi­hak­nya sementara melakukan ana­lisis,  karena fenomena yang terjadi saat ini merupakan hal yang baru pernah terjadi.

“Jadi kita sementara melakukan analisis, apa penyebab ikan mati, karena ini merupakan fenomena baru jadi kami masih harus mengumpul­kan semua sampel, hasilnya paling lambat dua hari sudah bisa kita da­patkan. Dan kami menilai ini meru­pakan fenomena yang langkah kare­na bukan satu lokasi tapi beberapa lokasi mengalami hal yang sama,” jelas Rory kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Senin (16/9).

Baca Juga: Walikota Minta Kualitas Penyelenggaraan LGJI Ditingkatkan

Kepala Balai Karantina Perikanan Ambon, Ashari Syarief, juga me­ngatakan bahwa sejak Minggu (15/9),  pihaknya telah mengambil sam­pel untuk meneliti penyebab ikan mati.

“Hasil penelitian baru menemukan adanya kristal yang berwarna biru pada ikan,  bahkan tulang ikan me­ngalami luka yang cukup parah. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang mendalam. Baru kemarin kita ambil sampel tapi belum kompre­hensip. ibaratnya kalau kita ambil sampel dari satu sisi artinya satu penyebab bukan mewakili secara ke­se­luruhan penyebab utamanya nanti membias. Memang kalau dari satu sisi sudah ada yang kita temu­kan, tetapi kita harus melihat karena tidak mungkin ikan itu sendirinya mati namun ada satu faktor yang dominan tapi kita harus mulai faktor dominan apa lagi seperti itu,” jelas­nya Syarief kepada Siwalima mela­lui telepon selulernya, Senin (16/9).

Menurutnya,  akan ada banyak hal yang diteliti LIPI, mulai dari kondisi ikan,  hingga kondisi laut yang ada saat ini. “Yang pasti ada banyak hal yang akan kita cek pertama kita harus cek kondisi ikan itu sendiri apakah ikan itu ada penyakitnya atau tidak.

Kepala Dinas Perikanan Kota Ambon, Steiven Patty mengaku  pe­nyebab matinya ribuan ikan itu hingga kini belum diketahui. Pihak­nya masih menunggu uji laborato­rium untuk memastikan penyebab matinya ikan-ikan itu.

“Untuk memastikannya, kita su­dah mengambil sampel dari ikan ter­sebut,” jelas Steiven kepada Siwa­lima melalui telepon selulernya, Senin (16/9). Patty menduga ribuan ikan yang mati disebabkan ulah manusia yang melakukan pemboman ikan. Sebab ikan-ikan yng mati terdampar di pesisir jenis ikan yang hidup di karang atau dasar laut.

“Karena radiusnya sangat jauh mulai dari desa Rutong hingga Hu­kurila, dan Passo. ini tidak mung­kin kalau tidak dengan bom,” ka­tanya.

Sementara itu,  Akademisi Perika­nan Unpatti, Ucu Wattimury menga­takan,  matinya ikan di pesisir pantai yang terjadi di Lehari,  Ruton, Huku­rila dan Passo, juga di Negeri Oma dan Negeri Waai, diduga akibat terjadinya gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu sehingga mem­buat adanya getaran di dasar laut.

“Jadi ini kami menduga ini pe­ngaruh gempa yang terjadi di laut, apalagi gesekan gempa pada Jumat (6/9) dan Sabtu (7/9) ada di teluk Ambon. Kita menganalisa ikan-ikan yang mati terdampar itu juga dite­mukan di Negeri Oma Pulau Haruku. Makanya sekarang kita sementara turun ke pulau-pulau untuk me­nge­cek ada tidak kejadian yang sama seperti ini,”ujar Wattimury kepada Siwalima melalui telepon seluler­nya, Senin (16/9).

Dijelaskan,  pihaknya menduga ma­tinya ikan-ikan tersebut disebab­kan adanya getaran yang kuat di dasar laut, apalagi ikan-ikan yang mati semua berasal dari ikan yang hidup di karang dengan kedalamn yang begitu jauh.

“Jadi kita masih menduga karena pengaruh getaran dengan bom ikan itu beda. Karena ikan-ikan punya batas pendengaran ada, karena kalau kita analog dengan bom ikan biasanya itu kan dia pakai tulang dan membuat ikan itu merespon kalau ikan mau lari itukan tidak bisa. Dan ini yang mati semua ikan-ikan dasar laut jadi itu pengaruh getaran lalu suara getaran itu.  Apalagi se­karang ini lagi musim gelombang tidak mungkin orang mau bom ikan,” jelasnya.

Menurut Wattimury, pihaknya se­mentara membuat kajian, mengingat  ikan ini hidup di karang. Ketika malam hari mereka di karang otomatis ketika ada getaran mereka pasti mati dan juga ada radiasinya, karena ikan ada yang menangkap radiasi tidak bisa lebih dari pendengaran mereka,” beber Wattimury.

Pemkot Koordinasi Uji Sampel

Pemerinta Kota Ambon mengaku sudah berkoordinasi dengan LIPI terkait dengan ribuan ikan yang mati terdampar di pesisir pantai Pulau Ambon dan sekitarnya.

Koordinasi tersebut dalam rangka pengambilan uji sampel. Pemkot Ambon mengaku  mendapatkan laporan dari masyarakat adanya ribuan ikan yang mati disejumlah pantai di Pesisir Leitimur Selatan, Nusaniwe dan terakhir di Baguala.

“Informasi dari masyarakat mereka mendengar ada ledakan besar dari laut tetapi masyarakat menganggap itu bom ikan, tapi dampaknya besar sekali,” kata Walikota Ambon Richard Louhenapessy dalam ketera­ngan persnya di ruang kerjanya, Senin (16/9).

Menurutnya kalau orang bom ikan, ikan yang mati cuma terbatas. Tidak semua ikan mati habis.

“Dari pengamatan tim yang turun ke lapangan semua tulang belakang ikan itu berdarah. Cuman, ada yang menarik hasil temuan Balai Karan­tina Perikanan Ambon, yang mene­mukan ada kristal biru di tubuh ikan,  sehingga mereka masih teliti lagi, kenapa sampai terjadi seperti ini dan sudah diambil untuk di teliti. Oleh­nya masyarakat tak perlu kha­watir,” jelas Walikota.

Walikota mengaku sudah instruk­sikan Satpol PP dan Dinas Perikanan  untuk turun ke lapangan memas­tikan laporan masyarakat. (S-39/S-40)