AMBON, Siwalimanews – Kalangan anggota DPRD Pro­vinsi Maluku dan sejumlah pihak lainnya ramai-ramai mengecam aksi brutal sejumlah oknum anggota TNI-AL dari satuan Marinir yang mengamuk dan menganiaya warga di Desa Latta, Minggu (13/12) lalu.

Tak hanya menganiaya, namun oknum-oknum anggota Marinir itu juga merusak atribut Natal dan mengeluarkan kata-kata berbau SARA.

Kosgoro Maluku akan mela­porkan tindakan tak terpuji itu, ke Mabes TNI.

Wakil Ketua Komisi I DPRD Maluku, Jantje Wenno menga­takan, selaku pimpinan komisi yang membidangi hukum dan ke­amanan, pihaknya mengutuk keras tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh oknum-oknum anggota TNI-AL itu.

“Sebagai anggota dewan dan pimpinan komisi kami mengutuk keras perbuatan sejumlah oknum anggota TNI-AL yang meng­aniaya masyarakat Latta,” tandas Wenno, kepada Siwalima, (14/12).

Baca Juga: Dansat: Program BRAIN Dijalankan Sesuai Prokes

Mestinya oknum-oknum anggota TNI-AL tersebut, kata Wenno, men­jaga situasi dan kondisi yang kon­dusif, apalagi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, bukan melakukan tindakan terpuji seperti itu.

Karena itu, Wenno meminta pim­pinan TNI-AL mengusut masalah ini hingga tuntas agar diberiksan san­k­si tegas.

“Kami meminta kepada pimpinan TNI Angkatan Laut untuk bisa me­nyeret oknum itu ke pengadilan su­paya bisa membuktikan mana yang benar,” tegasnya.

Senada dengan Wenno, Wakil Ketua Fraksi Hanura, Edison Sari­manella juga mengutuk dan menge­cam keras tindakan yang dilakukan oleh sejumlah oknum anggota TNI-AL itu.

Sarimanella menegaskan, Indonesia merupakan negara hukum, ka­rena itu tidak boleh siapapun meng­gunakan kekerasan, termasuk ok­num anggota TNI-AL.

“Selaku pimpinan fraksi kami mengutuk keras tindakan oknum TNI-AL itu dan meminta pimpinan TNI-AL mengusut kasus ini hingga tuntas dengan mencari  dalang atas tindakan itu dan ditindaklanjuti hingga ke pengadilan agar tidak ada riak-riak yang terjadi di masyarakat,” tegasnya.

Sarimanella menegaskan, tidak ada siapapun yang kebal hukum. Karena itu, baik anggota TNI atau­pun masyarakat yang bersalah ha­rus dihukum.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ketua Fraksi Gerindra DPRD Maluku, Andi Munaswir. Ia juga sa­ngat menyayangkan dan mengutuk keras kejadian penganiayaan yang dilakukan oleh oknum anggota TNI-AL terhadap masyarakat Latta.

“Katong sangat sayangkan dan mengutuk keras kejadian seperti itu,” ujarnya.

Ditengah situasi dan kondisi menjelang Natal dan Tahun Baru, kata Munaswir, mestinya semua pihak menjaga keamanan termasuk anggota TNI-AL.

Ia mendesak pimpinan TNI-AL mengusut persoalan ini hingga tuntas dan menghukum oknum-ok­num anggota TNI-AL yang mela­kukan kekerasan itu.

“Kepada pimpinan TNI-AL atau POM AL untuk segera melihat dan mengusut persoalan ini hingga tun­tas,” tegasnya.

Ketua Fraksi PKS DPRD Maluku, Turaya Samal juga menyayangkan tindakan penganiayaan dan pengru­sakan atribut natal yang dilakukan oleh sejumlah oknum anggota TNI-AL.

Karena itu, Samal mendesak pimpinan TNI-AL menindak para pelaku penganiaya dan pengrusakan atribut Natal di Desa Latta.

“Kita mendorong pimpinan TNI AL untuk harus menindak oknum TNI itu, karena kita dalam rangka Natal dan Tahun Baru kita tidak ingin terjadi kericuhan sehingga mengganggu kondisi stabilitas ke­amanan di Kota Ambon dan  Maluku pada umumnya,” tegasnya.

Sementara Sekretaris Umum MPH Sinode GPM, Pendeta Elifas Mas­paitella menyesalkan sejumlah konflik yang terjadi di Kota Ambon.

“Sinode sangat menyesali semua konflik yang terjadi baik di Kebun Cengkeh, OSM maupun di Latta, karena kita sementara berusaha mewujudkan keamanan dan keda­maian bersama, disamping fokus pada pandemi Covid-19, sehingga jangan lagi ditambahkan dengan hal-hal seperti itu,” ujarnya.

Maspaitella meminta agar tinda­kan penganiayaan dan pengrusakan atribut Natal itu diselesaikan secara objektif sesuai dengan hukum yang berlaku.

Mantan Ketua Umum PB AMGPM ini meminta semua pihak, baik masyarakat maupun aparat TNI dan Polri agar dapat lebih bijaksana menghadapi situasi seperti ini dan tidak mudah terprovokasi dengan hal-hal lain.

“Kalau ada salah paham harus dibicarakan dan selesaikan secara baik-baik, tidak perlu dengan meng­gunakan tindakan kekerasan seperti yang terjadi di Latta,” tandasnya.

Bakal Lapor ke Mabes

Ketua Kosgoro Maluku Henri Toi­sutta mengutuk keras oknum-oknum anggota TNI-AL yang menganiaya warga Desa Latta serta merusak atribut Natal di kawasan tersebut.

Kosgoro juga akan melaporkan perbuatan oknum-oknum tersebut ke Mabes TNI, sekaligus minta agar para oknum-oknum anggota Marinir pembuat onar itu dipecat.

“Saya minta seluruh oknum TNI-AL yang memukul masyarakat dan merusak atribut Natal dipecat dan harus ditindak tegas, ini  bentuk into­leran,”  tegas Toisuta kepada warta­wan di Kantor Gubernur Maluku, Senin (14/12).

Dikatakan, perbuatan oknum-oknum anggota TNI-AL itu  bisa mengganggu kehidupan toleransi umat beragama di Maluku.

“Saya memohon kepada Pak Pre­siden Jokowi untuk melihat hal ini, karena benteng terakhir masyarakat adalah TNI/Polri. Kalau oknum TNI sudah berlaku sembarangan, kemu­dian menganiaya masyarakat dalam suasana yang membangun silatu­rahmi di Maluku, ini sangat-sangat mengganggu sekali,” tegas Toisutta.

Ia juga minta Komandan Lantamal IX Ambon mengambil tindakan tegas kepada oknum-oknum anggo­ta itu.

“Ini tidak bermoral, harus dipecat semuanya. Penegakan hukum harus tetap jalan dan kami minta Pangdam XVI/Pattimura selaku pimpinan tertinggi TNI di Maluku harus mem­perhatikan hal ini,” tandas Toisutta.

Aniaya Warga Latta

Seperti diberitakan, sejumlah oknum anggota TNI-AL yang mengaku dari satuan Marinir, Minggu (13/12) sekitar pukul 01.30 WIT dini hari mengamuk dan menganiaya warga di Desa Latta, Kecamatan Baguala, Kota Ambon.

Tak hanya menganiaya warga. Namun mereka merusaki atribut Natal dipasang warga.

Informasi yang diperoleh, peristiwa tak terpuji itu, berawal dari dua pria berambut cepak dalam kondisi mabuk berat dengan mengendarai sepeda motor dari arah Halong menuju Passo, tiba-tiba berhenti di depan Toko King. Di situ terdapat lima pemuda sedang bermain game online. Tanpa banyak bicara, satu diantara dua orang itu mengeluarkan bogem mentahnya ke salah satu pemuda Latta.

Melihat kawannya dipukul, para pemuda yang lain berhenti main game, lalu balik membalas pukulan pria tadi. Kemudian, kedua pria itu kabur menuju arah Halong, kawasan kompleks TNI-AL.

Para pemuda Latta mencium bau minuman keras dari kedua pria itu. Tak lama masuk ke kompleks TNI-AL, dua pria itu muncul lagi. Tapi kali ini membawa rekan-rekannya yang lain. Mereka memakai tiga sepeda motor sambil berboncengan.  Jumlah mereka sekitar delapan orang.

Mereka datang dan mengamuk. Mereka merusak beberapa atribut Natal yang  berjejer di sisi kiri-kanan jalan, sambil mengeluarkan makian dan kata-kata provokatif berbau SARA.

Siapapun yang mereka temui, mereka langsung menganiaya. Kendaraan yang lewat pun dihadang oleh mereka. Bahkan pengendara turut menjadi korban kebrutalan mereka.

Salah seorang ibu rumah tangga bernama Gritje mengutuk dan  mengecam tindakan tidak terpuji delapan oknum anggota TNI-AL itu. Menurutnya, delapan oknum TNI-AL itu tidak pantas disebut tentara, karena perilakunya kepada masyarakat ibarat musuh.

Menurut penuturan Gritje, delapan oknum anggota TNI-AL itu sempat menendang seorang ibu dan memukulnya di arah wajah hingga pecah bibir, lantaran tindakan brutal mereka direkam menggunakan kamera hanphone.

Diselesaikan Kekeluargaan

Kapolda Maluku Maluku, Irjen Refdi Andri mengaku, kasus penganiayaan sejumlah anggota TNI-AL terhadap warga Laha sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Jadi sudah baik dan sudah rujuk kembali dan kapolresta juga sudah turun, dan bisa ditanyakan ke mereka nanti, yang pasti segala sesuatu bisa diselesaikan,” ujar Refdi  kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku, Senin (14/12)

Kapolresta Ambon, Leo Nugraha Simatupang menambahkan, kasus yang terjadi di Desa Latta sudah ada institusi yang menangani.

“Bukan kita, sudah ada institusi yang menangani, bisa ditanyakan ke sana atau ke korban, namun kita tetap berkoordinasi terus dan kembali saya tegasnya ini rananya beda dan ini diluar institusi kepolisian maka yang menangani dari sana,” Simatupang.

Sementara Kepala Penerangan TNI-AL, Mayor Marno yang dikonfirmasi mengatakan, kasusnya masih dalam penyelidikan.

TNI-AL Klaim Diserang

Pihak TNI-AL membantah menyerang pemuda Latta. Menurut laporan kedelapan oknum anggota TNI-AL ke institusinya, justru para pemuda Latta yang menyerang mereka duluan.

Hal itu disampaikan Kepala Penerangan TNI-AL, Mayor Marno kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Minggu (13/12).

Menurut Marno, peristiwa itu berawal dari dua oknum anggota Marinir itu diserang pemuda Latta sampai babak beluar. Satu oknum marinir dianiaya hingga hidungnya patah.

“Benar ada kejadian itu tapi bukan anggota kami yang menyerang duluan. Para pemuda Latta itu yang serang anggota kami. Kasihan dari dua orang yang lebih dulu diserang salah satunya hidung patah. Itu lukanya dijahit tiga jahitan,” beber Marno.

Meskipun begitu, Marko mengaku kasus ini langsung ditangani Polisi Milter TNI-AL (Pomal) dan Polsek Baguala. “Ya, kasusnya sementara ditangani Pomal dan Polsek Baguala,”  kata Marno.

Kapolsek Tutupi

Sementara Kapolsek Baguala, Iptu M Hutahaean menegaskan tidak ada penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI-AL di Desa Latta. Padahal peristiwanya sudah viral di media sosial. Ia terkesan mau menutupi peristiwa itu.

“Siapa bilang ada kejadian. Anda (wartawan) jangan  suka berikan informasi yang tidak benar ya. Tidak ada kejadian aniaya atau rusaki pohon Natal. Sembarangan aja,” ujar Hutahaean.

Namun ketika disinggung beritanya sudah viral di media sosial dan pihak TNI-AL mengaku ada sepeda motor yang ditahan Polsek Baguala, barulah Hutahaean mengakuinya.

“Jadi begini, Insiden tadi malam itu saya tegaskan tidak ada anggota Polri yang dianiaya. Memang benar ada insiden ya, tapi kita kesana untuk menenangkan warga supaya jangan ribut-ribut. Kalau menyangkut aniaya yang ada kaitan dengan oknum TNI-AL, kita tidak bisa intervensi masuk sampai ke TNI-AL,” ujar Hutahaean sambil menutup telepon selulernya. (S-39/S-32)