AMBON, Siwalimanews – Demi menjaga kualitas kehidupan, serta menghindari bencana alam maupun krisis pangan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo saat pegelaran festival like II yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta Convention Center, Jumat (9/8) kemarin, maka PT PLN melakukan mitigasi perubahan iklim.

Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, (13/8) mengatakan, PLN siap menjalankan arahan presiden dan berkomitmen untuk menyukseskan transisi energi demi mewujudkan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.

“Hari ini, tugas PLN tidak hanya menyediakan listrik bagi masyarakat, tugas PLN adalah menjaga lingkungan dan menurunkan emisi. Kita lakukan ini bukan karena perjanjian internasional, tetapi untuk generasi masa depan agar hidupnya lebih baik dari hari ini,” tulis Darmawan dalam rilis itu.

Dijelaskan, PLN berinisiatif secara voluntary untuk melakukan transisi energi melalui berbagai upaya heroik, antara lain melalui upaya dekarbonisasi pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil, meningkatkan kapasitas pembangkit EBT dan infrastruktur pendukung seperti smart grid dan control system, serta mengembangkan green ecosystem.

Sebagai contohnya, PLN telah membatalkan 13,3 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sebelumnya direncanakan dalam RUPTL 2019-2028. Upaya ini menghindari sekitar 1,8 miliar ton emisi CO2 dalam 25 tahun ke depan.

Baca Juga: Rumakabis Jabat Ketua PGRI di Siritaun Wida Timur

“PLN juga melakukan pembatalan terhadap 1,3 GW PLTU yang sudah menandatangani Power Purchase Agreement (PPA). Inisiatif ini menghindari emisi karbon sekitar 200 juta ton CO2. Selain itu, PLN mengganti 1,1 GW PLTU dengan pembangkit EBT dan 800 MW PLTU dengan pembangkit gas. Upaya ini akan mampu menurunkan emisi sebesar 300 juta ton CO2,” papar Darmawan.

Darmawan mengaku, dalam masa transisi energi, PLN menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara. Co-firing adalah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti pellet kayu, cangkang sawit dan sawdust (serbuk gergaji).

Co-firing ini dilakukan tak sekedar mengurangi emisi, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan membangun ekonomi kerakyatan. PLN mengajak masyarakat untuk terlibat aktif membuat bahan baku co-firing, mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pellet.

“Kehadiran program ekonomi kerakyatan co-firing ini juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global, mewujudkan Indonesia yang bersih dan mandiri energi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kapasitas nasional dengan prinsip Environmental Social and Governance (ESG),” tandas Darmawan.

Masih dalam rilis itu, Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi menambahkan, PLN telah memiliki skenario Accelerating Renewable Energy Development (ARED) guna mempercepat transisi energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Skenario juga dimaksudkan untuk mereduksi emisi karbon secara signifikan dari sektor ketenagalistrikan.

“Dengan skenario penambahan pembangkit akan berasal dari EBT sebesar 75 persen dan gas 25 persen hingga tahun 2040. Skenario ini akan memastikan pengurangan emisi sesuai target dengan tetap menjaga keandalan sistem,” jelas Evy.

Sain itu menurut Evy, PLN akan membangun green transmission line atau jaringan transmisi antar pulau yang bisa menyalurkan potensi EBT di lokasi terpencil ke pusat beban. Selain itu, PLN juga akan menerapkan teknologi smart grid sebagai solusi menangani intermitensi pada pembangkit EBT. Dengan upaya tersebut, maka penambahan pembangkit EBT sampai tahun 2040 meningkat menjadi sekitar 3 kali lipat dari yang semula 22 gigawatt (GW) menjadi 61 GW.

Ini upaya tidak akan bisa dijalankan PLN sendirian. Untuk itu, pihaknya mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dengan PLN guna melakukan transisi energi.

“Kami tidak bisa menjalankan ini sendirian. Satu-satunya cara adalah dengan melakukan kolaborasi, untuk itu, mari kita berjuang bersama untuk memastikan transisi energi ini berhasil,” ajak Evy.

Sebelumnya, Presiden juga mengingatkan, bahwa sektor energi punya peran penting dalam aksi perubahan iklim, sehingga pemerintah akan memberi perhatian penuh agar sektor ini punya skema pemulihan lingkungan.

“Pemulihan lingkungan harus menjadi konsen dari kita semua dan pemerintah. Saya sangat mengapresiasi, sangat menghargai kepedulian dari tokoh masyarakat, dari masyarakat sipil terhadap hal yang berkaitan dengan lingkungan dan mengatasi dampak perubahan iklim. Ini tidak akan bisa dikerjakan oleh kita sendiri, oleh satu negara. Tapi semua negara harus melakukan bersama-sama sehingga kita bisa mewujudkan bumi yang berlanjutan,” ujar Presiden. (S-25)