PGI Keluarkan Himbauan Hindari Kontak Langsung
AMBON, Siwalimanews – Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (MPH-PG) mengeluarkan himbauan kepada seluruh gereja-gereja di Indonesia dibawah naungan PGI untuk menghindari kontak langsung.
Himbaun ini disampaikan untuk mencegah menyebarnya virus corona atau Covid-19.
“Sebaiknya dihindari kontak langsung seperti bersalaman sesama umat, bisa dikembangkan ragam alternatif untuk bersalaman seperti membungkuk, melambaikan tangan atau salam namaste,” kata Sekretaris Umum MPH PGI Pendeta Jacklevyn F Manuputty saat dihubungi Siwalima melalui telepon selulernya, Selasa (17/3).
Manuputty mengakui, MPH PGI telah mengeluarkan surat himbuan kepada seluruh gereja-gereja. Hindari kontak langsung berupa bersalaman itu merupakan salah satu item dari himbauan tersebut.
Surat himbauan tertanggal 16 Maret 2020 itu, ditandatangani oleh Pdt. Gomar Gultom selaku ketua umum dan Pdt. Jaclevyn F. Manuputty selaku sekretaris umum.
Baca Juga: Pemkot akan Pasang 50 Wastafel Antisipasi Virus CoronaBerikut himbauan kepada seluruh warga gereja; Pertama, dari tempat kita masing-masing mari kita memanjatkan doa agar kita semua dikaruniai kesehatan dan ketabahan menghadapi masalah bersama yang menghadang kita saat ini, serta mendoakan pemerintah kita, agar mereka diberi hikmat dan kemampuan dalam memimpin bangsa kita keluar dari masalah ini.
Kedua, bersama-sama kita menyukseskan imbauan Presiden Joko Widodo dengan menerapkan social distance. Kini saatnya kita menghentikan segala bentuk perjalanan, pertemuan dan berbagai aktivitas di luar rumah lainnya, yang tidak terlalu penting, setidaknya untuk dua minggu kedepan.
Ketiga, sebagai persekutuan orang percaya, di satu sisi kita terpanggil untuk memperbanyak dan mempersering perjumpaan antarmanusia, termasuk persekutuan ibadah, di rumah dan di gereja. Namun di sisi lain, kita juga memiliki tanggung jawab untuk ikut menghentikan penyebaran Covid-19 ini.
Dalam terang ini, kami mengimbau para pemimpin gereja untuk mengembangkan bentuk-bentuk peribadahan yang dapat menjangkau umat di rumah masing-masing, melalui alat bantu media sosial dan perkembangan teknologi digital, sehingga tersedia alternatif bagi umat untuk tetap beribadah dari rumah masing-masing. Kita harus dapat menilai penyelenggaraan ibadah di rumah masing-masing. Sebagai juga persekutuan ibadah yang tak kurang nilainya dengan persekutuan ibadah gereja, terutama di tengah masalah nyata yang sedang kita hadapi kini.
Keempat, masa-masa berdiam di rumah seperti sekarang ini, adalah momen yang sangat baik untuk bersekutu dalam bentuk bincang bersama, bersenda-gurau bersama dan berdoa bersama seluruh anggota keluarga kita masing-masing. Ini momen berharga bagi kita semua untuk menikmati saat-saat bersama keluarga yang akhir-akhir ini makin langka oleh rupa-rupa sebab, nilai-nilai kekeluargaan kiranya dapat kita hidupi kembali melalui momen langka ini. Keluarga adalah inti masyarakat; Allah juga menyapa kita lewat keluarga.
Kelima, Apabila di antara gereja yang masih harus menyelenggarakan ibadah di gereja, kami mengimbau untuk memperhatikan langkah-langkah berikut: Lakukan fogging disinfektan pada ruang ibadah sehari sebelum, atau setidaknya pastikan pembersihan total ruangan ibadah; sediakanlah fasilitas cuci tangan (air mengalir dan sabun antiseptik) hand sainitizer pada beberapa titik di sekitar tempat persekutuan atau ibadah. Pastikan bahwa semua umat melalui proses cuci tangan ini sebelum memasuki ruang ibadah; Sediakan pengukur suhu di pintu masuk tempat ibadah, dan pastikan semua umat diukur suhu tubuhnya. Apabila ada warga memiliki suhu tubuh di atas 38 derajat celcius, agar diminta segera pulang dan periksakan diri ke dokter. Demikian pula dengan umat yang sedang memiliki gejala-gejala flu, batuk dan sesak napas.
Kemudian, sebaiknya dihindari kontak langsung seperti bersalaman sesama umat. Bisa dikembangkan ragam alternatif untuk bersalaman seperti membungkuk, melambaikan tangan atau salam ‘namaste’. Untuk posisi duduk selama di dalam ruangan ibadah, kiranya dapat diatur dengan jarak yang aman dan memadai;
Selain itu, pemberian persembahan yang umumnya menggunakan kantong kolekte sebaiknya diganti dengan pemberian ke kotak khusus yang diletakan sesuai aturan masing-masing gereja untuk memudahkan lalu lintas umat yang akan memberi persembahannya. Demikian pula dalam penghitungan persembahan seusai ibadah, sebaiknya para petugas menggunakan sarung tangan sekali pakai dan tidak mengusap seputar wajah selama proses penghitungan, sebelum mencuci tangan dan bersih.
Keenam, ditengah beban berat yang sedang kita pikul bersama, para pelayan gereja hendaknya tetap dapat menjalankan tugasnya dalam menggembalakan umat, khususnya mereka yang sedang terpapar penyakit. Saat-saat seperti ini, tugas saudara-saudara semakin dibutuhkan oleh umat dalam mendampingi dan menguatkan umat menghadapi keadaan sekarang; demikian pula dalam menghapus stigma-stigma yang muncul terhadap warga yang terpapar Covid-19. Kiranya saudara tetap semangat melayani umat dan tidak gentar mengahadapi kenyataan yang ada, namun tetaplah waspada dan menjaga kesehatan diri sendiri.
Ketujuh, gereja hendaknya bekerja sama dengan pemerintah dan memperhatikan setiap arahan dari pemerintah dalam rangka mengurangi penyebaran Covid-19.
“Fenomena pandemi Covid-19 ini sedang menguji kepedulian kita akan kehidupan bersama kita hentikan segala bentuk perilaku saling menyalahkan dan mencurigai satu sama lain. Mari kita kedepankan penyelamatan kehidupan pada sesama sangat diperlukan bagi kita dalam menghadapi ujian ini,” kata Manuputty.
PGI juga mengajak umat untuk menularkan cinta kasih dan kepedulian pada sesama, pun melalui peristiwa yang memprihatinkan saat ini.
“Kita mengimani juga bahwa selama dalam penyertaan Tuhan, segala sesuatu dapat kita lalui bersama, sebagaimana tertulis dalam Filipi 4:13, Segala perkara dapat kutanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepadaku,” kata Manuputty.(Mg-6)
Tinggalkan Balasan