Pemprov Maluku dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) lagi mengebut persiapan lahan untuk pembangunan Blok Masela. Lahan seluas 27 hektar untuk demaga sudah beres. Sekitar 1500 hektar akan dibebaskan lagi untuk pembangunan kilang.

Sejak awal, pembangunan Blok Masela dirancang oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas dengan sistem offshore (kilang pengolahan gas dibangun di laut). Namun Presiden Joko Widodo akhirnya memutuskan, kilang pengolahan gas Blok Masela dibangun di darat (onshore).

Keputusan yang diambil presiden, setelah mempertimbangkan berbagai masukan, khususnya soal efektivitas proyek jangka panjang dan anggaran yang besar. Selain menyerap banyak tenaga kerja lokal, presiden juga meyakini pengembangan blok Masela akan berdampak kepada ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Presiden menekankan tiga pesan penting untuk proyek ini. Pertama, komitmen Inpex sesuai dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua, memaksimalkan lokal konten, dan ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal.

Dengan adanya kesepakatan rencana pengembangan (PoD), proyek pembangunan sudah on stream pada tahun 2027. SKK Migas mencatat, potensi ekonomi lanjutan di Blok Masela setelah 2055 masih tersisa setidaknya 3 – 4 Trillion cubic feet (Tcf). Dengan adanya potensi cadangan tersebut, jika nanti pengelolaan dialihkan ke Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain, masih dapat memanfaatkan cadangan migas yang ada.

Baca Juga: Ancaman Nasabah BNI

Penghitungan Kementerian ESDM, Proyek Blok Masela dapat menyerap 30 ribu tenaga kerja langsung maupun pendukung, dan saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000 – 7.000 orang termasuk pembangunan industri petrokimia.

Pemprov Maluku kini kembali mempersiapkan sebanyak 200 orang tenaga kerja lokal untuk dilatih sebagai persiapan menjadi tenaga kerja di proyek Gas Abadi Blok Masela. 200 tenaga kerja lokal ini, berasal dari Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT). Mereka merupakan tenaga kerja lokal gelombang kedua, setelah sebulannya Pemprov Maluku juga telah melatih sebanyak 200 orang tenaga lokal dengan tujuan yang sama.

Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk menjga ketersediaan tenaga kerja lokal yang akan dipakai pada proyek Blok Masela. Pemprov juga telah menjajaki kerja sama dengan PT Techno Perdana Indonesia untuk pengembangan ketrampilan tenaga kerja.

Penyiapan tenaga kerja lokal harus menjadi fokus Pemprov Maluku. Tenaga kerja dimaksud harus siap pakai.

Proyek Blok Masela harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Jangan sampai banyak tenaga kerja dari luar Maluku yang diserap, karena tenaga kerja di Maluku tak memiliki skil. Alhasil, orang Maluku menjadi penonton di rumah sendiri.

Karena itu, langkah konkrit untuk menyiapkan tenaga kerja lokal harus serius dilakukan. Tak bisa hanya sebatas omongan. Jangan sampai orang Maluku hanya menjadi penonton. (*)