Penyebab Kematian SK Masih Tanda Tanya
TUAL, Siwalimanews – Sedikitnya 25 orang saksi sudah dimintai keterangan namun sampai sekarang polisi masih sulit untuk mengungkap kematian SK, gadis 16 tahun asal SBT.
Sebelumnya korban asal Desa Rumoin Kecamatan Teor, SBT itu ditemukan meninggal dunia pada Minggu 12 November sekitar pukul 02.30 WIT di jalan raya BTN Un Indah Kota Tual.
Kapolres Tual AKBP Prayudha Widiatmoko dalam keterangan persnya yang diterima Siwalima, Senin (27/11) mengaku sampai saat ini belum dapat mengungkap kematian korban.
“Kesulitan yang dialami penyidik, jenazah korban belum dilakukan autopsi. Pihak keluarga hingga saat ini pun belum memberikan izin,” terang Widiatmoko.
Menurutnya sejauh ini 25 orang saksi sudah dimintai keterangan atas penyusutan kasus kematian yang menimpa SK.
Baca Juga: Jaksa akan Hadirkan Dua Pejabat KKT di Pengadilan“Kita sudah periksa saksi Johanis Madwaer, orang yang datang melaporkan penemuan mayat ini di SPKT Polres Tual dan 25 saksi lainnya,” ungkapnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, kasus itu sebelumnya diduga kecelakaan lalu lintas, sehingga penyidik unit kecelakaan Polres Tual kemudian mendatangi lokasi dan langsung melakukan olah TKP.
“Pada siang harinya pihak keluarga korban datang dan membuat laporan polisi tentang dugaan kasus penganiayaan,” katanya.
Polisi juga telah mengambil keterangan dari dokter yang melakukan visum untuk menanyakan penyebab kematian korban.
Visum yang dilakukan oleh dokter lanjutnya hanya visum luar sedangkan visum dalam belum dapat dilakukan sehingga pihaknya belum dapat memastikan penyebab kematiannya.
“Dokter menyarankan agar korban diautopsi. Penyidik sudah meminta hasil visum luar. Dokter menyarankan untuk dilakukan autopsi terhadap jenazah korban,” jelasnya.
Saran dokter untuk dilakukan autopsi kemudian ditindaklanjuti penyidik dengan menyurati pihak keluarga. Harapannya, pihak keluarga bersedia agar korban diautopsi.
“Autopsi harus dilakukan agar penyebab kematian korban bisa diketahui oleh penyidik. Tanpa autopsi, penyidik akan sulit untuk mengungkap kematian korban,” urainya.
Selain itu visum diperlukan untuk memastikan korban meninggal karena kecelakaan jatuh dari kendaraan, atau karena penganiayaan, atau karena faktor lainnya
Saat ini pun di masyarakat, katanya sudah muncul berbagai versi kematian korban namun permintaan penyidik sebagaimana saran dokter sampai saat ini belum direspon keluarga.
“Kami masih menunggu pihak keluarga untuk bersedia dilakukan autopsi kepada korban. Karena kendala kami itu,” katanya.
Ia mengaku, penilaian masyarakat yang menyebutkan pihaknya lamban mengungkap kasus ini, itu karena disebabkan korban belum diotopsi. “Sampai saat ini pihak keluarga korban belum memberikan izin autopsi, padahal autopsi sangat penting dilakukan,” tandasnya. (S-10)
Tinggalkan Balasan