Ambon – Membantu orang sakit secara tiba-tiba di dalam pesawat bukan pekerjaan muda. Bu­tuh skill dan tentu punya latar belakang ilmu kedokteran. Mak­lum, peralatan untuk orang sakit di pesawat terbatas, yang ada ha­nya peralatan P3K.

Namun hal itu tidak menghalangi Bupati Kepulauan Aru, dok­ter Johan Gonga. Ber­la­tar belakang seorang dokter, Gonga Senin (3/9), sekitar pukul 17.20 WITA dalam per­jalanan dari Makassar menuju Denpasaar-Bali, mengguna­kan maskapai Lion Air Jt 7045, sempat menolong salah satu penum­pang pesawat yang terkena sera­ngan jantung.

Protokoler sebagai kepala daerah saat itu ia tanggalkan, yang ada hanya menolong sesama sebagai­mana profesi dokter yang melekat di dirinya. Serangan jantung mendadak salah satu penumpang sempat mem­buat panik seluruh awak pesawat. Pramu­gari berupaya melalui mikro­fon mengumumkan kondisi kese­hatan penumpang pesawat tersebut dan meminta kepada awak pesawat yang berprofesi dokter untuk me­nolongnya.

Suara meminta tolong dari mikro­fon dengan nada panik berulang kali dilakukan sang pramugari, namun tak satu pun penumpang pesawat mau berdiri menuju ke kursi sang penum­pang yang sakit.

Dari mulut penumpang itu nampak keluarkan busa, tidak sadarkan diri dan kejang-kejang. Ya, begitulah ciri seseorang terkena serangan jan­tung. Pramugari semakin panik, panggilan minta tolong terus dila­kukan dan akhirnya dokter Gonga berdiri dan menghampiri penum­pang yang sakit.

Baca Juga: SAR Temukan Tumpahan Minyak MV Nur Allya

Menurut Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Fredik Hendrik yang sama-sama dalam perjalanan dinas dengan bupati berprofesi dokter ini kepada Siwalima mengaku menyaksikan dengan mata kepalanya sang bupati dengan tanggap dan cepat mem­bantu penumpang tersebut.

Meskipun terpilih menjadi Bupati Kepulauan Aru dalam Pilkada tahun 2016 hingga saat ini tidak lagi me­laksanakan tugas profesi sebagai seorang dokter, namun  panggilan ke­manusian itu sudah sangat mele­kat dengan sang bupati.

“Jadi awalnya itu pramugari meng­umumkan kepada penumpang yang profesi dokter dan memiliki kartu iden­titas kedokteran mohon memban­tu penumpang yang meng­alami kondisi serangan jatung. Tapi waktu informasi awal belum ada yang berdiri, lalu pra­mugari ulangi lagi melalui mikrofon dan bupati kemudian berdiri meng­ham­piri pasien sudah ada pra­mugari disitu. Bupati lalu menunjukan kartu iden­titas profesi dokter. Setelah dise­tujui pramugari, bupati langsung de­ngan cepat tanggap dan  me­nang­gani pe­numpang tersebut,” jelas Hen­drik.

Naluri dokter kelihatan dari cara bupati melakukan pemeriksaan mu­lai dari denyut nadi hingga peme­riksaan bola mata untuk memastikan kese­hatan penumpang yang terkena se­rangan jantung.

Melihat kondisi penumpang yang terus menunjukan kondisi kritis dengan menggunakan peralatan P3K seadanya, bupati lalu meminta ok­sigen dari pihak pramugari. Dipa­sanglah oksigen itu sehingga pe­numpang tersebut mulai alami sedi­kit perubahan. Nafas yang tadinya setengah-setengah mulai membaik seiring pemasangan oksigen.

“Jadi bupati saat itu menghampiri pramugari untuk berikan kartu iden­titas sekaligus memberikan bantuan kepada penumpang yang sakit be­rupa periksa denyut nadi, kemudian me­meriksa mata, dan periksa obat-obat apa saja yang diminum. Karena pe­numpang itu sudah kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan busa, nafas juga sudah setengah-sete­ngah, beliau langsung meminta oksigen dari pihak pramugari. Syukur oksigen ada dan akhirnya penumpang itu tertolong,” jelas Hendrik yang ditemani ajudan Bu­pati Aru, Bambang.

Bupati sempat kembali ke tempat duduknya, namun naluri seorang dokter sangat kuat, ia lalu mengham­piri penumpang itu dan memastikan kondisi yang bersangkutan. Dan ternyata benar penumpang tersebut kembali kejang-kejang.

“Jadi awal pertolongan pertama sekitar 10 menit penumpang yang sakit itu memang sudah membaik, sehingga bupati balik ke tempat duduknya. Tapi tiba-tiba penum­pang itu kejang-kejang, sehingga bupati harus ekstra memberikan pertolongan meskipun tinggal be­berapa menit lagi pesawat mendarat di Bandara Ngura Rai,” beber Hen­drik dan Bambang.

Sebelum pesawat landing, pukul 16.40 WITA, bupati meminta kepada pihak pramugari Lion Air untuk menyiapkan ambulance. “Alhamdu­lilah pasien bisa tertolong sampai pesawat mendarat di Denpasar- Bali, dan langsung dievakuasi meng­gunakan ambulance menuju rumah sakit terdekat,” pungkas Hendrik dan Bambang. (S-19)