Orang Seram Sebut ”Ini Proyek Akal-akalan”
Pemprov Rencana Bangun Kereta Api di Seram
AMBON, Siwalimanews – Tokoh masyarakat Pulau Seram menuding proyek ini sebagai akal-akalan pemerintah, ka-rena tidak sejalan de-ngan visi dan misi ke-pala daerah.
Rencana Pemerintah Provinsi Maluku untuk melakukan pra feasibility study rencana induk perkeretaapian di Pulau Seram, oleh Stevin Melay, pengajar FKIP Unpatti, disebut sebagai program akal-akalan.
Putera Seram ini bahkan mempertanyakan apakah feasibility study itu merupakan bagian dari visi dan misi gubernur dan wakil gubernur dalam muatan RPJMD atau tidak.
“Kalau tidak, maka saya katakan ini program akal-akalan dan sangat prihatin. Karena tidak ada kontrol dari gubernur dan wakil gubernur,” ujar Melay, kepada Siwalima, Selasa (15/6) siang.
Melay menilai idealnya anggaran studi kelayakan digunakan untuk merealisasikan misi keempat gubernur dan wakil gubernur sebagaimana termaktub dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), tentang peningkatan infrastruktur dan membangun konektivitas antar pulau.
Baca Juga: Abua Serahkan Bantuan Usaha Mikro di Leihitu Barat“Sebagai orang Seram, saya mau katakan belum menjadi kebutuhanlah. Lebih baik anggaran studi kelayakan itu digunakan untuk merealisasikan misi dan visi gubernur dan wakil gubernur, tentang peningkatan infrastruktur dan membangun konektivitas antar pulau,” ujar Melay.
Kalaupun itu merupakan program turunan dari RPJMD, yang dituangkan dalam rencana kerja pemerintah daerah, dari sisi urgensi dan kebutuhan, belum dibutuhkan oleh masyarakat di Pulau Seram saat ini.
“Karena kalau misalkan studi kelayakan dilakukan lalu rekomendasinya boleh dilanjutkan itu tidak masalah. Ya nantilah dia menjadi muatan akademik untuk perencanaan jangka menengah dan panjang. Tapi kalau misalkan ketika dilakukan studi kelyakan dan rekomendasi atau hasil studi itu saat ini di Pulau Seram belum membutuhkan pembangunan jalur perkeretaapian, maka ini kan nanti yang terjadi adalah penghamburan uang. Lebih baik Rp 500 juta itu digunakan untuk pemberdayaan,” jelasnya.
Melay mengkritik kebijakan Pemprov, dimana Gubernur dan Wakil Gubernur tidak fokus pada skala prioritas, khususnya pada visi dan misi mereka berdua.
“Saya kira idelanya gubernur dan wagub harus fokus untuk melihat skla prioritas dari visi dan misi beliau itu mana yang menjadi prioritas, dibanding melakukan sesuatu yang tidak mendesak untuk masyarakat. Bagaimana pemerintah melakukan intervensi terhadap peningkatan infrastruktur di wilayah Seram yang masih terisolasi karena jalan dan jembatan itu belum layak, disamping pertumbuhan ekonomi masyarakat yang rendah, dibandingkan studi kelayakan yang menghambur-hamburkan uang,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan, Pemprov Maluku berencana membangun kereta api di Pulau Seram. Rencananya jadi program Dinas Perhubungan, yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2021.
Proyek itu bahkan sudah dilelang, seperti dilansir laman lpse.malukuprov.go.id, dengan nama paket Pra Study Kelayakan Rencana Induk Perkeretaapian.
Tak tanggung-tanggung, proyek dengan kode tender 15594288 itu menelan dana hampir setengah miliar rupiah.
Adapun lokasi proyek tersebut meliputi Pulau Seram, dimulai dari Kabupaten Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah.
Proyek fantastis ini kontan mendapat tanggapan berbagai kalangan, lantaran kereta api sama sekali bukan kebutuhan mendasar bagi masyarakat Maluku saat ini.
Publik menganggap, daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi seperti Sulawesi Selatan saja, masih belum bisa menghadirkan kereta api kepada warganya. Padahal, kondisi alam di sana, relatif lebih datar dibanding di Maluku yang banyak perbukitan.
Kendati begitu, Kepala Dinas Perhubungan Maluku, Muhammad Malawat berdalih dan mengatakan proyek tersebut masih dalam taraf pra studi kelayakan.
“Kegiatan di Dishub baru Pra FS atau Pra Feasibility Study. Jadi baru mau distudikan apa layak atau tidak. Baru Pra FS,” tulis Malawat dalam pesan WhatsApp kepada Siwalima, Selasa (15/6).
Pemberdayaan
Pembantu Rektor Satu Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon Yance Rumahuru menegaskan, saat ini masyarakat Pulau Seram sama sekali tidak bermimpi apalagi sampai membutuhkan moda transportasi kereta api.
“Orang Seram sebetulnya saat ini bukan soal butuh kereta api. Tapi butuh perlindungan terhadap hak-hak masyarakat. Disisi lain, masyarakat harus diberdayakan supaya ekonomi itu tumbuh dan punya akses. Sebab persoalan yang paling utama itu aksesbilitas. Jadi transportasi itu harapannya supaya membuat akses itu lebih baik. Tapi ternyata belum. Jalan dan jembatan saja belum mampu untuk diperbaiki. Bahkan ada wilayah-wilayah di Seram yang sama sekali belum menikmati infrastruktur jalan. Lalu kemudian listrik, pendidikan dan kesehatan. Semua ini belum disentuh di Seram padahal itu kebutuhan dasar,” jelas Rumahuru.
Kepada Siwalima, Selasa (15/6), Rumahuru mengaku tidak menolak kebijakan kereta api, karena itu untuk waktu jangka panjang. Hanya saja ia pesimis, program ini merupakan “pemanis bibir” karena sesuatu itu masih abstrak dan masih sangat jauh.
“Kami orang Seram tidak menolak kebijakan kereta api itu, tapi jangan sampai itu kemudian menjadi “gula-gula” karena masih abstrak sekali dan masih sangat jauh,” tegasnya.
Rumahuru berharap studi kelayakan itu jangan dijadikan proyek asal-asalan, contoh kasus bandara di Wahai, yang studinya itu cuma butuh legitimasi akademisi, padahal itu tidak layak.
“Jadi itu yang saya maksudkan, studi kelayakan jangan dijadikan proyek asal-asalan sebab itu bukan kebutuhan. Dari pada anggaran itu dibuang untuk sesuatu kegiatan yang tidak urgen, mending dipakai untuk mensejahterakan masyarakat dengan cara pemberdayaan atau lain-lain sebagainya,” ungkap Rumahuru.
Bukan Prioritas
Tokoh masyarakat Seram lainnya, Stenly Salenussa mengatakan, rencana kereta api dibangun di Seram merupakan sebuah impian ke depan dan itu wajar-wajar saja. Tapi hal itu bukan prioritas. Saat ini masyarakat di Pulau Seram masih butuh pendidikan dan kesehatan.
“Bagi saya dari perspektif akademisi artinya rencana bangun kereta api itu impian kedepan dan wajar-wajar saja sebagai bagian dari pemerataan dan kemajuan pembangunan. Tapi lagi-lagi mari kita lihat apa yang menjadi prioritas dan yang dibutuhkan masyarakat di Pulau Seram,” kata Selenussa kepada Siwalima, Selasa (15/6) siang.
Staf pengajar pada Fakultas Ekonomi UKIM ini malah memberi usulan kepada Pemprov untuk membuka dan menambah transportasi laut.
“Bangun pelabuhan-pelabuhan yang bisa mendistribusikan hasil-hasil pertanian. Hasil-hasil perikanan bahkan distribusi manusia. Atau juga bisa katakanlah mencari salah satu lokasi yang baik di Seram itu lalu membuat pelabuhan udara, itu akan jauh lebih baik,” usul Salenussa.
Dia takutkan rencana pembangunan kereta api di Pulau Seram hanya sebuah program yang dikemas untuk menjadi kepentingan politik kedepan, guna meraup kekuatan suara di Pulau Seram.
Dipertanyakan
Politikus asal Pulau Seram, Marcus Pentury mempertanyakan dari mana ide pembangunan kereta api di Pulau Seram.
“Kalau itu datangnya dari pemerintah pusat itu berarti mereka belum memahami problematika perhubungan di Maluku secara komperhensip. Tapi jika datangnya dari Pemprov, maka semestinya mereka melakukan telaah skala prioritas terhadap problematika yang ada di Maluku, seyogyanya itu yang menjadi catatan awal sebelum kita masuk pada sebuah proses merancang sebuah pembangunan transportasi secara konprehensip,” ungkap Pentury, kepada Siwalima, melalui telepon selulernya, Selasa (15/6).
Dikatakan, ide dan gagasan membangun itu harus didukung, namun yang terpenting adalah semua perencanaan itu harus secara komperhensip.
“Ide ini menurut saya baik tapi apakah program ini sangat mendesak saat ini sementara saat ini saja Pemprov tidak melihat skala prioritas jalan dan jembatan di Pulau Seram lalu mau membangun kereta api. Pertanyaannya, seberapa besar partisipasi, kegunaan dan manfaat dari sebuah transportasi kereta api itu, apakah sudah dihitung soal manfaatnya?” tanya mantan Anggota DPRD Maluku ini.
Menurut Pentury, saat ini persoalannya terkait data base tentang problem perhubungan Maluku di Pulau Seram.
“Per hari ini apakah program lingkar Seram itu sudah jalan dengan baik, ini harus dikaji apakah ini harus didahulukan sebagai skala prioritas kemudian karena kebutuhan yang sangat mendesak dari transportasi kereta api, tentu dari lalu lintas manusia dirasa hemat saya itu menjadi kajian yang panjang dan dalam juga, kalau untuk misalnya kereta ini menjadi jasa angkat barang atau orang, maka bisa menjadi pertimbangan karena melintasi pulau yang berpotensi pada produksi pertanian dan lain-lain. Tapi lagi-lagi buat saya, ini bukan skala prioritas,” tegasnya.
Utamakan Jalan Raya
Anggota DPRD Provinsi Maluku dapil Kabupaten Seram Bagian Timur, Fauzan Husni Alkatiri mengatakan rencana pembangunan rel kereta api di pulau Seram belum menjadi kebutuhan yang mendesak.
Menurutnya, sampai saat ini ada beberapa daerah di Kabupaten SBB yang masih terisolir, sehingga perlu untuk menjadi perhatian pemerintah.
Kepada Siwalima, Selasa (15/6), Alkatiri menegaskan jika yang menjadi dasar pikir pemerintah ialah produktifitas masyarakat, maka mestinya jalan yang tinggal sedikit tersebut diselesaikan dahulu dari pada pembangunan rel dengan menggunakan anggaran yang cukup besar.
“Rel termasuk infrastruktur tetapi harus dilihat pembangunan rel kereta api ini membutuhkan sumber dana yang besar jangka panjang, sedangkan anggaran untuk pembangunan jalan ini tidak banyak hanya membutuhkan niat baik dan keseriusan pemerintah saja,” tegasnya.
Dihubungi terpisah, Raja Negeri Waraka, R Lailosa mengatakan bila kebijakan untuk kesejahteraan masyarakat maka sebenarnya itu hal yang penting tetapi Pemprov Maluku harus realistis dengan kondisi yang ada di Pulau Seram saat ini.
Dikatakan, sampai dengan saat ini masih banyak masyarakat yang berada di pegunungan yang berlum terjangkau dengan infrastruktur. Pulau Seram yang tidak bisa disamakan dengan Jawa karena kondisi air yang tidak menentu sehingga terkadang terjadi banjir yang dapat berpotensi merusak infrastruktur rel kereta api itu.
Pemerintah Provinsi Maluku mestinya melihat hal lain untuk diprioritaskan seperti jalan yang belum tuntas. Karena itu, Lailosa menilai rencana pembangunan rel kereta api untuk saat ini belum tepat karena lebih baik Pemerintah Provinsi Maluku memprioritaskan jalan dan jembatan yang belum tuntas.
Sementara itu, Putra Seram lainnya, Salmon Latupatulia mengatakan pada dasarnya jika pembangunan rel kereta api tersebut untuk kepentingan masyarakat tidak menjadi masalah. Tapi Pemprov juga harus realistis untuk melihat kebutuhan yang mendesak.
“Sampai sekarang saja banyak jembatan yang belum selesai dikerjakan, lalu kemudian ada rencana untuk membuat kereta api di Pulau Seram,” tandasnya kepada Siwalima, Selasa (15/6) siang.
Mantan anggota TNI ini khawatir jika nantinya dipaksakan akan menjadi proyek yang mubazir, artinya rencana itu berjalan dan di tengah jalan mandek itu merugikan keuangan negara.
Menurutnya, dari pada nantinya menjadi proyek yang mandek, lebih baik Pemprov fokus untuk membangun jalan dan jembatan.
Apalagi, masyarakat di pegunungan sampai saat ini belum mengalami kemerdekaan seperti pendidikan dan jalan yang masih jauh dari harapan. “Sebenarnya fokus Pemprov harus kesana untuk membuka daerah yang terisolasi, supaya rasa keadilan sila kelima dirasakan oleh masyarakat Pulau Seram,” cetusnya. (S-50)
Tinggalkan Balasan