Odie Orno Dibuang, Golkar Bakal Pecah
Tarung Panas Pilkada Golkar vs PDIP (10)
AMBON, Siwalimanews – Tanda-tanda Golkar bakal pecah di MBD mulai terlihat. Pengurus dan kader kecewa berat, lantaran Desianus alias Odie Orno dicampakan begitu saja.
Odie Orno yang awalnya direkomendasikan oleh Golkar sebagai calon bupati berpasangan dengan Ketua DPD Golkar Kabupaten MBD, Bastian Petrusz, sudah tak lagi dihitung dalam pentas pilkada. Bastian diam-diam melakukan manuver. Ia mendekati Nikolas Kilikily, calon bupati dari Gerindra agar bisa menjadi penamping Nikolas.
Langkah politik Bastian membuat pengurus Golkar MBD berang. Bastian dinilai bermain diluar mekanisme Golkar. Sebab, calon bupati yang diputuskan Golkar adalah Odie Orno, bukan Nikolas Kilikily.
“Beta mesti sampaikan saat ini di Golkar Kabupaten MBD benar-benar tidak solid, internalnya sementara kacau, sebab Ketua DPD Golkar melakukan manuver politik tidak sesuai dengan mekanisme di partai dengan melakukan komunikasi secara personal,” tandas Wakil Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi DPD Golkar Kabupaten MBD, Jefry Reihiraky, kepada Siwalima, Kamis (23/7).
Reihiraky memastikan jika Gerindra dan Golkar berkoalisi mengusung Nikolas Kilikily-Bastian Petrusz tanpa melalui mekanisme seperti saat mengusung Odie Orno-Bastian Petrusz maka akan memicu keretakan di internal Golkar MBD. “Oh iya itu pasti,” tegasnya.
Baca Juga: Jika Terjadi, Koalisi Golkar-Gerindra tak MengakarSikap berbeda disampaikan Wakil Ketua Bidang Sosial dan Keagamaan DPD Golkar MBD, Buce Yermias. Dia yakin Golkar MBD tetap solid, kendati dinamika politik yang terjadi saat ini cukup tajam. “Kami yakin tidak terjadi perpecahan di internal Golkar, tidak,” tandas Buce, kepada Siwalima, Sabtu (25/7).
Walaupun optimis solid, tetapi Buce ragu jika Nikolas Kilikily-Bastian Petrusz diusung Gerindra dan Golkar dapat memenangi pilkada pada Desember mendatang.
Buce blak-blakan mengungkapkan, tingkat elektabilitas Bastian sangat rendah. Belum lagi Nikolas Kilikily yang punya pengalaman kalah dalam pilkada lima tahun lalu.
“Terkait dengan figur Ketua DPD Golkar MBD elektabilitasnya sangat rendah, yang kemudian jika disandingkan dengan Nikolas Kilikily yang bukan pendatang baru karena sudah bertarung lima tahun lalu, justru akan sulit untuk memenangkan pilkada,” ujarnya.
Buce kembali membeberkan fakta, kalau Bastian Petrusz yang sudah menjadi anggota DPRD MBD tiga periode hanya memiliki basis suara pada lima desa, yaitu di Pulau Moa dan Leti. Sehingga akan sangat sulit untuk mendongkrak kemenangan bagi pasangan Gerindra dan Golkar.
“Soal pak Niko sudah disampaikan teruji, tetapi Bastian Petrusz yang selama ini hanya memiliki basis suara di lima desa sehingga dari sisi calon wakil sangat diragukan,” tandasnya.
Lanjut Buce, keluarga besar Bastian Petrusz yang berada di Pulau Kisar sudah pasti berpihak kepada petahana Benyamin Thomas Noach.
“Keluarga Petrus yang ada di Kisar dari dulu itu PDIP, sehingga agak sulit. Jadi di dalam lingkungan keluarga saja sudah setengah mati untuk meraih dukungan suara, bisa-bisa di Kisar hitungan jari saja tidak sampai,” katanya.
Buce malah lebih setuju jika Nikolas Kilikily dan Onisimus Septory yang diusung Golkar dan Gerindra. Dia mengklaim pasangan ini lebih direstui masyarakat kalangan bawah.
Malah Buce mengungkapkan, sejak awal Ketua DPD Golkar Maluku, Ramly Umasugi sendiri yang telah membawa Nikolas Kilikily dan Onisimus Septory untuk diperkenalkan kepada petinggi-petinggi Golkar di Jakarta. Olehnya, dia menyarankan Golkar mengusung pasangan ini, dari pada malu.
“Dari pada Golkar malu di pilkada MBD jalan terbaik kembali ke awal, dimana ketua DPD Maluku sendiri telah membawa Nikolas Kilikily dan Onisimus Septory kepada petinggi-petinggi partai di Jakarta. Jadi suara rakyat mestinya didengar,” tegasnya.
Ditanya soal kekuatan Odie Orno dan massa pendukungnya, Buce mengatakan Odie adalah seorang ASN, dan belum punya pengalaman bertarung dalam perhelatan politik, karena itu sulit untuk menyatakan bahwa ia memiliki basis riil.
Euforia yang dibangun saat ini, kata dia, kekuatan Odie Orno dan kakaknya Barnabas Orno bisa berpengaruh dan bisa dijadikan barometer untuk memenangkan pilkada. Padahal faktanya tidak demikian. “Ini kan namanya berlindung di bawah ketiak,” ujar Buce.
Kalangan akademisi juga menangkap akan terjadinya perpecahan di tubuh Golkar, jika Odie Orno disingkirkan.
Akademisi Fisip Unpatti, Mochtar Nepa-Nepa mengatakan, kader Golkar selama ini berjuang sejak awal untuk merekomendasikan Odie Orno-Bastian Petrusz. Jika keputusan DPP berubah, tanpa mendengarkan aspirasi akar rumput, akan terjadi perpecahan di internal partai.
“Imbas politiknya akan terjadi juga perpecahan internal partai, sebab aspirasi dari bawah jauh lebih kuat akar politiknya ketimbang kepentingan DPP Pusat,” kata Mochtar, Minggu (26/7).
Mochtar khawatir muncul friksi antara kelompok pro Ordie Orno dan Bastian Petrusz, dengan kelompok yang mendukung pasangan lain, hasil kompromi elit Gerindra dan Golkar, dan yang paling dirugikan yaitu massa pendukung Golkar.
“Pergeseran massa akan terjadi jika rekomendasi kemudian diberikan selain kepada pasangan saat ini,” ujarnya.
Akademisi Fisip UKIM, Rido Latuheru mengatakan, sebelum mengeluarkan keputusan seharusnya DPP Gerindra dan Golkar menyerap aspirasi akar rumput. Kalau tidak, perpecahan internal akan terjadi.
Walaupun dalam asas berpolitik, kata Rido, semua kader partai wajib hukum patuh terhadap keputusan partai, namun sering berbeda di lapangan. Bisa saja, kalangan akar rumput memiliki penilaian yang berbeda.
“Kondisi ini akan sangat mengganggu aras kerja di kalangan grass root. Bagaimana pun juga dinamika politik tidak dapat ditebak. Artinya ketika aras partai mendukung kandidat tertentu, tetapi aras grass root bisa terjadi mendukung yang lain,” tuturnya.
Olehnya itu, kata Rido, apapun keputusan politik yang diambil harus dapat dikonsolidasikan dengan baik. Kalau tidak, perpecahan pasti terjadi di internal Golkar. (Cr-2)
Tinggalkan Balasan