Ngotot LIN, Ekspor Ikan Maluku Butuh Waktu 35 Hari
AMBON, Siwalimanews – Kendatipun Pemprov terus ngotot agar Maluku dijadikan sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN), namun kenyatannya ekspor ikan ke Narita Jepang membutuhkan waktu 35 hari dari pelabuhan Yos Sudarso Ambon.
Ikan Maluku lebih banyak diekspor dari luar ketimbang dari pelabuhan yang ada di Maluku. hal ini tentu saja sangat merugikan Maluku.
Kenyatannya ini disampaikan pelaku usaha dibidang perikanan saat berdialog langsung dengan Presiden Joko Widodo di pelabuhan Yos Sudarso Ambon, Kamis (25/3).
Seperti yang dikutib dari Chanel Youtube Sekretariat Presiden, salah satu pelaku perikanan Kuntoro Alfred Kusno mengaku, sudah 28 tahun berkecimpung di dunia perikanan namun, kendala yang dihadapinya selama ini adalah, laboratorium uji mutu perikanan.
“Selama ini kami harus kirim ke Bali memakan waktu dan biaya cukup mahal. Di Ambon sendiri belum ada pengujian logam berat, histamin dan terakhir uji covid,” ujar Alfred.
Baca Juga: ESDM: Stop Penambangan!Masalah lainnya kata Alfred adalah logistik. Di Maluku sendiri tidak terlalu banyak investor dibidang perikanan, karena biaya logistik yang cukup tinggi.
Ia mencontohkan ketika ekspor ke Jepang bagian selatan, khusus ikan cakalang, pihaknya harus mengorder kontener 40 fit dari Surabaya dan dikirim tibanya dua minggu di Ambon. Setelah di traking, kemudian dikirim ke pelabuhan Yos sudarso menggunakan mobil.
“Jadi setelah mulai dikirim itu butuh waktu 35 hari baru sampai. Karena dari Ambon harus dikirim ke Surabaya atau Jakarta,” beber Alfred.
Menanggapi keluhan tersebut, Presiden Joko Widodo menjelaskan, pagi hari ini dirinya datang ingin melihat kondisi sektor perikanan di Maluku.
“Jadi pagi hari ini saya khusus datang ke Ambon hanya punya satu keperluan, bahwa kita akan membangun Ambon New Port yang kurang lebih di dalam perencanaan nanti ada 700 hektar yang itu terintegrasi antara pelabuhan logistik dan pelabuhan perikanan serta industri perikanan ada di satu lokasi,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, dalam waktu dekat, Kota Ambon akan mengembangkan pelabuhan baru dengan konsep pelabuhan terintegrasi yang akan menjadi pusat pertumbuhan industri pengolahan ikan dan konsolidasi kargo dari wilayah Indonesia Timur.
Pengembangan pelabuhan baru tersebut sangat dibutuhkan, mengingat pelabuhan khusus perikanan saat ini telah mencapai kapasitas maksimum.
“Tahun ini akan dimulai pembangunannya dan kita harapkan dalam dua tahun akan selesai. Untuk itu saya minta nanti para pelaku fisheries industry bisa segera mendaftar dan ikut masuk ke dalam lokasi ini, sehingga kita memiliki keyakinan bahwa ini bisa jalan,” ujar Presiden.
Melihat potensi perikanan di Maluku yang sangat besar, namun belum teroptimalkan dengan baik, Presiden Joko Widodo memandang, bahwa pembangunan sebuah fasilitas yang dibutuhkan para pelaku usaha perikanan setempat untuk dapat memacu produksi perikanan lebih besar lagi memang diperlukan.
Meski demikian, Presiden menekankan agar rencana dan implementasi dari pembangunan pelabuhan baru tersebut, lebih dimatangkan agar nantinya dapat menjadi sebuah percontohan bagi pengembangan pelabuhan modern yang terintegrasi dengan industri perikanan di daerah-daerah lainnya.
“Tadi disampaikan oleh Dirut Pelindo mengenai potensi-potensi perikanan. Ada 800 ribu ton sebelah sini, kemudian sebelah utara ada 1,2 juta ton, kemudian agak di selatannya ada 2,6 juta ton. Saya kira Ambon New Port ini memang harus ada,” ucap Presiden.
Untuk diketahui, sebelum mengunjungi dan meninjau Pelabuhan Yos Sudarso serta berdialog dengan para pelaku usaha perikanan, Kepala Negara terlebih dahulu meninjau jalannya proses vaksinasi massal yang digelar bagi para petugas atau pekerja publik di pelabuhan yang terdiri atas pegawai PT Pelni, PT Pelindo, dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.
Dalam kunjungan itu, sebanyak 50 orang tengah menjalani proses vaksinasi dimana pelaksana setempat menargetkan pemberian vaksin kepada 230 penerima vaksin secara keseluruhan.
Mendampingi Presiden dalam kunjungan tersebut antara lain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Gubernur Maluku Murad Ismail.
Penuhi Permintaan Nelayan Hitu
Saat bertemu dengan nelayan Hitu, Presiden meminta para nelayan untuk menyampaikan keluhan mereka terkait dengan aktivitas mereka sehari-hari.
“Di pagi hari ini, saya ingin dengarkan urusan yang berkaitan dengan perikanan nelayan disaat pandemi ini, apakah ada pengaruhnya atau tidak dan ada kesulitan-kesulitan apa. Silahkan kalau ada yang mau sampaikan. Kalau nggak ada, berarti tidak ada masalah,” ucap presiden saat bertatap muka dengan para nelayan, kutib channel youtube Sekretariat Presiden.
Yusuf, perwakilan nelayan Hitu pada kesempatan itu mengatakan, selama ini, masyarakat nelayan mengalami kekurangan alat tangkap berupa rompon.
“Terima kasih bapak Presiden telah datang kunjungi kami. Yang ingin kami sampaikan di masa pandemi ini, tidak ada masalah dalam mata pencaharian. Pencaharian kami sudah mantap, tapi masyarakat disini alami kekurangan alat tangkap rompon/bagan yang masih kurang,” ungkapnya.
Presiden kemudian menanyakan satu rompon dipakai untuk berapa nelayan dan dijawab Yusuf bahwa, biasanya, satu nelayan satu rompon, dan satu rompon itu diperkirakan membutuhkan biaya Rp 7-8 juta.
Menanggapi itu, Presiden kemudian memenuhi permintaan para nelayan dengan membelikan rompon bagi mereka. “Jadi saya titip yang mau dibeli rompon segera esok dibeli, pedagang juga, nanti esok dicek yah sudah dibelikan belum,” ucap Presiden sambil memberikan bantuan kepada nelayan.
Pada kesempatan itu Presiden juga menyampaikan kepada masyarakat nelayan agar bantuan yang diberikannya kiranya dipergunakan dengan sebaik-baiknya. “Jangan dibelikan handphone. Awas ya kalau ada yang beli handphone dari sini (bantuan), ta ikuti. Saya rasa itu aja, selamat bekerja, semuanya ngak ada yang covidkan, sehat-sehat aja, saya tutup ya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, sebelum berdialog dengan masyarakat nelayan, Presiden didampingi Menteri BUMN Erick Tohir dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terlebih dalulu melihat proses vaksinasi di rumah Raja Negeri Hitu.
Turut mendampingi, Gubernur Maluku Murad Ismail dan Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua dan para pejabat Istana Kepresidenan yang ikut mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ke Maluku.
Sebelum mengunjungi masyarakat Hitu Lama, Presiden dan rombongan terlebih dahulu meninjau proses vaksinasi di halaman Kantor Pelindo IV dan meninjau Pelabuhan Yos Sudarso Ambon.
Presiden juga mendengarkan penjelasan dari pihak Pelindo IV terkait dengan kapasitas pelabuhan yang dimiliki saat ini.
Dirinya juga berdialog dengan pelaku usaha di bidang perikanan. Dari Pelabuhan Yos Sudarso, rombongan menuju ke RSUP dr. Johanes Leimena. Disini Presiden terlebih dahulu melihat langsung proses vaksinasi kepada warga Kota Ambon.
Presiden juga menandatangani prasasti sebagai bentuk peresmian RUSP yang ada di kawasan Timur Indonesia. Dari situ, rombongan kemudian bertolak ke Negeri Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.(S-39)
Tinggalkan Balasan