AMBON, Siwalimanews – Sudah semestinya segala fasilitas vital yang menopang sendi-sendi kehi­dupan dapat dinikmati oleh setiap rakyat yang kata orang negeri ini tanah surga. Namun tak bisa dipungkiri, kon­disi geografis menjadi salah satu tanta­ngan yang harus dihadapi untuk men­capai suatu pemerataan pembangunan di Maluku.

Gedung-gedung pencakar langit ba­rangkali menjadi pemandangan sehari-hari bagi masyarakat perkotaan, jala­nan beraspal dan berpaving lengkap de­ngan taman-taman yang elok pun sudah lumrah ditemui.

“Namun ketika kita alihkan teropong kita lebih jauh ke ujung negeri, panora­ma yang sungguh berbeda pun tersaji. Dibalik pesona alam Maluku, ternyata pemerintah masih mempunyai segu­dang pekerjaan rumah untuk mengejar ketertinggalan pembangunan yang ada di daerah ini,” kata Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVI/Pattimura, Kolonel Arm, Stefie Jantje Nuhujanan kepada Siwalima Sabtu (10/10).

TNI Manunggal Membangun Desa atau yang lebih familiar dengan sebutan TMMD merupakan salah satu kunci untuk menjawab segala keluh kesah masyarakat Maluku. Di kali ke-109 ini, TMMD di Kodam XVI/Pattimura hadir untuk dua wilayah, yakni Namlea di Maluku dan Tobelo di Maluku Utara. Program yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1980 ini menjadi salah satu program terpadu lintas sektoral antara TNI dengan pemerintah daerah serta komponen bangsa lainnya.

Dibuka pada 22 September silam, men­jalankan salah satu tugas pokok ope­rasi militer selain perang, TNI mem­bantu tugas pemerintah di daerah, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, merehabilitasi infra­struktur dan permasalahan akibat konflik.

Baca Juga: BMKG: Maluku  Masuk Daerah Rawan

Menurut Nuhujanan, TMMD menjadi salah satu cara untuk mengakse­lera­sikan pembangunan bagi wilayah pede­saan, utamanya wilayah yang tergolong tertinggal, terisolasi, perbatasan dan daerah yang terdampak bencana.

Membangun dari Luar dan Dalam

Menginjakkan kaki di negeri minyak kayu putih, Namlea, dengan bukit- bukit hijau kecokelatan yang disuguhkan bersama birunya pantai yang masih asri, tak ada hiruk pikuk kendaraan, tak banyak orang berlalu lalang.

“Mobil pun dapat dipacu hingga 100 km per jam di jalanan yang lengang siang hari. Tak ada gedung- gedung bertingkat dan mall, bahkan disini belum ditemukan minimarket yang sering kita jumpai. Dengan kondisi lapangan seperti ini, rasanya daerah pedesaan yang ada di Namlea pun jarang terjamah oleh pembaharuan sarana dan prasarana,” ungkap Nuhujanan.

Setali tiga uang dengan Namlea, jauh menyeberang ke Halmahera, Tobelo pun telah lama menanti adanya perbaikan fasilitas-fasilitas yang mereka punya. Selama ini tambahnya, banyak kendala yang harus dihadapi masyarakat kedua wilayah tersebut. Seperti jalan yang rusak, banjir ketika hujan deras, masih terdapat MCK yang tidak layak dan sederet permasalahan lainnya.

TMMD ke-109 tahun 2020, hadir ke tengah-tengah masyarakat tak hanya merampungkan berbagai sasaran fisik, namun TMMD secara konsisten memba­ngun masyarakat dari dalam melalui sasaran non fisik.

“TMMD  mempunyai sasaran fisik dan non fisik. Untuk sasaran fisik ,TNI bersama Polri dan masyarakat seperti pembangunan jalan beton, drainase, bak penampung air , MCK dan tempat jemuran ikan. Selain sasaran fisik, kami mengadakan berbagai penyuluhan sebagai bentuk sasaran nonfisik, seperti penyuluhan kesehatan, keluar­ga berencana, wawasan kebangsaan, dan bela negara,” jelas Nuhujanan.

Karya Bakti di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia dan Indonesia membuat aktivitas yang dapat dilakukan seba­gaimana mestinya menjadi terbatas. Sejumlah protokol kesehatan pun wajib diterapkan.

Pelaksanaan TMMD saat pandemi tak menyurutkan antusias dan semangat TNI-Polri yang bergotong royong dengan masyarakat merampungkan berbagai sasaran fisik dan nonfisik.

“Sebelum memulai bekerja pun selalu diawali dengan mencuci tangan, memakai masker selama bekerja dan kembali mencuci tangan seusai bekerja. Sebelum para prajurit dikirim untuk bertugas ke daerah sasaran, telah dilakukan rapid test untuk memastikan kesiapan prajurit dari segi kesehatan,” ujar Nuhujanan.

Masih kata Nuhujanan, melalui salah satu program sasaran non fisik, mas­yarakat diedukasi oleh babinsa dengan menggaet lembaga terkait, pentingnya mematuhi protokol kesehatan.

Dengan mengadakan penyuluhan kesehatan, masyarakat ditekankan untuk selalu memakai masker kemana pun mereka pergi, rajin mencuci tangan pakai sabun dan jaga jarak.

Salah satu warga yakni Corie (46) yang mengikuti penyuluhan oleh Dinas Kesehatan mengatakan, masyarakat harus diingatkan untuk menaati protokol kesehatan.

“Melalui TMMD kami disadarkan kalau Covid-19 memang ada. Kesa­daran pakai masker harus ditanamkan, untuk anak- anak juga. Agar kita terlindung dan melindungi orang lain. Terima kasih TNI.” Ungkap Corie.

Angin Segar Bernama TMMD

Kehadiran TMMD layaknya oase ditengah padang pasir yang gersang. Jalan yang dulu licin selepas diguyur hujan kini tak lagi menjadi hambatan bagi masyarakat yang melintas.

Drainase pun kini mampu menam­pung air hujan sehingga tak lagi meluap dan mengakibatkan banjir. Masyarakat dapat beraktivitas lebih baik. Disamping itu, banyak potensi yang dapat dikem­bangkan lewat berbagai penyuluhan. Harapannya melalui TMMD ke 109 ini tak hanya dari segi pembangunan fisik saja yang mengalami suatu percepatan, namun juga secara non fisik mampu mening­kat. Binar-binar mata mas­yarakat pun nampak terlihat tatkala mereka saat ini dapat menikmati hasil nyata dari adanya TMMD ke 109.

“Hasil dari sasaran fisik dan non fisik hanyalah sebuah bonus dari adanya TMMD. Utamanya, terjalin suatu kema­nunggalan antara TNI, Polri dan rakyat,” pungkas Nuhujanan. (S-32)