AMBON, Siwalimanews – Pemerintah Provinsi Maluku menanggung semua biaya melahirkan dari Anastasia Geavani, penumpang pesawat Lion Air yang melahirkan diatas pesawat dengan rute perjalanan Merauke-Jayapura-Makassar-Jakarta, Selasa (17/11).

Saat ini ibu dan bayi tersebut mendapat perawatan medis di RSUD Haulussy kawasan Kudamati Ambon.

“Seluruh biaya selama menjalani perawatan di RSUD dr M Haulussy baik korban Anastasia dan bayi laki-laki (1 hari) di tanggung Pemprov Maluku,” kata Sekda Maluku Kasrul Selang kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku, Kamis (19/11).

Kasrul mengatakan, apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku kepada penumpang Lion Air merupakan faktor kemanusiaan.

“Ini sangat manusiawi, karena harus melahirkan di atas udara dan butuh pertolongan segera. Jadi nanti kita koordinasikan dengan pihak RSUD seluruh biayanya kita tanggung,” ungkap Kasrul.

Baca Juga: Lantamal IX Gelar Sosialisasi Safaety Riding

Sementara itu pihak RSUD dr.M. Haulussy yang menjadi tempat perawatan Anastasia Geavani bersama bayi lak-laki dalam kondisi baik.

“Hanya saja bayi laki-laki masih dalam ruang incubator dan masih dibantu dengan oksigen,” kata Plt Direktur RSUD dr. H Haulussy, Rodrigo Limmon yang dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Kamis (19/11).

Dikatakan bayi yang dilahirkan oleh penumpangpesawat lion air itu sendiri dengan berat 1 kg.  “Bayinya kondisi baik bersama dengan ibunya, sedang kita rawat,” tandasnya.

Sementara itu Corporate Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro yang dikonfirmasi Siwalima terkait dengan biaya perawatan mengaku bukan menjadi tanggi jawab Lion Air.

“Kalau biaya penumpang yang kini dalam perawatan tim dokter RSUD dr. M Haulussy itu bukan menjadi tanggung jawab kami,” jelas Prihantoro.

Dia mengaku itu sudah standar penaganan dilakukan oleh operator tranpsotasi udara terhadap seorang penumpang yang akan mengalami sakit, atau akan membutuhkan pertolongan diatas udara.

“Jadi semua sudah kita lakukan sesuai prosedur namun biaya di rumah sakit bukan tanggung jawab kami,” tandasnya.

Melahirkan di Pesawat

Seorang penumpang melahirkan di pesawat Lion Air bikin heboh. Penumpang bernama Anastasia Geavani melahirkan saat persawat dalam perjalanan Merauke-Jayapura-Makassar-Jakarta, pada Selasa (17/11).

Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam rilisnya yang diterima Siwalima, Rabu (18/11) menjelaskan, Lion Air telah mempersiapkan penerbangan JT-797 secara tepat, pe­sawat Boeing 737-900ER registrasi PK-JT sebelum diberangkatkan sudah menjalani pemeriksaan sebelum keberangkatan serta dinyatakan laik dan aman untuk terbang (airworthy for flight).

“Kru yang bertugas dalam kondisi sehat, serta seluruh penumpang telah menjalani pemeriksaan sebagaimana ketentuan yang berlaku,” ujar Danang.

Lion Air penerbangan JT-797 lepas landas dari Bandar Udara Internasional Sentani. Dengan jadwal keberangkatan pukul 13.35 WIT (Waktu Indonesia Timur, GMT+ 09).

“Kira-kira 50 menit dari jadwal terbang, pendamping dari penumpang dimaksud meminta bantuan kepada awak kabin bahwa mengeluh sakit perut dan meminta air putih hangat,” jelas Dadang.

Pimpinan awak kabin (senior flight attendant/ SFA) bernama Novitalia bersama kru kabin lainnya menghampiri langsung guna mengetahui kondisi aktual penumpang.

Setelah mendapatkan informasi detail, SFA segera melakukan pengumuman (announcement) apakah dalam penerbangan terdapat profesi dokter.

“Satu penumpang atas nama Marthina Setiawati Randabunga mengaku sebagai dokter dengan menunjukkan identitas resmi serta dokumen pendukung lainnya,” kata Danang.

Koordinasi dan kerja sama yang baik antara awak kabin dan dokter, proses persalinan penumpang termasuk penanganannya tersebut berjalan normal, dilakukan di kursi bagian belakang. Ibu dan anak dalam keadaan sehat serta selamat.

“Dalam situasi seperti itu guna memberikan pelayanan terbaik, pilot Capt. Eirstanto Prabowo bersama kopilot Tanto Adi Prasetyo setelah koordinasi dengan dokter dan awak kabin memutuskan untuk pengalihan pendaratan (divert) ke bandar udara terdekat, yakni Bandar Udara Internasional Pattimura, Ambon, Maluku,” ungkap Dadang.

Pilot menginformasikan kepada petugas lalu lintas udara dan petugas darat, dalam penerbangan terdapat penumpang yang membutuhkan penanganan kesehatan lebih lanjut. Pesawat udara mendarat pada 15.49 WIT.

“Setelah pesawat udara parkir pada tempatnya dan pada posisi sempurna, petugas layanan darat (ground handling) Lion Air bersama tim medis segera menangani penumpang dimaksud, untuk dibawa ke rumah sakit terdekat,” tutur Danang.

Lion Air penerbangan JT-797 kembali mengudara dari Bandar Udara Internasional Pattimura tujuan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin pukul 16.30 WIT. Pesawat tiba pada 17.15 WITA.

“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada awak kabin yang bertugas, dokter pada penerbangan serta ground handling di Ambon yang menangani operasional dan penanganan satu penumpang melahirkan penerbangan JT-797,” imbuhnya.

Danang mengaku, awak kabin (pramugari dan pramugara) Lion Air sudah dibekali kemampuan (keterampilan) melalui pendidikan dan pelatihan dalam menjalankan profesinya.

Guna menjaga penumpang agar tetap aman dan memastikan semua aktivitas berjalan menurut SOP.

“Setiap awak kabin dilatih secara terampil mampu menangani berbagai keadaan darurat, seperti asap, penanganan barang berbahaya, ancaman bom, insiden medis yang tak terduga seperti penumpang sakit atau melahirkan,” beber Danang.

Danang menjelaskan para kru kabin berwenang dalam memastikan penumpang diizinkan terbang atau tidak melalui analisis (observasi) perilaku hingga bahasa tubuh penumpang yang dianggap dapat (berpotensi) membahayakan atau mengganggu kenyamanan penerbangan.

Sementara salah seorang staf di Bandara Pattimura mengatakan, Anastasia Geavani dan bayinya dibawa ke RSUD dr. M Haulussy untuk mendapatkan penanganan dan perawatan lebih lanjut. “Langsung dibawa ke RSUD Haulussy,” ujarnya.

Plt Direktur RSUD dr M. Hau­-lussy, Rodrigo Limmon yang dikonfirmasi, enggan meng­angkat telepon. Pesan singkat yang dikirim tidak dibalas. (S-39)