AMBON, Siwalimanews – Keiinginan kuat Ke­tua MPH Sinode GPM, AJS Werinussa agar AMGPM dipimpin figur non pendeta sulit un­tuk terwujud. Mayoritas peserta Kongres XXIX mengingingkan pen­deta tetap menjadi ketua umum AMGPM.

Hingga kini ada empat nama yang mencuat sebagai calon ketua. Mereka adalah Pendeta Jondry Paays. Ia saat ini menjabat Sekre­taris Umum Pengurus Besar AM­GPM. Kemudian Melkianus Sair­dekut. Politisi Partai Gerindra ini kini menjabat Wakil Ketua DPRD Maluku. Berikutnya, Pendeta Steven Athiuta dan Pendeta Vebiola So­ngupnun/Latuheru. Latuheru juga tercatat sebagai Pengurus Besar AMGPM.

Sejumlah peserta kongres me­ngaku, hampir semua pemilik sua­ra menginginkan pendeta untuk melanjutkan tugas pelayanan di AMGPM. “Mayoritas tetap meng­inginkan pendeta tetap menah­kodai AMGPM,” tandas salah satu pendeta kepada Siwalima, Selasa (27/10).

Figur diluar pendeta, kata dia, sulit untuk lolos. Apalagi yang ter­libat politik praktis. AD/ART me­ngatur jelas. “Yang ingin calon ketua umum tidak boleh menjadi pemimpin OKP, dan tidak terlibat dalam politik praktis,” ujarnya, yang meminta namanya tak ditulis.

Ia mencontohkan, figur di luar pendeta seperti Melkianus Sair­dekut. Kalau mau calon Ketua Umum AMGPM harus mundur dari anggota DPRD Maluku.

Baca Juga: Hari Ini Wamen Perdagangan Buka Webinar Pemuda

“Harus memilih antara mening­galkan jabatan yang ada atau mengundurkan diri dari pencalo­nan,” tandasnya.

Peserta kongres lainnnya juga mengatakan hal yang sama. Bah­kan dia memastikan AMGPM tetap dipimpin oleh pendeta. “Ooh iya, hampir semua peserta meng­inginkan pendeta,” ujarnya.

Dia menegaskan, konstitusi AMGPM jelas mengatur soal calon ketua umum, yang tidak boleh terlibat politik praktis. Kalau AD/ART dirubah untuk mengakomodir calon tertentu yang bukan pendeta, maka AMGPM telah gagal.

“Kalau memang dipaksakan dan konstitusi kita harus dirubah maka organisasi angkatan muda gagal, karena hanya untuk kepentingan sekelompok orang lalu dipaksakan untuk merubah sesuatu, padahal selama ini kita jalan sudah seperti itu,” tegasnya.

Dia mengungkapkan, ada piki­ran yang berkembang, sebaiknya orang yang sudah paham tentang organisasi AMGPM yang harus melanjutkan kepemimpinan.

“Misalnya ada yang ingin Bung Jondry Paays yang juga Sekum dan diharapakan untuk lanjut berpro­ses, tetapi ada juga yang fans de­ngan bung Steven Athiuta, karena dinilai punya kapasitas,” ujarnya.

Dia juga mengungkapkan, Mel­kianus Sairdekut masuk dari de­legasi Daerah Banda. Sedangkan Steven Athiuta berasal dari dele­gasi Daerah Bacan. Saat agenda roll call peserta, kedua kader ini sempat diprotes. karena dianggap tidak sesuai dengan aturan AMGPM.

“Jadi diduga kedua kader itu tidak mendapatkan rekomendasi dari Daerah Ambon Pulau dan Dae­rah Ambon Timur maka keduanya mencari dari luar,” ujarnya.

Dia juga mengkritik pernyataan ketua sinode yang tak mau mem­berikan rekomendasi kepada pen­deta yang mau mencalonkan diri sebagai Ketua Umum AMGPM.  Ketua sinode menginginkan figur diluar pendeta.

Menurutnya, pernyataan ketua sinode sama sekali tanpa dasar. “Konstitusi AMGPM jelas kok, semua kader berhak mencalonkan diri,” ujarnya.

Seharusnya kata dia, ketua sinode dapat membedakan antara rekomendasi dan restu.

“Beliau menyampaikan sesuatu yang tak rasional. Harus mengerti apa itu merestui dan rekomendasi, beda itu,” tandasnya.

Seperti diberitakan, Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta J. A. S Weri­nussa menolak pendeta menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Ang­katan Muda GPM.  Ia menginginkan figur non pendeta.

Werinussa menegaskan AM­GPM merupakan organisasi kader. Karena itu, suksesi untuk mela­hirkan seorang pemimpin harus menggunakan ukuran kader. Ia memastikan tidak memberikan rekomendasi kepada pendeta yang akan mencalonkan diri se­bagai Ketua Umum PB AMGPM.

“Saya menegaskan AMGPM me­rupakan organisasi kader maka ukuran suksesi dengan lahirnya seorang pemimpin itu adalah ukuran kader,” tandas Werinussa, saat memberikan arahan pada pembukaan Kongres XXIX AMGPM, Minggu (25/10) di Gedung Gereja Pniel Wayame.

Kongres yang akan berlangsung secara virtual hingga Rabu (28/10) itu, dibawah tema, “Beritakanlah Tahun Rahmat Tuhan Telah Datang dan Kerjakanlah Keselamatan­mu”.

Werinussa mendorong agar da­lam kongres lebih menge­depan­kan warga gereja yang mengikuti kontestasi. Sebab selama ini warga gereja telah memberikan ketua sinode, ketua Klasis dan ketua majelis jemaat diduduki oleh  pendeta, sehingga organisasi AMGPM jangan lagi diambil oleh pendeta.

“Marilah kita mengedepankan warga gereja kita yang mengikuti, warga gereja sudah memberikan ketua sinode pendeta, ketua Klasis dan ketua majelis jemaat itu pendeta, tapi organisasi angkatan muda kita mau mengambil lagi, apa itu gereja,” ujarnya.

Karena itu, kongres harus mem­berikan ruang bagi figur non pen­deta untuk memimpin AMGPM, apa­lagi saat ini banyak kader dengan kemampuan untuk memimpin.

“Saya merasa terganggu dan hati saya tergores ketika ada pendeta yang bertanding melawan warga gereja,” tandasnya.

Werinussa juga menegaskan, dirinya tidak akan memberikan rekomendasi kepada pendeta siapapun yang ingin mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PB AMGPM untuk bertarung melawan anggota jemaat, karena tidak memiliki level yang sejajar.

“Sebagai pimpinan sinode saya tegaskan jika saya tidak akan memberikan rekomendasi seandainya pendeta itu mau bertanding melawan anggota jemaat karena tidak level disitu,” ujarnya.

PDIP Bantah Dorong Athiuta

PDIP Maluku membantah mendorong Pendeta Steven Athiuta untuk maju sebagai calon Ketua Umum PB AMGPM.

“Secara oraganisasi PDIP tidak pernah mendorong pak Steven untuk maju sebagai calon Ketua Umum PB AMGPM,” tandas Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDIP Maluku, Hendrik Sahureka, kepada Siwalima, Selasa (27/10).

Sahureka mengakui, Athiuta memiliki hubungan yang erat dengan PDIP, tetapi bukan pengurus PDIP.

“Secara pribadi memang kita dukung untuk maju, coba saudara tanya ke orang PDIP mau siapa jadi Ketua Umum AMGPM pasti dijawab pendeta Athiuta, karena memang dianggap pantas memimpin AMGPM,” ujarnya.

Sementara Ketua DPD Partai Gerindra Maluku, Hendrik Lewerissa yang juga sebagai kader AMGPM berharap suksesi kepemimpinan AMGPM berlangsung sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dalam AD/ART.

“Meskipun AMGPM adalah organisasi kemasyarakatan pemuda, tetapi tumpuan basis kader AMGPM adalah warga GPM, sehingga proses suksesi kepemimpinan dalam forum Kongres AMGPM diharapkan dapat berlangsung secara gerejawi dengan mengedepankan tradisi dan nilai-nilai yang diajarkan oleh gereja,” ujarnya.

Dikatakan, siapapun yang nanti akan terpilih adalah sosok kader yang memang dikendaki oleh Kongres AMGPM, sehingga tidak melihat dikotomi calon yang berasal dari latar belakang pendeta dan non pendeta sebagai sesuatu yang konstruktif bagi tumbuh kembangnya AMGPM kedepan.

Lanjutnya, kalau ada kader dari latar belakang pendeta yang memenuhi kriteria dasar dengan leadership yang baik seperti kompetensi teknis organisasi, kapasitas intelektual dan integritas personal yang mumpuni serta memiliki kecakapan komunikasi lintas komunitas yang handal serta punya visi dan misi yang progresif untuk memajukan AMGPM, kenapa tidak bisa menjadi Ketua Umum PB AMGPM?.

“Demikian juga sebaliknya, kalau ada kader AMGPM dari background non pendeta, kenapa tidak juga bisa menjadi Ketua Umum PB AMGPM? Apa yang salah,” kata Lewerissa.

Lewerissa mengatakan, Jangan melihat Melkianus Sairdekut sebagai kader Partai Gerindra, karena tidak relevan sudut pandang itu. Melainkan harus dilihat sebagai kader AMGPM dan warga GPM yang setia dan memiliki komitmen bergereja yang kuat. Karena itu jika yang bersangkutan ingin mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PB AMGPM, maka tidak salah.

“Sebagai pimpinan Partai Gerindra di Maluku, saya tidak mungkin melarang saudara Eky Sairdekut untuk maju dalam kontestasi organisatoris AMGPM karena itu merupakan hak yang bersangkutan sebagai kader AMGPM dan sebagai warga GPM,” tegasnya.

Lewerissa membantah, kalau Gerindra mendorong Sairdekut untuk maju sebagai calon ketua umum.

“Tidak ada sangkut pautnya dengan urusan politik. Tidak benar, kalau majunya Sairdekut karena didorong dorong oleh Partai Gerindra, info itu salah dan menyesatkan sebagai sesama kader AMGPM,” tandasnya.

Lewerissa juga menyarankan kepada Sairdekut untuk patuh dan tunduk pada mekanisme dan aturan AMGPM, apapun hasil keputusan kongres nanti.

“Jika terpilih menjadi ketua umum maka harus melaksanakan amanah kongres secara bertanggung jawab, bekerja keras dan buktikan bahwa AMGPM akan lebih maju dibawah kepemimpinannya,” ujarnya.

Seperti diberitakan, suksesi kepemimpinan di tubuh AMGPM mulai memanas. Parpol juga turut “bermain” di belakang calon yang diusung.

Informasi yang berkembang, Melkianus Sairdekut didorong oleh Gerindra. Langkah Sairdekut mendapat angin segar dari ketua sinode. Olehnya tak heran, kalau ketua sinode mengeluarkan pernyataan kontroversial, yang menolak pendeta mencalonkan diri sebagai Ketua Umum AMGPM.

“Arahnya jelas. Ini sudah menjadi diskusi serius diantara peserta  kongres,” ujar salah satu peserta Kongres XXIX AMGPM, kepada Siwalima, Senin (26/10).

Setelah informasi beredar, kalau  Gerindra di belakang Sairdekut, PDIP tak mau kalah. Partai banteng kekar moncong putih ini lalu mendorong Pendeta Steven Athiuta.   “Suhu kongres sudah mulai panas, ini semakin menarik,” ujarnya.

Sementara Pendeta Steven Athiuta yang dikonfirmasi membantah keras, dirinya didorong oleh PDIP.

Athiuta mengatakan, momentum kongres AMGPM merupakan peristiwa gerejawi, dan dirinya adalah kader AMGPM tidak perlu didorong oleh pihak manapun.

“Saya rasa masa sih saya kader angkatan muda saya didorong oleh parpol. Ini momentum, ini peristiwa gerejawi. Kongres angkatan muda ini bagian dari peristiwa gerejawi. Olehnya itu, kalau ada informasi seperti itu menurut saya sah-sah saja. Karena dalam setiap event, selalu saja ada informasi-informasi yang tidak pada tempatnya,” ujar Athiuta.

Athiuta mencurigai, informasi dirinya didorong oleh PDIP, sengaja dimainkan untuk menjatuhkannya. (Cr-2)