NAMLEA, Siwalimanews – Entah kepentingan apa di Gunung Botak, mantan Kapolda Maluku yang kini bertugas di Mabes Polri sebagai Analisis Kebija­kan Utama Lemdiklat Pol­ri, Irjen Royke Lumowa tiba-tiba mengunjungi kawasan tambang ilegal di Kabupaten Buru.

Royke sejak menjabat Kapolda Maluku bersama dengan pemerintah dae­rah sempat menutup akti­vitas kawasan tambang emas ilegal tersebut hi­ngga saat ini. Awak media di Namlea yang hen­dak meliput kunjungan Royke dilarang ke Gunung Botak Sabtu (6/3).

Royke tiba di Kota Namlea pada Jumat (5/3). Informasi yang berhasil dihimpun Siwalima, Royke tidak sendiri tapi didampingi peneliti Unpatti, Yustinus Male, Wakapolres Buru, Backhrie Hehanussa dan dua perwira dari Direktorat Reskrimsus Polda Maluku

Salah satu sumber di Polres Buru menuturkan, kehadiran Royke mem­bawa peneliti senior dari Unpatti dalam  rangka studi penelitian dam­pak aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di Gunung Botak  dan upaya menuju pertambangan emas yang berkelanjutan tanpa gunakan bahan merkuri.

Tiba di Gunung Botak, rombongan Royke bertemu Matatemun Yohanes  Nurlatu dan Kepala Soa Robo Nur­latu di rumahnya. Dari sana Royke dan rombongan menuju Pos Peng­amanan di Sungai Anahoni dan bertemu sejumlah tokoh adat.

Baca Juga: Kapal Kayu Bermuatan Dua Orang Hilang Kontak

Pada kesempatan itu Yustinus Male dihadapan tokoh adat menje­laskan maksud kunjungan pihaknya dalam rangka studi penelitian. Ia sempat menyentil kalau di Indonesia terdapat kurang lebih 200 titik spot yang mengandung potensi kan­dungan emas dengan peng­olahan serta  kendala berbeda pula.

Male berharap, penelitian ini akan menjadi holding, untuk mencapai hasil studi yang baik dan dijaring tentang dampak fisik maupun kimia, juga dampak sosial ekonomi dari kegiatkan PETI yang mulai marak sejak November 2012 lalu itu.

Aktivitas tambang ilegal di Gu­nung Botak ini mulai terhenti setelah ditutup paksa sejak 15 Nopember 2015 lalu. Namun beberapa saat kembali bergeliat, sehingga aparat keamanan seringkali melakukan penertiban.

Gunung Botak benar-benar bersih dari tambang ilegal saat Royke menjabat Kapolda Maluku. Studi ini juga akan menyentuh harapan masyarakat tentang metode atau teknik ekstraksi emas yang ramah lingkungan, guna menjamin pertam­bangan emas berkelanjutan.

“Praktik pertambangan yang mendasarkan prinsip-prinsip pemba­ngunan berkelanjutan berperan penting bagi pencapaian pemba­ngu­nan nasional dan pada akhirnya kesejahteraan rakyat secara umum,” kata sumber menirukan ucapan Male.

Pada kesempatan itu rombongan juga  menanyakan tentang sejarah  tam­bang Gunung Botak mulai dari awal mula, mekanisme kerja, cara pe­ngolahan, kendala selama aktifitas penambangan dan dampak ekonomi bagi masyarakat.

Dari Anahoni, Royke dan rombo­ngan menuju Kota Tua Kayeli dan bersua dengan warga di Balai Desa Kayeli. Royke sempat mengingatkan masyarakat terhadap dampak keru­sakan lingkungan akibat tambang ilegal.

Masyarakat yang berkumpul di Balai Desa diberi angket studi untuk diisi sesuai dengan fakta yang me­reka alami selama ada tambang emas di Gunung Botak. Di kesempatan itu, Abdullah Wael meminta agar peng­amanan di Gunung Botak juga dilakukan tokoh adat, dengan ala­san pintu masuk ke sana cukup banyak. (S-31)