AMBON, Siwalimanews – Akibat ratusan lapak di Pasar Mardika digusur, para pedagang nekat berjualan di tengah jalan. Lalu lintas kendaraan keluar masuk pasar menjadi terhalang, Kamis (24/9).

Para pedagang kecewa dengan penggusuran yang dilakukan Pemkot Ambon. Bahkan mereka sempat menghalangi alat berat masuk ke lokasi pembongkaran.

Dinas Perindustrian dan Perdaga­ngan (Disperindag) dibantu dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Peru­mahan Rakyat, TNI/Polri, beserta Satpol PP menjadi kewalahan me­ngatur jalur lalu lintas kendaraan keluar masuk.

Petugas perhubungan yang ber­tugas mengalihkan sejumlah ang­kutan umum yang menduduki terminal A2 melewati jalur kiri menuju arah pelabuhan kecil.

Salah satu pedagang yang ber­hasil ditemui Siwalima di sela-sela aksi itu mengatakan, alasan berjua­lan ditengah jalan dikarenakan tempat berjualannya dibongkar.

Baca Juga: Ada Sekolah di Galunggung Lakukan Proses Belajar Mengajar

“Katong bajual di tengah jalan ini bukan apa-apa. Cuma karena katong pung tampa bajual dong bongkar akang tu,” tuturnya kepada Siwa­lima, Kamis (24/9).

Selain memblokade alat berat ma­suk ke lokasi pembongkaran, mereka nekat berjualan di tengah jalan hanya untuk bertahan hidup.

“Katong ini bajual karena katong tampa bajual seng ada ni, nanti dua hari saja katong bagini abis ini pin­dah,” ujarnya.

Ketika ditanyakan kenapa tidak pindah ke lokasi yang telah disedia­kan oleh pemkot, ia mengung­kap­kan, tidak ingin pindah ke Pasar Passo karena terlalu jauh dan pen­dapatan dipastikan akan menurun.

“Ini kan katong pinjam uang dari rentenir lai par ambe ikan ini. satu loyang saja dari 500.000 sampai 700.000 belum pindah jauh disana lai, lalu katong musti dapa berapa perhari ini. Pemerintah ni seng pikir masyarakat,” ujarnya.

Selain pedagang ikan, pedagang sayur juga mengungkapkan hal yang sama. Berjualan ditengah jalan karena lokasi penjualan sembako sudah bongkar, sehingga tidak dapat menaruh bahan makanan yang dijual.

Selain itu Ali, salah satu penjual sayur juga mengungkapkan driinya akhirnya harus pindah dijalan, dikarenakan enggan untuk berpindah ke Passo sebagai lokasi yang diperuntukkan baginya.

“Mau pindah ke passo bagaimana lai beta sayur ni laku berapa, lagian beta bajual ditengah jalan ni jua supaya abis cepat jua, karena kalau sampai besok sayur ini busuk beta musti buang akang lai,” keluhnya.

Salah satu penjual ikan, Rahman mengungkapkan, berpindah ketengah jalan menghindar jangan sampai nantinya saat proses pembersihan justru dapat membahayakan dirinya.

Tetap Bongkar

Sementara itu, Sekretaris Disperindag Kota Ambon, Janes Aponno ketika dikonfirmasi Siwalima menegaskan, pemkot tak akan kompromi dan tetap pem­bongkaran dilakukan. “Kita tetap bongkar itu,” tegasnya.

Ia mengatakan, tidak bisa memikirkan soal pikiran pribadi pedagang, sebab pemerintah telah menetapkan lokasi untuk ditempati pedagang guna untuk berjualan.

“Mereka ini tidak taat asas, ini kan pemerintah buat untuk kepentingan mereka kalau mereka tidak pindah dari situ, bagaimana pemerintah bisa biking pasar, pikirnya Harus mereka pindah dulu,” ujarnya.

Menurutnya, lokasi tersebut merupakan lokasi yang nantinya terkena dampak revitalisasi, sehingga harus dipindahkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ketika proses pengerjaan nantinya.

Ia menambahkan, harusnya dengan adanya pembongkaran ini pedagang sudah mengambil langkah pindah dilokasi-lokasi yang telah ditetapkan oleh pemkot sebelum proses pembongkaran ini dilakukan.

“Ini kan pedagang yang kepala batu tidak mau diatur, kan susah seperti ini lahan itu punya pemerintah kalau pemerintah tutup tidak bisa berjualan kalau tidak mau berjualan saja di depan rumah,” tandasnya. (Mg-6)