AMBON, Siwalimanews – Seluruh elemen masyarakat di Maluku dihimbau agar tidak termakan isu dan aksi provokasi, serta infor­masi tidak benar atau hoaks. Hal itu disampaikan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, merespon insiden pertikaian yang terjadi akhir-akhir ini.

Gubernur mengatakan,Pemprov Maluku bersama TNI dan Polri terus berupaya untuk memastikan kondisi kamtibmas tetap terjaga. Namun, upaya menjaga kamtibmas tersebut tidak dapat dilakukan Pemprov sendiri, melainkan membutuhkan dukungan dari masyarakat.

“Sebagai gubernur, saya mengimbau kepada masyarakat di Maluku untuk tidak terhasut, terprovokasi dan juga tidak terma­kan isu yang tidak benar atau hoaks yang bertujuan untuk memperkeruh situasi dan memecahkan belah sesama warga Maluku,” ungkap Gubernur kepada Siwalima melalui pesan whatsapp, Sabtu (5/4).

Menurutnya jika ada informasi atau berita yang beredar dan belum diyakini kebenaran maka masya­rakat dapat menghubungi aparat kepoli­sian untuk meminta klarifikasi terkait dengan isu atau infomasi tersebut.

Pemprov kata Gubernur, tetap bertindak sigap, cepat dan tanggap dalam merespon setiap informasi atau kejadian ditengah masyarakat, apalagi yang berujung pada jatuh­nya korban jiwa.

Baca Juga: Polisi Periksa Puluhan Saksi Bentrok Tial-Tulehu

“Kita tidak mau terlambat untuk menangani masalah yang terjadi dalam masyarakat, apalagi mengaki­batkan jatuhnya korban di masya­rakat, jadi kita akan tanggap dan responsif,” tegas Gubernur.

Gubernur memastikan dalam batas-batas kewenangan dan sum­ber daya, dirinya akan senantiasa proaktif tanggap untuk merespon situasi, namun tidak ada artinya apa yang kita lakukan jika tidak mendapat dukungan masyarakat.

“Saya meminta masyarakat di Maluku tokoh agama, masyarakat pemuda, tokoh adat, tokoh perem­puan, aktivis, kaum cendekiawan, LSM, media masa dan aparat penegak hukum untuk bersama-sama bertangung jawab merawat perdamaian di Maluku,” harap Gubernur.

Mantan anggota DPR ini juga meminta semua stakeholder ber­sama-sama bersikap untuk tidak mentolerir adanya upaya yang bertujuan memecah belah sesama anak negeri di Maluku.

Berangsur Kodusif

Situasi keamanan di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, kini berangsur kondusif pasca bentrok antar warga dari Desa Sawai, Rumaolat, dan Negeri Ma­sihulan pada Kamis (3/4).

Namun, dampak dari konflik terse­but masih dirasakan ratusan warga yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda.

Sebanyak 337 warga masih me­ngungsi dan menempati tenda-tenda darurat yang dibangun oleh Dinas Sosial Maluku Tengah.

Sebagian dari mereka bahkan tidur di dalam Gedung Gereja Hapare Haloi, Jemaat GPM Masihulan, yang baru diresmikan oleh Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa pada awal Maret lalu.

Data yang dihimpun Siwalima hingga kini tercatat sedikitnya 69 bangunan hangus terbakar terdiri dari 68 rumah warga, satu Gedung Sekretariat Ekowisata, serta satu gedung gereja serta 34 unit sepeda motor turut terbakar dalam insiden tersebut.

Camat Seram Utara, Ahmad Oho­rella kepada Siwalima membenarkan jumlah kerusakan tersebut.

Ohorella mengaku, akan terus berkoordinasi dengan aparat ke­amanan dan pemerintah daerah untuk menjamin keselamatan serta pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi.

“Kami terus berupaya memastikan warga terdampak mendapat tempat tinggal sementara, makanan dan layanan kesehatan yang memadai. Situasi saat ini sudah aman, tapi pemulihan masih membutuhkan waktu dan perhatian serius,” ungkap Ohorella kepada Siwalima di Masihulun, Sabtu (5/4).

Ohorella menyebutkan, bentrokan itu juga mengakibatkan 11 orang warga mengalami luka-luka. Dua di antaranya dirujuk ke RSUP Dr. J. Leimena dan RST Ambon, tiga lainnya dirawat di RSUD Masohi, sementara sisanya mendapat pera­watan jalan.

Gubernur Turun

Gubernur Lewerissa mengambil langkah cepat dan tanggap pasca kejadian bentrok antara warga Sawai dengan warga Masihulan dan Rumaolat, Kamis (3/4) lalu.

Respon cepat orang nomor satu di Provinsi Maluku ini dilakukan dengan turun ke lokasi kejadian bentrok baik di Negeri Sawai, Rumaolat maupun Masihulan.

Jumat (4/4) kemarin, Gubernur ditemani Kapolda Maluku Irjen Pol Eddy Sumitro Tambunan dan Pangdam XV Pattimura Mayjen TNI Putranto Gatot Sri Handoyo melihat langsung kondisi masyarakat yang terdampak akibat pertikaian ter­sebut.

Bahkan, Gubernur, Kapolda dan Pangdam XV mengunjungi keluarga salah satu anggota Polri yang menjadi korban saat melerai bentrok tersebut.

“Tujuan kami kesana untuk menenangkan warga masyarakat serta menghimbau mereka untuk tenang dan tidak terprovokasi atau terhasut oleh kabar yang datang dari siapapun dan pihak manapun yang tidak benar,” ujar Gubernur kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Sabtu (5/4).

Dalam kunjungan tersebut Gu­bernur memastikan telah memba­ngun komunikasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dari ketiga negeri untuk mempercayakan kepada aparatur pemerintah untuk memulihkan situasi serta tidak melakukan tindakan yang justru akan berakibat semakin memperpanjang pertikaian.

Gubernur menegaskan kondisi di ketiga negeri ini saat ini sudah membaik namun tetap dijaga oleh aparat TNI maupun polri guna mem­berikan rasa aman bagi masyarakat.

Terkait dengan proses pemulihan pasca pertikaian, gubernur mengata­kan proses pemulihan terutama upaya untuk memberikan bantuan kepada korban di Masihulan yang terdampak langsu-ng oleh pertikaian itu sudah dilaku-kan, baik dari Pemda Malteng, BNPB maupun dari dukungan jemaat di klasis-klasis diwilayah sekitar.

Selain itu, pihaknya sudah ber­koordinasi dengan Kapolda untuk mengirimkan tim medis dan psikolog untuk menghilangkan traumatik anak-anak dan terutama orang tua lanjut usia yang rentan.

Gubernur memastikan akan fokus secepatnya menyiapkan bantuan seperti pakaian layak pakai, obat-obatan, bahan makanan, dapur, tenda dan kasur selimut untuk membantu masyarakat disana.

Proses Hukum

Gubrnur juga memastikan proses hukum terkait insiden pertikaian antara Sawai dengan Rumaolat dan Masihulan harus berjalan.

Penegasan ini diungkapkan Gubernur usai melakukan kunjung-an kerja ke lokasi pertikaian bersama Kapolda Maluku Irjen Pol Eddy Sumitro Tambunan dan Pangdam XV Pattimura Mayjen TNI Putranto Gatot Sri Handoyo, Jumat (4/4).

Gubernur mengaku telah melihat secara dekat kondisi di Negeri Sawai, Rumaolat maupun Masihulan pasca pertikaian yang terjadi pada Kamis (3/4) lalu.

“Sebagai gubernur, saya menye­salkan terjadinya bentrok antar kelompok masyarakat di tiga desa tersebut yang mengakibatkan korban jiwa, luka-luka, dan kerugian harta benda,” ujarnya.

Menurut Gubernur, pemerintah daerah memang berupaya untuk menanggulangi dampak yang terjadi akibat dari pertikaian tersebut, tetapi disisi lain pemerintah juga mendo­rong agar proses hukum juga terus berjalan.

Upaya proses hukum ini kata Gubernur dilakukan sebagai peme­nuhan terhadap rasa keadilan dan kepastian bagi masyarakat bagi masyarakat yang terdampak seka­ligus memberikan efek jera kepada pihak-pihak yang terlibat.

Gubernur mengatakan tidak boleh ada impunitas atau pembebasan dari hukuman untuk memperta­nggung jawabkan perbuatan dalam negara hukum Indonesia.

Jangan Terprovokasi

Seluruh elemen masyarakat di Negeri Sawai, Rumaolat maupun Masihulan diminta agar tidak terprovokasi isu yang berpotensi menganggu kamtibmas.

Akademisi Fisip Unpatti, Jeffry Leiwakabessy mengatakan bentrok yang terjadi di Seram Utara Barat mestinya menjadi pengalaman yang tidak boleh diulangi.

Maluku kata Leiwakabessy saat ini sudah begitu damai dengan semangat persaudaraan artinya mesti dijaga perdamaian tersebut.

Masyarakat tidak boleh mudah terpengaruh dengan isu atau infomasi yang dapat memecah belah persatuan yang telah terbangun selama ini.

Kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Senin (7/4) Leiwaka­bessy mengungkapkan, apapun yang menjadi masalah ditengah mas­yarakat mestinya disikapi dengan baik, salah satunya dengan melibat­kan aparat keamanan, sehingga ti­dak menjadi bola liar ditengah masyarakat.

Leiwakabessy berharap, pemerin-tah dapat bergerak cepat untuk mendeteksi setiap potensi bentrokan ditengah masyarakat, sehingga Maluku dapat kembali pulih.

Jaga Persaudaraan

Terpisah, putra Seram Utara, Nataniel Elake menyayangkan insiden bentrok yang terjadi di tiga desa di Seram Utara Barat pada Kamis (3/4).

Dijelaskan masyarakat Wahai hingga Taniwel merupakan orang bersaudara yang telah terbangun sejak dahulu kala hingga saat ini dan mestinya dijaga oleh generasi saat ini dengan hidup saling meng­hormati dan menjaga.

“Kalau ada persoalan antar oknum tertentu atau keluarga jangan dibawah menjadi persoalan yang melibatkan desa atau negeri apalagi berujung konflik,” ucap Elake ke­pada Siwalima melalui telepon selulernya, Sabtu (5/4).

Menurutnya masyarakat tidak boleh terpengaruh dengan berbagi isu-isu atau provokasi yang ber­tujuan untuk memecah belah perdamaian selama ini.

Dengan adanya persoalan ini, aparat keamanan harus responsif dan bergerak cepat untuk men­ciptakan kondusifitas dengan mengedepankan cara-cara yang persuasif.

Elake juga mengingatkan Pemkab  Malteng untuk menyelesaikan per­soalan batas wilayah dan status desa yang menjadi penyebab insi­den tersebut.

Tak Boleh Tolerir

Terpisah Ketua MPH Sinode GPM Pendeta Elifas Maspaitella mengaku tidak mengetahui secara pasti apa penyebab penyerangan itu.

Namun, jika perbuatan tersebut buntut dari sengketa batas tanah maka jelas tidak ada korelasi apapun dengan penyerangan dan pemba­karan rumah masyarakat adat Masihulan.

Apalagi tercatat, ada 61 rumah warga adat Masihulan yang dibakar perusuh dan mereka kehilangan semua hartanya.

“Saya minta maaf jika harus menyebutkan ini kejahatan kema­nusiaan yang tidak boleh ditolerir dan jangan dilakukan kepada orang lain atas alasan apapun,” tegas Mas­paitella lewat pernyataan pers­nya yang diterima Siwalima, Sabtu (5/4).

Menurutnya, cara tepat yang harus dilakukan yakni mengarahkan pandangan dan fokus perhatian kepada para perusuh.

Kepolisian kata Maspaitella harus dalami fakta penyerangan tersebut secara objektif, bukan karena ang­gota polisi menjadi korban melain­kan apa ada perlengkapan taktis perang yang membuat aparat TNI/Polri setempat sulit menghadang.

Menurutnya, jangan ada satu kelompok membuat masyarakat adat tidak tenang hidup di dalam satuan milik adatnya.

Mantan Ketua AMGPM ini me­rasa sedih dengan konflik yang ter­jadi, sebab pihaknya sudah susah payah membangun perdamaian, tapi selalu saja ada pihak yang meno­dainya.

“Kalau ada persoalan hukum, biarlah diselesaikan secara hukum. Jika itu persoalan orang basudara, mari bakudapa duduk sama-sama lalu katong bicara. Seng boleh maeng cara-cara macam bagini. Akang seng bawa untung par katong pung anana cucu,” pungkasnya.

Situasi Kondusif

Situasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di Desa Sawai dan Desa Rumaholat, Keca­matan Wahai, Kabupaten Maluku Tengah, hingga kini dilaporkan aman dan terkendali.

Kondisi ini tercapai setelah aparat TNI dan Polri berhasil mengen­dalikan situasi yang sempat men­cekam akibat aksi saling serang antar warga kedua desa bertetangga, yang terjadi sejak Kamis pagi (3/4).

“Alhamdulillah saat ini situasi Kamtibmas di Desa Sawai dan Rumaholat sudah terkendali. Kami sudah menempatkan masing-masing satu kompi Brimob dan satu kompi Sabhata di perbatasan kedua desa. Personel TNI dan Polri telah berhasil mengambil alih situasi yang sebelumnya sempat mencekam,”ujar  Kabid Humas Polda Maluku, Kom­bes Pol. Areis Aminnulla dakam rilisnya, Jumat (4/4).

Ia mengatakan, sebanyak ratusan personel TNI dan Polri telah di­kerahkan untuk mengamankan kedua desa tersebut.

Polda Maluku juga mengirimkan 68 personel BKO yang terdiri dari Brimob, Samapta, Reskrim, dan Intelkam, yang diberangkatkan se­cara bertahap menggunakan kapal cepat dan speedboat.

“Untuk kapal cepat, sebanyak 58 personel diberangkatkan, sementara 10 personel lainnya menggunakan speedboat. Total personel BKO yang diterjunkan adalah 68 orang,” jelas Kombes Areis.

Selain memperkuat pengamanan, personel BKO juga ditugaskan untuk melakukan penyelidikan terkait insiden perkelahian tersebut. Aparat akan menindak tegas siapa saja yang terlibat dalam insiden tersebut sesuai hukum yang berlaku.

Kapolda Maluku sangat menya­yangkan terjadinya perkelahian ini, terlebih pada saat umat Muslim sedang merayakan Idul Fitri, hari yang mestinya dijadikan momen untuk saling menghormati dan memaafkan.

Pihak keamanan berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan ini secara tuntas dan mengembalikan ketenangan di wilayah tersebut.

Posko Kesehatan Beroperasi

Pantauan Siwalima di Masihulan Sabtu (5/4) menunjukkan bahwa bantuan sosial dan kemanusiaan mulai berdatangan. Pemerintah daerah bersama berbagai pihak telah bergerak cepat untuk mendirikan posko-posko bantuan, termasuk layanan kesehatan.

Camat Seram Utara, Ahmad Oho­rella, dan Kepala Puskesmas Wahai, Yam Kepeleleway menyatakan, pela­yanan kesehatan bagi para pengungsi kini telah dimulai.

Posko kesehatan dipusatkan di Gedung Gereja Hapare Holoy, Jemaat GPM Masihulan, yang saat ini difungsikan sebagai tempat pe­ngungsian dan pelayanan terpadu.

“Tim medis dari Puskesmas Wahai telah kami kerahkan sejak Jumat kemarin. Saat ini mereka fokus memberikan layanan dasar kese­hatan bagi para pengungsi dari Masihulan,” ujar Kepeleleway.

Dikatakan, kondisi pengungsian yang padat dan trauma akibat konflik membuat layanan kesehatan menjadi salah satu kebutuhan mendesak.

“Mulai siang ini kami sudah lakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian obat-obatan mulai dila­kukan bagi warga yang terdampak. Kami pastikan akan terus berupaya maksimal memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat,” ujar­nya.

Pembersihan

Sinergi antara TNI, Polri, dan masyarakat terus terjalin dalam upaya pemulihan pasca konflik yang melanda Negeri Masihulan, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Kamis (3/4) lalu.

Pada Sabtu (5/4), puluhan per­sonel TNI dan Polri bersama warga serta pemuda dari Negeri Rumaholat turun langsung membersihkan sisa-sisa kebakaran rumah dan bangunan yang terdampak.

Kegiatan gotong royong ini menjadi simbol kepedulian sekaligus bagian dari upaya mempercepat pemulihan kondisi sosial dan infra­struktur di wilayah yang sempat dilanda ketegangan antar warga tersebut.

Dengan mengusung semangat “Merawat Negeri yang Kita Cintai,” aparat TNI-Polri tak hanya hadir untuk menjaga stabilitas keamanan, tetapi juga terlibat aktif dalam proses pemulihan.

Dandim 1502/Masohi, Letkol Czi M. Yusuf Aksa menegaskan, keha­diran aparat merupakan wujud nyata kepedulian terhadap masyarakat.

“Personel kami bersama anggota Polri ikut terlibat langsung dalam berbagai kegiatan pemulihan. Mulai dari memperbaiki pipa air bersih yang rusak, membantu percepatan perbaikan gardu listrik oleh PLN, hingga membenahi rumah warga yang mengalami kerusakan ringan hingga berat,” ungkap Dandim Yusuf.

Selain itu, dapur umum juga didiri­kan untuk memenuhi kebutuhan pangan warga yang kehilangan akses logistik akibat peristiwa tersebut.

Langkah cepat dan tanggap yang dilakukan aparat bersama warga mendapat respons positif dari masyarakat. Banyak yang merasa terbantu dan kembali merasakan kehadiran negara dalam situasi sulit.

“Kami ingin memastikan bahwa warga tidak sendiri. Ini bentuk tanggung jawab kami, bukan hanya sebagai aparat, tapi juga sebagai sesama anak bangsa,” tutup Dan­dim.

Bantuan Mengalir

Ratusan paket bantuan kemanu­siaan dari jemaat-jemaat di lingku­ngan Klasis GPM Masohi tiba di Desa Masihulan, Kecamatan Seram Utara sekitar pukul 14.00 WIT, Sabtu (5/5).

Ratusan paket bantuan kemanu­siaan ini diserahkan  oleh Ketua Klasis GPM Masohi, Pendeta Adria­na Lohy Norimarna dan disambut penuh haru serta ucapan syukur oleh warga jemaat GPM Masihulan.

Ketua Majelis Jemaat GPM Ma­sihulan, Pendeta Domiana Sedubun mewakili jemaat menyampaikan terima kasih atas perhatian dan kepedulian yang diberikan. Bantuan yang disalurkan terdiri dari 3 ton beras, minyak goreng, mie instan, pakaian layak pakai, peralatan dapur serta berbagai kebutuhan pokok lainnya.

Distribusi bantuan berlangsung lancar dan diterima langsung oleh warga jemaat GPM Masihulan dengan suasana yang penuh kehangatan.

Pemkab Salurkan Bantuan

Pemkab Malteng melalui BPBD dan Dinas Sosial telah mengirimkan bantuan.

Bantuan yang dikirimkan berupa beras, makanan balita, bed cover, tikar, sendok one body, peralatan dapur, tenda, dan terpal. Bantuan ini sudah sampai di Desa Masiulang atau di lokasi bentrok sekitar pukul satu dini hari, Jumat (4/4).

Bantuan ini diserahkan langsung kepada warga oleh Wakil Bupati Maluku Tengah, Mario Lawalata, yang sudah berada di lokasi bentrok sejak Kamis sore.

Kepala BPBD Maluku Tengah, N. Anakotta yang di konfirmasi membenarkan hal itu. ia,menjelaskan bahwa pihaknya telah menyalurkan bantuan darurat kepada masyarakat Negeri Masihulan. (S-17/S-25/S-20)