Jiwa Korsa yang Salah Kaprah
TNI dan Polri merupakan abdi negara. Sama-sama bekerja untuk pemerintah dan sebagai perwujudan bela negara dalam pertahanan dan keamanan. Dua institusi ini memikul tanggung jawab untuk melindungi dan menegakkan negara.
Sayangnya, baik TNI maupun Polri sering terlibat perseteruan. Konflik yang melibatkan TNI dan Polri bukan hal baru. Ibarat lagu lama, pemicunya beragam. Harusnya TNI dan Polri baku sayang.
Tak boleh ada yang namanya arogansi. Jika itu terjadi, rakyat mau berlindung di pihak mana. Rakyat merasa aman dan nyaman jika dua institusi negara ini hadir saat gangguan kamtibmas.
Peristiwa baku hantam dua anggota Polantas dengan satu anggota Kodam XVI/Pattimura pekan lalu mencoreng nama baik TNI. Masyarakat tak tinggal diam. Beragam spekulasi pun muncul.
Anggota Kodam XVI/Pattimura, Pratu Billy Kakisina dihujat. Bukan cuma Billy, tapi dua polantas itu juga turut dihujat. Di media sosial masyarakat menilai Billy arogan dan tidak beretika.
Baca Juga: Menunggu Rekomendasi KASNSementara pendapat lain mengatakan oknum anggota Polantas itu telah menilang kerabat Billy di luar prosedur. Saling hujat tak terelakan. Terlepas dari sikap arogansi para prajurit TNI dan Polri tersebut, seharusnya mereka tidak dibenarkan berkelahi.
Para pimpinan dua institusi itu saling memperbaiki koordinasi, memperkuat pengawasan, dan meningkatkan kesejahteraan para anggota.
Masing-masing meningkatkan kesadaran hukum para anggota agar tidak lagi mempertontonkan jiwa korsa yang salah kaprah kepada publik. Sebagaimana diketahui dua anggota polantas dan satu anggota Kodam XVI/Pattimura baku hantam di sekitar Pos Lantas Mutiara, perbatasan Mardika-Batu Merah Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Kamis (25/11) sekitar pukul 16.00 WIT.
Peristiwa berawal dari ada seseorang yang melanggar peraturan lalu lintas kemudian ditilang. Si pelanggar mengadukan kejadian itu kepada saudaranya yang merupakan personel Kodam XVI/Pattimura.
Karena kesalahpahaman, baku pukul tak terelakkan. Polda Maluku dan Kodam XVI/Pattimura segera mengusutnya. Siapa yang bersalah akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pihak polisi militer yang memeriksa si tentara, sementara polisi dimintai keterangan oleh Bidang Profesi dan Pengamanan. Jangan ada lagi konflik antara TNI dan Polri. Sedapat mungkin para pimpinan di tubuh TNI dan Polri melakukan pembinaan yang baik terhadap anggotanya.
Hilangkan jauh-jauh sikap arogansi. Hilangkan jauh-jauh juga sikap tidak terpuji dengan bertindak tilang diluar aturan yang berlaku. Masyarakat muak dengan pola dan tingkah laku oknum-oknum anggota TNI dan Polri ini. Mari hidup baku sayang, bergandengan tangan untuk satu tujuan, keamanan bangsa dan negara, harga mati. (**)
Tinggalkan Balasan