Gerak Lamban Gustu Covid-19 Jadi Sorotan
AMBON, Siwalimanews – Kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku menuai banyak kritikan. Banyak kalangan menduga ada sejumlah indikasi ketidakberesan di satuan tugas tersebut.
Bagaimana tidak, gugus tugas kerap lalai dalam menangani bencana kemanusiaan ini. Sejumlah kalangan menyoroti kinerja gugus provinsi yang lamban bahkan tidak tegas. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku terkesan masih menggunakan cara-cara birokrasi ketimbang bertindak tegas.
“Gustu harus bertindak tegas. Tidak boleh lamban. Kalau mau putus mata rantai Covid-19, maka Gustu harus bertindak sedikit keluar dari wewenangnya, sepanjang itu untuk menyelamatkan manusia. Bertindak tegas demi alasan kemanusiaan tentu rakyat mendukung asalkan demi kepentingan rakyat,” kata tokoh masyarakat, Abraham Tulalessy kepada Siwalima di Ambon, Jumat (8/5).
Tulalessy menyoroti sikap Gugus yang lamban dikarenakan masyarakat saat ini gerah dengan berbagai informasi yang tidak akurat. Informasi yang tidak akurat itu tambah Tulalessy, jika tidak cepat ditangkal Gustu, masyarakat akan menyerapnya.
“Memang kalau kita sikapi kinerja gugus memang lamban. Kedepan gustu harus rubah dan menerima berbagai kritikan dari masyarakat,” ujarnya.
Baca Juga: KM Talang II Tenggelam, Satu Penumpang HilangHal lainnya, Tulalessy juga menghimbau kepada Gustu intens sosialisasi kepada masyarakat khusus menyangkut rapid test. Ada warga yang menolak dirapid test karena belum paham.
“Warga kan belum paham soal Covid-19. Bagi warga ini penyakit aib, sehingga kalau dirapid mereka malu. Nah, ini mesti disosialisasi terus menerus,” himbaunya.
Soal keterlambatan tim gugus baik provinsi maupun kota dalam hal rapid test, Tulalessy meminta untuk tim gugus tidak henti-hentinya melakukan uji rapid. Apalagi saat ini di Pasar Mardika terdeteksi ada yang positif bahkan sudah meninggal.
“Saya himbau supaya di pasar Mardika itu bila perlu dilakukan rapid test massal. Termasuk daerah-daerah di Kota Ambon yang masuk zona-zona merah harus ditracking dan rapid test total,” tegasnya.
Ketua Yayasan Satu Darah Maluku ini berharap, Rapid tes masal itu dilakukan dengan didahului sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan untuk meminimalisir rasa malu dan ketakutan masyarakat terhadap Covid-19.
“Kalau tidak sosialisasi, nanti masyarakat yang hendak dirapid tolak, karena malu. Padahal mereka yang dirapid itu untuk kebaikan mereka juga. Kan mereka tidak paham dirapid itu untuk apa. Jadi intinya harus sosialisasi sebelum dirapid,” pungkas Tulalessy.
DPRD Minta Langkah Cepat
Kasus positif Covid-19 terus bertambah di Kota Ambon. DPRD meminta gugus tugas untuk melakukan langkah cepat untuk melakukan rapid test massal terhadap warga yang melakukan kontak dekat dengan pasien dalam pengawasan (PDP). Jangan tunggu hasil uji swab.
“Dalam kondisi yang sudah semakin memprihatinkan ini perlu ada langkah yang cepat dari gugus tugas untuk dapat menekan penyebaran virus,” tandas Wakil Ketua DPRD Provinsi Maluku Aziz Sangkala kepada Siwalima, Jumat (8/5).
Selain tracking, rapid test juga harus dilakukan sehingga secara dini dapat mengetahui penyebaran virus corona di lingkungan masyarakat.
“Untuk memastikan orang yang berinteraksi dengan pasien yang terpapar dilakukan tracking dan lakukan rapid test, jangan hanya tracking lalu tunggu hasil swab baru dilakukan rapid test, ini terlambat dari sisi pencegahan,” kata Sangkala.
Pada saat dilakukan rapat koordinasi antara DPRD Maluku bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, kata Sangkala, ketua gugus tugas sudah memberikan jaminan bahwa nantinya langkah yang akan diambil gugus tugas menuju ke arah sana. “Kemarin ketua gugus tugas sudah jamin hal itu,” tandasnya.
Politisi PKS Maluku ini mendesak gugus tugas melakukan rapid test terhadap masyarakat sesuai yang dijanjikan, karena ini menyangkut kehidupan banyak orang.
“Langkah ini perlu dilakukan segera oleh gugus tugas, sehingga masyarakat tidak khawatir dan resah,” tandasnya lagi.
Wakil Ketua II DPRD Kota Ambon, Gerald Mailoa juga berharap rapid test massal dapat dilakukan oleh gugus tugas.
Ia meminta Pemkot Ambon untuk menyiapkan fasilitas untuk melakukan rapid test tersebut.
“Dalam melakukan rapai test membutuhkan pearlatan sementara peralatan terbatas sehingga Pemerintah Kota Ambon harus siapkan fasiltas yang baik untuk melakukan rapid test terhadap para pedagang di pasar dalam jumlah yang banyak,” ujarnya.
Mailoa menilai, gugus tugas telah melakukan fungsinya de-ngan baik. Hanya saja kesadaran masyarakat untuk mematuhi anjuran pemerintah masih rendah. “Jika masyarakat patuh dan sadar akan proteksi diri maka aturan bahkan himbauan yang sampaikan harusnya dilakukan bukan diabaikan begitu saja,” tuturnya.
Anggota Komisi I Christianto Laturiu mengatakan, tindakan preventif harus dikedepankan untuk mencegah penyebaran virus corona.
“Jangan sampai kita harus menunggu ada kasus baru lalu dibuat kebijakan yang lebih besar, jauh-jauh hari sebetulnya harus melakukan tindakan-tindakan preventif, misalnya rapid test dalam porsi yang sangat besar,” ujarnya.
Menurutnya, aktivitas pedangan dan masyarakat di pasar Mardika dan lainnya harus diatur. Belum lagi kesadaran masyarakat yang sangat kurang. Karena itu, pemkot harus melakukan langkah- langkah konkrit di lapangan.
“Misalnya melakukan rapid test dibuat kepada lebih banyak lagi sehingga kita bisa mengetahui dan dapat mengambil tindakan atau solusi-solusi yang besar dalam pencegahan yang bisa disampaikan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Direktur Lumbung Infomasi Rakyat Maluku, Yan Sariwating menilai, gugus tugas sangat terlambat dalam memutus mata rantai Covid-19.
“Kerja lambat dan tidak fokus pada sasaran memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. Ketika orang dengan status PDP rapid tes positif, mestinya tim gugus harus ambil langkah melakukan rapid test terhadap orang terdekat, bukan tunggu tracking, dan tunggu hasil swab. Ini sudah terlambat, itu artinya berapa orang sudah tertular,” tandas Sariwating.
Sariwating mengatakan, rapid test secepatnya harus dilakukan kepada orang-orang terdekat pasien yang dinyatakan positif. Tidak bisa hanya tracking dan menunggu hasil swab.
“Tracking itu kan mendata saja, kalau tunggu hasil swab baru dilakukan rapid test, banyak orang sudah terjangkit tapi bebas beraktivitas. Ini kan kerja gila dan tidak efisien kalau ingin memutuskan mata rantai. Kalau sudah ketahuan ada yang positif rapid test, sekalian orang dekat juga dirapid supaya kalau positif, orang-orang itu bisa dikarantina atau diisolasi.mandiri, bukan tunggu hasil swab,” tegasnya.
Ia menilai, makin hari kinerja tim gugus provinsi dan Kota Ambon berantakan. “Kinerja gugus tugas ini kacau. Kalau menurut saya, libatkan TNI dan Polri karena hanya dua institusi ini gerakannya cepat dan cekatan. Jangan tim gugus abaikan komponen TNI dan Polri, didalam struktur ada komponen TNI dan Polri libatkan mereka di lapangan biar cepat,” ujarnya. (S-32/S-39/Mg-6)
Tinggalkan Balasan