AMBON, Siwalimanews – Gempa tektonik berkekuatan 7,9 SR, menguncang Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Selasa (10/1) pukul 02.47 WIB.

Gempa dahsyat tersebut sontak membuat warga di Kota Saumlaki maupun di sejumlah kecamatan di kabupaten itu panik

Akibat gempa tersebut, dilaporkan ratusan bangunan milik warga maupun fasilitas umum serta fasilitas milik TNI juga ikut rusak. Dua warga dikabarkan mengalami luka-luka serta 1 warga meninggal dunia.

Informasi yang berhasil dihimpun Siwalima dari berbagai sumber di Kota Saumlaki dan sekitarnya menyebut­kan, dua warga yang mengalami luka yakni, Samuel Keliduan (28) warga Desa Romus, Kecamatan Warlabobar serta anggota Provost Kodim 1507 Saumlaki Kopda M Fordatkosu.

Sementara satu warga meninggal atas nama Yoakim Laiyan (44) nelayan asal Desa Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan. Korban diketahui meninggal pada saat menyelam.

Baca Juga: NIK Jadi NPWP Mulai Disosialisasikan

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku, Ismail Usemahu mengungkapkan, hingga Selasa (10/1) sore, data kerusakan bangunan akibat bencana gempa bumi sebanyak 124 unit.

Usemahu kepada wartawan di sela-sela keberangkatan bantuan logistik kepada Kabupaten Kepulauan Tanimbar menjelaskan, sejak gempa bumi pihaknya terus melakukan koordinasi dengan BPBD Kabupaten Maluku Barat Daya dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar guna meminta data korban terdampak.

Mantan Kadis PU Maluku itu me­nyebutkan, berdasarkan hasil koordi­nasi diketahui jika untuk Kabupaten Kepulauan Tanimbar diinformasikan, jika bangunan rusak ringan sebanyak 80 unit, rusak sedang 4 unit dan rusak berat sebanyak 8 unit sedangkan untuk Kabupaten Maluku Barat Daya 23 bangunan rusak ringan, rusak se­dang tidak ada dan rusak berat 9 unit.

“Sampai saat ini untuk dua kabu­paten ada 124 unit bangunan sesuai data yang kita terima,” ujar Usemahu.

Dijelaskan, data yang terima tersebut masih bersifat sementara dan akan di update setiap saat, sebab sampai saat ini pendataan masih terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten masing-masing sebelum diserahkan ke BPBD Maluku.

Usemahu menegasakan,  ratusan bangun yang rusak tersebut terdiri dari bangunan rumah milik warga dan fasilitas umum seperti puskesmas dan gedung sekolah sementara untuk rumah ibadah masih didata kembali.

Usemahu juga menegaskan, jika infomasi awal dari  BMKG pada pukul 2.47 WIT kekuatan gempa sebesar 7.9 SR tetapi telah dimutakhirkan menjadi 7.5 SR.

Lanjutnya, untuk titik pengungsian sendiri masih belum ada data yang pasti dari Kabupaten, tetapi yang baru disampaikan dari Kabupaten MBD tepatnya Desa Watuwei dimana kurang lebih 400 jiwa mengungsi ke Gunung Elora.

“Kami juga akan berkoordinasi terkait lokasi-lokasi pengungsian yang lain. Kalau ini kami langsung kontak, kebetulan dengan kepala desa,” cetus Usemahu.

Data KKT

Sementara informasi yang diperoleh Siwalima di KKT sejumlah bangunan umum maupun milik TNI yang mengalami kerusakan akibat guncangan gempa yang sangat kuat.

Fasilitas milik TNI yang mengalami kerusakan akibat gempa tersebut sebanyak  5 unit bangunan yakni, 1 unit barak remaja Kompi C Yonif 734/Sns di Dusun Mesawak, 1 unit rumah dinas Yonif 734/SNS, 1 unit perkantoran Kipan B Yonif 734/SNS, 2 unit Rumdis Kodim 1507 Saumlaki.

Sementara 48 bangunan milik warga mengalami rusak berat maupun ringan. Bangunan milik warga yang mengalami kerusakan ini tersebar di sejumlah kecamatan diantaranya, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kecamatan Wuarlabobar, Kecamatan Selaru, Kecamatan Kormomlin.

“Dari 48 bangunan yang rusak tersebut, terdapat 1 unit bangunan milik perusahaan mutiara yang terletak di Desa Teineman, Kecamatan Wuarlabobar, kemudian pagar tembok pembatas pekarangan tanah di Kecamatan Tanimbar Selatan, dan pagar tembok rumah jabatan Ketua DPRD KKT di Kecamatan  Tanimbar Selatan, serta pagar tembok milik SMAN 5 Desa Adaut di Kecamatan Selaru,” urai sumber yang meminta namanya tidak dikorankan.

Saat ini menurutnya, pihak BMKG telah menghentikan peringatan tsunami, sehingga situasi di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar pasca gempa tersebut sudah kembali kondusif, bahkan masyarakat yang mengungsi kini ada yang sudah kembali ke rumah masing-masing, serta aktivitas masyarakat juga sudah kembali berjalan normal. “Ini data sementara,” ujar sumber itu.

MBD Koordinasi

Sementara itu dalam laman Dinas Komunikasi dan Informatika Kabu­paten Maluku Barat Daya  menye­butkan, akibat Gempa 7, 9 SR yang terjadi pada Selasa, 10 Januari 2023 pukul 02.47 WIT dengan potensi tsunami membuat masyarakat Maluku Barat Daya panik dan mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.

Sesuai dengan informasi yang diterima dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten MBD, untuk saat ini baru didapat laporan dari pihak pemerintah desa Letmasa Kecamatan Dawelor-Dawera, yakni adanya kerusakan dan keretakan rumah warga akibat gempa.

“Kami masih terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terutama pemerintah kecamatan, desa dan dusun lain sehingga dapat meram­pung­kan data yang ditimbulkan akibat gempa bumi pada dini hari tadi. Perlu dilakukan langkah dan penanganan darurat dimasing-masing kecamatan karena itu yang dibutuhkan saat ini”, ungkap Kepala BPBD Kabupaten. MBD, James R Likko,

Kata Likko, pihaknya akan segera mengambil langkah sesuai dengan SOP yang ada sehingga masyarakat secepatnya dapat dilayani.

Ia berharap, masyarakat tetap tenang dan tidak panik, sambil mengikuti arahan dan himbauan yang dikeluarkan pemerintah.

Analisa BMKG

Berdasarkan hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo 7,9 SR kemudian dilakukan pemutahiran 7,5 dengan episenter gempa terletak pada koordinat 7,37° Lintang Selatan, 130,23° Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 kilo meter arah Barat Laut Maluku Teng­gara Barat pada kedalaman 130 km.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi epi­senter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa menengah akibat adanya aktivitas subduksi Laut Banda.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” jelas Daryono dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalima, Selasa (10/1).

Untuk hasil pemodelan menurut Daryono, menunjukkan bahwa gempa ini berpotensi Tsunami, dengan tingkat ancaman Siaga di Maluku-Tengah, Kepulauan MalukuTenggara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar khusunya Pulau Yamdena dan Kota-Ambon.

Tingkat ancaman Waspada di Maluku Tenggara, Seram Bagian Ti­mur, Seram Bagian Barat, Buru, Wa­katobi, Kendari Pulau Watulu­mango, Kepulauan Kendari, Konawe Bagian Selatan, Kota Kendari dan Kendari.

“Hingga pukul 04.37 WIT, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 3 aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo 5,5 SR dan 4,8 serta 4,5 SR,” urai Daryono.

Gempa ini kata Daryono, berdam­pak dan dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas V MMI atau getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, kemudian di Kota Dono , Kabupaten Aru dan Kota Tiakur, Kabupaten MBD dirasakan IV MMI atau pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, diluar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

“Di daerah Kairatu dan Piru Kabupaten SBB dirasakan II-III MMI dimana getaran dirasakan nyata dalam rumah atau terasa getaran seakan akan truk berlalu dan di Kota Ambon dirasakan II MMI sama dengan getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang,” ungkap Daryono.

Gempa ini juga kata Daryono dirasakan di Kota Sorong, Kaimana Provinsi papua Barat dengan skala intensitas III-IV MMI atau bila siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, begitupun di Kabupaten  Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wa­me­na Provinsi Papua dirasakan de­ngan skala intensitas II-III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah.

Bukan hanya di Papua, gempa ini juga dirasakan di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi NTT diantaranya, Kabupaten Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, Kota Kupang dengan skala intensitas II-III MMI dimana getaran dirasakan nyata dalam rumah.

“Sedangkan di Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata juga di NTT, dirasakan dengan skala intensitas III-IV MMI atau bila siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah,” rinci Daryono.

BMKG sendiri lanjut Daryono, merekomendasikan kepada masya­rakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebena­rannya. Selain itu hindari dari ba­ngunan yang retak atau rusak diaki­batkan oleh gempa, periksa dan pas­tikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun  tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.

Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang berada pada status “Siaga” dan “Waspada” diharapkan memper­hatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai.

BMKG akan terus memantau data ketinggian tsunami pada wilayah yang berpotensi terdampak dan akan menyampaikan pemutakhiran informasi.

Akhiri  Peringatan

BMKG resmi mengakhir peringatan dini adanya potensi bencana tsunami akibat gempa hari ini 10 Januari 2023 di Maluku.

Sebelumnya pada 10 Januari 2023 tepatnya pukul 00.47 WIB dini hari terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo 7.9 di Maluku Tenggara Barat.

Gempa tersebut memiliki kedala­laman 130 kilo meter dan titik gempa berlokasi di 136 kilo meter Barat Laut Maluku Tenggara Barat.

Gempa dengan kekuatan M7.9 tersebut terletak di titik koordinat 7.37 Lintang Selatan dan koordinat 130.23 Bujur Timur.

Sekitar pukul 04.00 dini hari, BMKG memperbarui informasi terkait adanya potensi tsunami di wilayah tersebut, dan menyatakan bahwa peringatan dini sudah berakhir.

“Peringatan Dini tsunami yang disebabkan oleh gempa Mag:7.9, 10-Jan-23 00:47:33 WIB, dinyatakan telah berakhir,” demikian bunyi pernyataan tertulis BMKG pada 10 Januari 2023 lewat akun @infoBMKG.

BMKG menghimbau kepada ma­syarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan serta peringatan yang diberikan pihak terkait seperti BPBD, BNPB, dan BMKG.

Rapat Tanggap Darurat

Menyikapi terjadinya gempa di KKT dan Kabupaten MBD, Pemprov Maluku langsung menggelar rapat tanggap darurat yang bertempat di Ruang Rapat Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Maluku, pada Selasa (10/1).

Rapat dipimpin Asisten II Setda Maluku  Meikyal Pontoh, dihadiri Pimpinan OPD terkait lingkup Pemprov Maluku, yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas Perhubungan, Dinas Komuni­kasi dan Informatika.

Pontoh menjelaskan, rapat ini dilaksanakan dalam rangka menindak­lanjuti peristiwa yang terjadi dibebe­rapa Kabupaten di Maluku.

“Data Kepala BPBD Provinsi Maluku, ada 2 Kabupaten yang sa­ngat terdampak akibat gempa subuh tadi, yakni Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya, dan mungkin nanti akan ada penambahan lagi. Dan saat ini, sistem penanganan tanggap darurat akan sangat terkoordinir apabila melalui satu pintu,” jelas Pontoh.

Terkait hal ini, BPBD akan meng­koordinir dalam bentuk laporan data dan informasi, dan secara terknis BPBD telah mengatur dan menetapkan strategi, agar masyarakat segera mendapatkan penanganan sampai pada tahap rehabilitasi dan rekonsi­liasi, karena sudah terdampak pada kerusakan, baik fasilitas umum dan perumahan.

Sementara itu, Kepala BPBD Ma­luku, Ismail Usemahu juga mengata­kan, data akan terus diupdate sampai beberapa hari kedepan, sehingga bisa mendapatkan data real korban dampak dari gempa bumi ini.

“Untuk hari ini, akan disalurkan bantuan sebanyak 4 ton beras, pada Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya, yang mana masing-masing mendapatkan 2 ton. Pada KKT, kami akan berkoor­dinasi dengan Bulog yang ada di sana agar bisa disalurkan kepada BPBD KKT yang selanjutnya akan disalur­kan kepada masyarakat terdampak bencana, sementara untk MBD dikarenakan tidak ada Gudang Bulog di sana, maka bantuan akan dikirim secepatnya dengan Kapal Sabuk Nusantara 71 pukul 16.00 WIT,” ujar Usemahu.

Di samping itu, lanjut Usemahu, bahwa nantinya juga akan diberikan bantuan logistik berupa tikar, selimut, tenda gulung, family kit, kid ware dan obat-obatan.

“Saya berharap teman-teman di Kabupaten/Kota bisa secepatnya turun ke kecamatan dan desa-desa terdampak bencana dan secepatnya bisa melaporkan ke BPBD, agar bisa mendapatkan data keseluruhan,” tukasnya.

Dirambahkan,  saat ini pihaknya juga menyiapkan Surat Pernyataan Telah Terjadi Bencana, SK Penetapan Status Tanggap Darurat, dan SK Penanganan Darurat Bencana, yang mana administrasi ini sangat mendukung dalam Penanganan Kedaruratan Bencana.

Pemprov Kirim Logistik

Pemprov Maluku resmi mengiki­rimkan bantuan logistik kepada dua kabupaten terdampak bencana gempa bumi dengan menggunakan Kapal Sabuk Nusantara 72 melalui pelabu­han Yos Soedarso, Ambon, Selasa (10/1).

Pengiriman logistik dilakukan oleh Asisten II Setda Provinsi Maluku,  Meikyal Pontoh didampingi Kepala BPBD Maluku Ismail Usemahu, Kepala Dinas Perhubungan Maluku, Muhamad Malawat dan Kepala OPD lainnya.

Pontoh kepada wartawan mengata­kan, menindaklanjuti bencana gempa bumi dini hari dengan kekuatan 7.9 SR langsung di instruksikan Gubernur Maluku dengan menetapkan situasi tanggap darurat, yang proses pene­tapan saat ini harus mempersiapkan dari awal dan pengiriman ini sudah dimulai dari sekarang.

“Sore hari ini kita tindaklanjuti dengan mengirimkan logistik ke dua kabupaten yang memang sangat terdampar gempa yakni jam 4 bantuan ke KKT dan jam 8 akan penyaluran ke MBD,” ujar Pontoh.

Dijelaskan, untuk Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya diberikan bantuan beras sebanyak empat ton ditambah dengan bantuan perlengkapan keluarga yang berasal dari Dinas Sosial Maluku.

Bantuan-bantuan tersebut kata Pontoh, akan dikawal oleh BPBD dengan mengirim petugas guna memastikan bantuan tidak ditumpuk di kabupaten, melainkan disalurkan langsung ke masyarakat.

“Prinsipnya kita ingin seluruh bantuan sampai ke tangan masyarakat agar dapat membantu masyarakat yang saat ini berada di posko pengungsian,” ujar mantan Kepala Dinas Kesehatan Maluku ini.

Perintah Kapolda

Sementara itu, Kapolda Maluku Irjen Pol Lotharia Latif memerintahkan semua Kapolres jajaran agar dapat mengecek dan mengantisipasi dampak gempa berkekuatan 7,9 SR yang terjadi pada Selasa (10/1) pukul 02.47 WIT.

Yang juga berdampak dan turut dirasakan oleh kabupaten dan kota lain di Provinsi Maluku.

Melihat cukup besarnya kekuatan Gempa Kapolda Maluku, Lotharia Latif, menginstruksikan jajaran Kapolres yang daerahnya juga merasakan gempa untuk segera melakukan pengecekan dampak yang diakibatkan gempa dan melakukan antisipasi dari dampak gempa tersebut.

“Secara umum masih aman, tapi kami terus berkoordinasi dengan wilayah, dan tidak ada korban jiwa ya sampai sejauh tadi,” kata Kapolda kepada wartawan usai Sertijab Wakapolda Maluku di Mapolda Maluku, Kota Ambon.

Dari laporan sementara yang diterima, Kapolda mengaku terdapat 1 korban luka ringan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Terdapat juga beberapa rumah warga yang meng­alami rusak ringan dan berat di sana.

“Saya sudah perintahkan Kapolres untuk menyiagakan satuan-satuan untuk mengantisipasi bencana tersebut. Dan kita berdoa semua dan berharap tidak ada korban jiwa,” tambah dia.

Selain Polres Tanimbar, Kapolda mengaku saat ini semua Polres sedang melakukan pengecekan di lapangan. Mereka turun bersama TNI dan instansi terkait.

“Saya juga sudah perintahkan semua Kapolres untuk mengecek dan mengantisipasi dampak dari gempa tersebut di daerah masing-masing,” katanya.

Polri, lanjutnya, akan selalu siap dalam menghadapi bencana alam. Personel Polri akan mendatangi lokasi-lokasi terdampak gempa untuk melayani masyarakat.

“Kita siap untuk nanti datang ke lokasi walaupun itu hanya kerugian materi, tapi Polres sudah bergerak untuk memonitor di polsek-polsek wilayah. Saat ini TNI dan Polri sedang melakukan pendataan, dan mudah-mudahan kita doakan semua tidak ada hal-hal yang menonjol,” harapnya.

Kapolda menghimbau masyarakat agar selalu waspada dalam meng­hadapi bencana alam. Warga diminta untuk proaktif dalam mengikuti informasi-informasi resmi dari BMKG, maupun BPBD.

“Saya kira memang Indonesia ini kan ring of fire ya, jadi kita harus tang­gap bencana, kita harus beradaptasi dan menyesuaikan bahwa daerah kita memang potensi gempa. Sehingga kita harus proaktif mengikuti informasi dari BMKG, dan mudah-mudahan tidak ada lagi gempa yang menyusul dan kita sudah siagakan satuan-satuan tanggap siap di lapangan,” pung­kasnya.

Tetap Waspada

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Provinsi Maluku, Melkianus Sairde­kut meminta masyarakat agar tetap waspada,

kepada wartawan di Baileo Rakyat Karang Panjang merespon gempa bumi yang mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak berat, fasilitas pemerintah dikabarkan juga meng­alami kerusakan.

Menurut, pasca gempa tersebut biasanya diikuti dengan gempa susulan yang masih berpotensi terjadi sehingga upaya mitigasi harus segera dilakukan oleh BPBD kepada masya­rakat yang terdampak parah khusus­nya di Kabupaten Kepulauan Tanim­bar.

Sairdekut pun mendesak peme­rintah daerah untuk segera me­nerapkan tanggap darurat terhadap kondisi yang terjadi di KKT agar penanganan pasca gempa bisa segera dilakukan terhadap warga yang mengalami dampak secafa langsung.(S-25/S-20/S-10)