Gedung Sport Center Unpatti Mulai di Bangun
AMBON, Siwalimanews – Sebentar lagi Universitas Pattimura akan memiliki gedung Sport Center setelah peletakan batu pertama dilakukan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di kompleks Unpatti, Senin (7/10).
“Terima kasih atas pelaksanaan peletakan batu pertama pembangunan sport center ini. Menurut saya selain Papua, Maluku ini juga memiliki bibit alami,” ujar Bahlin dalam sambutannya.
Dia mengaku selain Papua, di Maluku juga ada banyak bibit Atlet yang seharusnya dikelola. Maka itu, pembangunan sport center ini akan didukung dan di support dari sisi anggaran.
“Saya pikir, sudah saatnya Maluku menjadi salah satu wilayah untuk bagaimana mendesain olahraga. Dan Unpatti salah satu diantara sejumlah institusi pendidikan yang harus melakukan itu,” pintanya.
Menurutnya, saat ini belum terlihat olahraga-olahraga seperti tinju. Itu sebenarnya bukan tidak ada, hanya saja tidak dikelola, sehingga saat ini jarang terlihat.
“Tugas kita sekarang adalah mewujudkan mimpi besar para pendiri kita. Saya akan melakukan lobi melalui fraksi Golkar di DPR soal biaya pembangunannya,” janjinya.
Menyangkut nama bangunan tersebut yang awalnya disematkan namanya, Bahlil justru mengusulkan nama gedung sport center yakni nama Rektor Unpatti pertama, Prof. Lestaluhu.
“Dalam rangka untuk mengenang para pendiri kita, saya tadi sudah usulkan harus ada nama tokoh yang jadi inspirasi bagi semua kita. Yaitu Prof. Lestaluhu Sport Center. Tugas kita hanya untuk mewujudkan mimpi para pendiri kita,” ujarnya.
Libatkan Kampus
Di kesempatan itu, Menteri ESDM juga meminta kepada Deputi Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji yang ikut hadir, agar melibatkan akademisi Unpatti dalam proses pelaksanaan Blok Abadi Masela baik penelitian, pendapat maupun konstruksi.
“Proses apapun pakai pikiran Unpatti jangan pakai pikiran Jakarta terus. Karena belum tentu menu Jakarta cocok dengan menu di Ambon. Porsinya bagaimana nanti diatur,” harapnya.
Ia berkeinginan agar SDA yang dikelola di Maluku juga melibatkan pihak tokoh-tokoh terutama kampus di Maluku.
“Kalau ada terjadi perbedaan pikiran, suruh kampus yang bicara. Tapi kampus juga jangan masuk angin. Saya bilang ini karena katong (kita) ini kan baku tahu kartu samua,” ujarnya. (S-25)
Tinggalkan Balasan