AMBON, Siwalimanews – Anggota Komisi III DPRD Kota Ambon Hary Putra Far Far minta Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena, untuk membongkar ruko yang masuk kategori bangunan liar karena dibangun tanpa ijin di pesisir Pantai Desa Rumahtiga.

Kepada Siwalimanews di Baileo Rakyat Belakang Soya, Selasa (4/4) menegaskan, ruko ini harus dibongkar, apalagi, berkaitan dengan pembangunan di Desa Rumahtiga yang tidak mengantongi ijin, dan itu sudah tinjauan langsung oleh jajaran pemkot yang dipimpin Penjabat Walikota sendiri.

“Memang sampai hari ini kita juga belum mendapat laporan soal itu, tetapi sebagai anggota komisi yang bermitra dengan Dinas PUPR, kami juga akan lakukan on the spot ke lokasi. Namun yang pasti, bahwa bangunan ini sudah ada, bahkan ketika dilarang, namun prosesnya pembangunannya terus berjalan, itu berarti, ini tidak ada etika baik dari pemilik bangunan,” cetusnya.

Yang berikut, bahwa sesuai dengan aturan, proyek tersebut diketahui jelas tidak memiliki ijin satupun, seperti IMB dan ijin-ijin lingkungan lainnya. Padahal, itu merupakan ijin prinsip dan wajib untuk dikantongi oleh semua pihak yang berkepentingan untuk mendirikan bangunan, apalagi di pesisir pantai.

“Jangankan membangun baru, menambah atau memperluas saja harus ada ijin. Namun ketika faktanya hari ini bahwa ruko-ruko itu sudah ada, bahkan hampir selesai, maka menurut hemat saya, jangan sampai nanti ini jadi acuan bagi oknum-oknum yang lain dalam proses pembangunan juga, apalagi yang bicara mengenai pembangunan skala besar,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Tiket Malra Tinggi, Pemkab Didesak Gandeng Maskapai Baru

Untuk itu, ini harus jadi contoh bagi yang lain, bahwa segala sesuatu itu harus berdasarkan aturan, maka dengan demikian, harus dibongkar saja, karena ini juga diatur dan dijamin oleh aturan.

“Sekarang kan semua hal yang berkaitan dengan pembangunan ini sudah diatur, dan apabila langkah-langkah konkrit tidak diambil oleh pemerintah kota, maka terkesan dibiarkan juga, ini yang memang sangat disayangkan oleh kami di DPRD, bahwa ini kan proses pembangunan juga skala lumayan besar dan juga bukan untuk rumah tinggal tetapi badan usaha,” tandasnya.

Apalagi, tambah Far Far, kawasan tersebut merupakan kawasan pantai yang masuk sebagai kawasan lindung, artinya tidak diperbolehkan untuk membangun dikawasan tersebut, sehingga harus dibongkar ketimbang harus dijadikan museum tidak berfungsi yang nantinya justru dimanfaatkan untuk yang lain.

“Apalagi yang pertama ini lihat dari fungsinya, itu sebagai lapak berjualan. Kemudian mengenai lokasinya, inikan lokasinya di kawasan pesisir, ini sangat fatal juga karena tidak ada ijin lingkungan. Apa lagi belakangan ini ada peristiwa yang terjadi dimana tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan lingkungan, ditambah itu merupakan kawasan lindung, maka mestinya tidak bisa ditangguhkan lagi harus segera dirobohkan bangunannya,” tegasnya.(S-25)