AMBON, Siwalimanews – Komisi III DPRD Maluku akan melakukan pengawasan di Ha­ruku, sekaligus meninjau lang­sung proyek air bersih yang mangkrak di kecamatan ter­sebut, Kamis (24/6) mendatang.

Kepastian ini disampaikan anggota DPRD Provinsi Maluku, M Fauzan Husni Alkatiri kepada Siwalima usai pertemuan de­ngan mitra dalam rangka pe­ngawasan lanjutan.

“Kamis kita turun di Haruku untuk awasi semua proyek terma­suk air bersih,” ungkap Alkatiri.

Komisi III kata Alkatiri, akan terus mengawasi seluruh kegiatan pembangunan yang menggunakan anggaran rakyat, bukan hanya kegiatan fisik namun juga kegiatan yang bersifat konstruksi.

“Kegiatan yang bersifat meng­gunakan dana rakyat, itu tidak boleh luput dari penga­wasan, memang beberapa kegiatan kita dapatkan dari mitra secara detail, terutama mitra dari Balai Sungai itu sangat koperatif,” ujar Alkatiri.

Baca Juga: Kadishub: Pemilik Kendaraan Parkir Inap, Orang Luar Ambon

Ia mengaku, dalam peng­awasan komisi telah mendapat banyak aduan dari masyarakat dan telah ditindaklanjuti dengan meminta pihak kontraktor menyelesaikannya. Sementara terkait dengan temuan selama pengawasan, itu akan diekspos oleh komisi secara kelemba­gaan, sehingga menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah.

Sedangkan terkait dengan proyek SMI, Alkatiri mengaku, komisi mendapatkan temuan, komisi hanya dapat meminta mitra untuk memperbaiki, sebab pekerjaan masih dalam masa kontrak.

“Kita tidak bisa mengatakan bahwa  ada temuan hukum, sepanjang masih ada masa kontraknya, tetapi dari komisi masih bisa berikan yang namanya rekomendasi yang bersifat teknis perbaikan,” jelasnya.

12,4 Miliar Nyaris Habis

Seperti diberitakan sebelumnya, progres di lapangan tak berbanding lurus dengan 75 persen anggaran yang sudah dicairkan oleh kontraktor pelaksana. Dinas PU Maluku menghindar dan tak mau komentar.

Tahun 2020 lalu, Dinas PU Maluku merancang proyek Air Bersih di Pulau Haruku, yang tersebar di beberapa desa, seperti Kailolo, Pelauw, Rohomoni, Aboru dan Wasu.

Anggaran yang disiapkan pun tak tanggung-tanggung. Seperti dilansir laman www.lpse. malukuprov.go.id, pagu proyek tersebut sebesar Rp. 13 miliar, yang bersumber dari pinjaman PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

PT Kusuma Jaya Abadi Construction, yang beralamat di Jalan Sumber Wuni Indah A-30/34 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur ditetapkan sebagai pemenang lelang, dengan nilai Rp. 12.483.909.041.36.

Jika selesai nantinya, proyek ini diharapkan bisa mengatasi ke­-langkaan air bersih di bebe­rapa desa yang ada di Pulau Haruku.

Sesuai kontrak, seluruh item pekerjaan harus mulai dilaksanakan tanggal 3 Desember 2020 dan ber­akhir pada 31 Desember 2020.

Kontraktornya sendiri sudah diberi uang muka, sebelum kerja sebesar 20 persen. Tak cukup sampai di situ, mereka kemudian diberi tambahan dana sebesar 30 persen, sehingga total menjadi 50 persen. Betul-betul aneh. Sebelum bekerja apa-apa, kontraktor spesial ini sudah diberi modal Rp. Rp. 6,2 miliar.

Bahkan belum lama ini, sang kontraktor juga sudah men­cair­kan termin 75 persen, sebesar Rp. 3.120.997.250.

Sumber Siwalima di Pemprov Maluku mengatakan, pencairan tersebut dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021. “Termin 75 persen baru dicairkan sebelum lebaran, tanggal 17 Mei,” kata sumber yang minta namanya tidak ditulis itu.

Dengan demikian, hingga saat ini tercatat sudah Rp. 9,3 miliar yang digelontorkan Pemprov untuk membiayai proyek mangkrak ini.

Padahal sesuai pantauan lapangan, fisik proyek yang sudah selesai dikerjakan, tidak lebih dari 25 persen.

Detail Kerja

Sesuai kontrak, kontraktor diharuskan mengerjakan dua sumur di Kailolo, dua sumur di Pelau dan dua sumur lainnya di Namaa dan Naira.

Dua lokasi yang sudah ditetapkan sebagai lokasi penggalian sumur di Kailolo terletak di kompleks Sekolah Dasar dan di dekat Kramat.

Dua sumur lain yang digali di Kailolo juga belum selesai dikerjakan dan hanya berbentuk lubang pengeboran yang ditutup karung plastik.

Selain sumur, kontraktor juga diharuskan membangun dua bak penampung yang masing-masing berkapasitas 100M3. Namun hingga kini hanya ada satu bak penampung yang dibangun, itupun masih belum rampung pengerjaannya.

Di Pelauw, titik penggalian sumur ada di belakang kantor Camat Pelauw, dimana kontraktor hanya menggali sumur yang belum selesai dikerjakan. Sedangan dua bak penampung yang berkapasitas 100M3, sama sekali belum dibangun.

Dari pantauan di lapangan, diketahui kegiatan pengerjaan sudah lebih dari satu bulan terhenti. Beberapa warga desa yang ditemui Siwalima Selasa (25/5) mengaku kalau seluruh tukang yang mengerjakan proyek tersebut sudah pulang sebelum bulan puasa lalu.

Hanya Satu Peserta

Dalam dokumen resmi seperti yang tertera di laman www.lpse.maluku prov.go.id, proyek tersebut terdaftar dengan kode tender 14568288.

Tercatat ada delapan perusahaan yang terdaftar sebagai peserta lelang. Mereka adalah, PT Kusuma Jaya Abadi Construction, PT Rubenson Sukses Aabadi, PT Mumrajaya Rimbara Lestari, PT Rafla, CV Karya Mulya Indah, CV Waebake Indah, CV Rizky Illahi Contractor dan PT Prisai Siagatama Sejahtera.

Kendati begitu, hingga tahap kualifikasi pada 25 November 2020, hanya PT Kusuma Jaya Abadi Construction yang diketahui memasuki semua dokumen yang diperlukan untuk pelelangan. Sementara tujuh perusahaan lain, sama sekali tidak memasukan dokumen satupun. (S-50)