NAMLEA, Siwalimanews – Jelang pemilihan kepala daerah serentak 2024,  KPU Buru kini dilanda prahara, diduga ada oknum komisioner  disebut terima angpao (uang hadiah) dari oknum yang disebut-sebut akan maju sebagai calon bupati di daerah itu.

Sampai berita ini dikirim, Ketua KPU Buru, Walid Azis belum dapat ditemui untuk dikonfirmasi langsung, pasalnya, saat berlangsung demo di Kantor KPU Buru, Jumat (17/5), tidak ada satupun komisioner KPU yang masuk kantor, sehingga para pendemo dari mahasiswa Uniqbu tidak dapat bertemu dengan Walid Azis dkk.

Berdemo di Simpang Lima, Kantor KPU dan terakhir di Kejaksaan Negeri Buru, para pendemo juga tidak transparan mengungkap, kandidat bupati siapa yang memberi angpao dan komisioner siapa yang menerimanya.

Salah satu pendemo, Mursalim Sowakil hanya menyebut, kalau prahara transaksi pemberian uang hadiah itu benar telah terjadi dan ada bukti transaksinya.

Prahara bukan hanya satu, sebab dalam demo tadi pagi, mahasiswa yang tergabung di Komunitas Mahasiswa Iqra Kritik (KOMIK) juga berkicau soal kasus dugaan tindak pidana korupsi dana hibah pilkada tahun 2016-2017, telah  lama mengendap di kantor Kejaksaan Negeri Buru, karena diduga jaksa terima suap dari KPU.

Baca Juga: Miliki Senpi, Dua Pemuda Ini Dihukum 4 Tahun Penjara

Tidak hanya itu, dengan lantang, ada beberapa pendemo juga meneriaki dugaan kebocoran anggaran pemilu di KPU Buru di tahun 2024 ini, konon katanya dana pantarlih diduga turut digelapkan.

Pada saat terjadi  demo di depan pintu pagar kantor KPU , Walid Azis dkk dikabarkan masih berada di Hotel Grand Sarah, karena  sedang berlangsung Bintek bagi anggota PPK.

Namun saat hendak dikonfirmasi di Hotel Grand Sarah, Ketua KPU tidak terlihat berada di aula pertemuan bersama empat komisioner lainnya.

Anggota komisioner KPU yang hendak dikonfirmasi memilih diam menanggapi prahara itu. Mereka meminta agar dikonfirmasi langsung dengan Walid Azis yang sedang berada di salah satu kamar hotel.

Kemudian ada staf KPU yang diminta mengabari Walid. Tapi staf itu hanya kembali seorang diri. Walid tetap memilih mengunci diri di dalam kamar hotel dan enggan menemui wartawan .

Wartawan  Siwalimanews lebih jauh melaporkan, prahara pemberian angpao di tubuh KPU Buru itu, pertama kali diciutkan Samsul Sampulawa di salah satu akun facebooknya. Kemudian mulai ramai digunjingkan di media sosial dan group WA.

Dalam kicauannya, Samsul menulis,” ada salah satu oknum komisioner KPU punya bukti transfer uang dari salah satu kandidat, harus di publikasi supaya dia kombo.”

Akibat kicauan itu, Samsul diminta agar membukanya dan dapat membuktikannya, sehingga infonya tidak  hoax.

Karena menyentil kandidat , para netizen ingin Samsul berani menyebutkan nama kandidat itu. Pasalnya dalam bursa pilkada Buru yang tengah berlangsung, hanya lima nama yang telah resmi mendaftar sebagai bakal calon bupati.

Ada Aziz Hentihu (PPP), Muhammad Daniel Rigan (Partai Nasdem), Ikram Umasugi (PKB), Amostofa Besan (Perindo) dan Ahmad Mukaddar (Partai Golkar).

Namun banyak yang meragukan kicauan Samsul itu disasar kepada Ikram Umasugi, sebab anggota DPRD Maluku ini satu partai dengan orang yang pertama kali menciutkan prahara uang hadiah itu.

Lantas siapa yang dimaksud oleh Samsul sebagai pemberi?, semua masih tanda tanya besar, sebab belum mau dibuka oleh Samsul. Beberapa orang dekatnya Aziz Hentihu juga meminta agar dibuka saja dan jangan sampai hoax.

Samsul yang berhasil dihubungi wartawan juga belum mau membuka nama penerima di komisioner KPU maupun nama si pemberi. “Tunggu saatnya,”kata Samsul.

Walau belum mau membuka, banyak kalangan dan juga di kalangan media yang yakin, kalau info dari Samsul ini kemungkinan ada benarnya.

Pasalnya, track record mantan aktivis yang pernah menjadi Ketua DPD IMM Kabupaten Buru ini  bagus di mata publik. Ia dan IMM pernah mengungkap dugaan penyalahgunaan keuangan di Pemkab Buru.

Kemudian mendorong Reskrimsus Polda Maluku turun tangan dan berbuntut dengan ditetapkannya sekda Buru ditersangkakan dan dihukum pidana penjara serta membayar ganti-rugi miliaran rupiah.

Tidak hanya itu, Samsul juga pernah membongkar dugaan hendak dilakukan perbuatan curang di PPK Kecamatan Teluk Kaiely di pilegis lima tahun lampau guna memenangkan salah satu caleg DPRD Buru yang juga adik ipar bupati.

Samsul yang ditanya lebih lanjut pemberian uang hadiah itu, kemudian mulai sedikit bersuara, dengan menyebutkan kalau aliran uang ke oknum komisioner KPU itu bukan baru sekali. Tapi sudah berulang sampai beberapa kali.Masalah ini akan dilaporkan ke pihak yang berwajib.

Ditelanjangi olehnya, kalau aliran angpao ke kantong komisioner KPU itu deras terjadi saat mulai hitung suara hasil pilegis DPRD Buru.

Konon katanya, ada  yang mengertak Pemilihan Suara Ulang (PSU), setelah itu angpao mengalir ke saku oknum di KPU.

Samsul mengaku dirinya beda dengan rekan-rekannya yang lain dalam membongkar prahara pemberian angpao itu. Bila dirinya sudah berani melawan, maka dia akan terus lawan sampai masalah ini tuntas.

Samsul bahkan menyebut pemberian uang hadiah itu juga ikut menyasar kepada oknum di Bawaslu Kabupaten Buru. “Di Bawaslu nilainya Rp.90 juta. Ada salah satu ketua partai menyuruh transfer kepada oknum Bawaslu,”telanjangi Samsul.

Samsul pastikan, infonya A1, dan bukti-bukti transfernya sudah dia lihat langsung. “Dari lima juta, sepuluh juta, 30 juta, 50 juta, 90 juta, sampai 200 juta,” beber Samsul seraya menambahkan kalau uang yang bernilai besar itu dimaksudkan untuk lima komisioner KPU Buru.(S-15)