BULA, Siwalimanews – Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur menggelar dialog penguatan kerukunan umat bera­-gama menyongsong Pemilu 2024.

Dialog tersebut yang berlang­sung di Hotel Mutiara Kota Bula Senin (25/9) digagas oleh forum kerukunan umat beragama SBT.

“Kerukunan intern antar umat beragama adalah pilar utama dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan negara kesatuan Indonesia,” kata bupati dalam sambutan yang dibacakan Wabup Idris Rumalutur.

Untuk itu pemerintah daerah bersama dengan FKUB meng­gagas kegiatan yang bertujuan mempererat antar umat beragama.

Kenapa ini penting agar kita dapat merawat budaya bangsa kita yang selama ini rukun dan damai sehingga terwujudnya pembangunan bangsa dapat berjalan secara maksimal, karena didukung dengan kedamaian dan ketertiban,” tandas bupati.

Baca Juga: 1.334 KPM Terima Bantuan Beras

Bupati mengaku, akhir-akhir ini, muncul berbagai kasus intoleran di berbagai daerah seperti larangan pembangunan rumah ibadah, muncul juga agama yang radikal sehingga berakibat pada saling menghujat, serta saling bertengkar.

“Melalui dialog ini ia berharap penguatan toleransi antar umat beragama terus dipupuk.

“Saya harap agar FKUB dan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk bisa memberikan pemahaman kepada umatnya masing-masing,” pintanya.

Moderasi beragama menurutnya merupakan cara pandang atau  bersikap dan perilaku beragama yang tidak ekstrem ke kanan dan tidak kekurangan ke kiri.

Karena yang seperti inilah yang sudah dianut dan di praktekan oleh sebagian penduduk Indonesia. “Sekali lagi saya berharap agar para pemuka-pemuka agama untuk selalu menyampaikan pesan-pesan agama kepada umatnya dengan pemahaman agama yang moderat,” tandasnya.

Hal ini lanjutnya dipandang penting karena kemajuan teknologi informasi dan globalisasi telah menciptakan realitas baru, baik positif maupun negatif dan mendistribusi sebagian aspek kehidupan, termasuk kehidupan beragama.

Di akhir sambutan, bupati mengingatkan saat ini proses transmisi faham keagamaan dari berbagai penjuru berlangsung dengan cepat tanpa filter yang di samping membawa manfaat.

“Ini juga berpotensi merusak faham keagamaan moderat yang selama ini menjadi praktik sosial dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara,” ujarnya. (S-27)