AMBON, Siwalimanews – Plt Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu diminta mencari solusi terkait cairan cuci darah yang kosong di rumah sakit tersebut. Kendati rumah sakit tersebut melayani pasien Covid-19, tetapi bukan berarti pe­layanan umum diabaikan.

Wakil Ketua DPRD Maluku, Aziz Sangkala mengatakan, pihak RSUD Haulussy harus bergerak cepat me­nyediakan cairan cuci darah, agar pasien gagal ginjal yang harus men­cuci darah setiap minggu bisa ter­layani.

“Kita berharap pihak rumah sakit segera cari solusi, agar segera ter­sedia  kebutuhan masyarakat untuk cuci darah,” tegas Sangkala saat di­wawancarai Siwalima, Sabtu (8/8).

Ia menjelaskan, pihaknya akan ber­koordinasi dengan Direktur RSUD Haulussy menanyakan soal keluhan pasein cuci darah tersebut.

“Saol adanya keluhan pasien itu nanti kita akan koordinasikan de­ngan pihak RSUD Halussy,” kata­nya.

Baca Juga: Pangdam Tinjau Keramba Ikan Milik SUPM

Dikatakan, saat ini kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan pemenuhan pelayanan bagi pasien non Covid-19 tetap tinggi, sehingga pi­hak rumah sakit harus memper­hatikan semua hal dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Apalagi, kata Sangkala, masya­rakat yang mengidam penyakit kronis seperti penyakit gagal ginjal harus secara rutin melakukan proses cuci darah, sehingga pasien tersebut tidak bisa menunggu lama, dan perlu mendapatkan pelayanan segera.

Karena itu, Sangkala mendesak dan berharap pihak RSUD segera mencari solusi atas persoalan yang sementara dihadapi oleh pasien yang akan melakukan cuci darah, agar dapat kembali tersedia apa yang menjadi kebutuhan masyarakat secara khusus untuk cuci darah.

Politisi PKS Maluku ini meng­ingat­kan, semua rumah sakit yanga ada di Maluku untuk tetap mem­berikan pelayanan yang masksimal dan optimal bagi masyarakat, wa­laupun ditengah pandemi Covid-19  yang sementara terjadi di Maluku ini.

Sementara itu, Plt Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu ketika dikonfirmasi Siwalimaberulang kali melalui telepon selulernya, pada Jumat, Sabtu hingga Minggu namun tidak ada respon. Begitu juga ketika Siwalima ke kantornya, oleh pe­gawai RSUD Haulussy menyampai­kan, direktur sementara keluar daerah.

Diberitakan sebelumnya, pasien cuci darah di RSUD Hau­lussy Ambon mengeluh, sudah hampir se­minggu, cairan cuci darah habis. buntutnya, pasien harus pesan sendiri cairan dari luar Provinsi Maluku. Beruntung bagi yang miliki uang, tetapi yang tidak ada?, tentu hanya menunggu nasib saja.

Mirisnya lagi, pesanan cairan cuci darah dari disributor di luar Maluku seperti di Makassar dan Surabaya tidak melayani pesanan pribadi, tetapi haruslah pihak rumah sakit yang sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan penyediaan paket peralatan cuci darah.

Pesanannya juga tidak bisa dilakukan per item, harus per paket seperti, cairan, jarum dan dializer.

Salah satu pasein cuci darah mengeluh, amburadulnya kinerja managemen RSUD Haulussy.

Kata dia, setelah stok cairan di RSUD Haulussy habis atau kosong, mestinya pihak rumah sakit ber­upaya memesan cairan secepatnya.

“Ini kan fatal, kok cairan tidak ada. Waktu pasien mau cuci darah, cairan tidak ada. Pasien berupaya sendiri, setelah pasien berupaya cairan di­pesan, cairan datang ke rumah sakit untuk cuci darah. Peralatan jarum tidak ada. Ini orang bisa meninggal.” kesalnya.

Akibat tidak ada cairan, katanya, ada pasien gagal ginjal yang harus cuci darah meninggal dunia. Pihak RSUD Haulussy harusnya merespon hal ini dengan cepat.

Sementara itu, informasi yang diperoleh Siwalima, stok cairan cuci darah habis/kosong di RSUD Hau­lussy diakibatkan, pihak RSUD Haulussy belum membayarkan tung­ga­kan 6 bulan pesanan paket cuci darah di salah satu distributor di Makassar.

“Kalau pesanan itu dari Makassar atau Surabaya. Tetapi untuk wilayah Ambon pesannya dari Makassar. Dan setahu saya, sekitar 6 bulan RSUD Haulussy belum membayar tunggakan paket cuci darah, alhasil­nya ketika ada permintaan tentu saja belum bisa dipenuhi, karena tungga­kan itu harus dilunasi dulu,” katanya.

Kata sumber ini, ketika pihak distributor meminta untuk membayar tunggakan, namun oleh pihak rumah sakit kurang merespon dengan baik.

Sumber yang enggan namanya dikorankan kepada Siwalima, Kamis (6/8) menyebutkan, terjadinya keko­songan cairan cuci darah ini bukan baru pertama kali, hampir setiap tahun. Fatalnya kondisinya ini terjadi bulan Desember dan Januari.

“Bulan yang rawan yang terjadi kekosongan itu bulan Desember dan Januari. Dan kali ini bulan Agustus. Yang hampir terjadi setiap tahun itu cairan tidak ada. Dan selain cairan juga jarum. Kali ini jarum baru pertama kali tidak ada,”ungkapnya.

Sumber ini meminta, ada perhatian serius dari manajemen RSUD Hau­lussy untuk memperhatikan masalah tunggakan pembayaran, karena itu berdampak langsung pada pasien yang harus cuci darah.

Sementara itu, Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu yang dikon­firmasi Siwalimai terkait masalah ini di rumah sakit  namun tidak berada di tempat. Oleh beberapa pegawai katakan direktur lagi keluar daerah. Dan ketika dihubungi melalui tele­pon selulernya beberapa kali, tetapi tidak direspon.(Cr-2).AMBON, Siwalimanewws – Plt Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu diminta mencari solusi terkait cairan cuci darah yang kosong di rumah sakit tersebut. Kendati rumah sakit tersebut melayani pasien Covid-19, tetapi bukan berarti pe­layanan umum diabaikan.

Wakil Ketua DPRD Maluku, Aziz Sangkala mengatakan, pihak RSUD Haulussy harus bergerak cepat me­nyediakan cairan cuci darah, agar pasien gagal ginjal yang harus men­cuci darah setiap minggu bisa ter­layani.

“Kita berharap pihak rumah sakit segera cari solusi, agar segera ter­sedia  kebutuhan masyarakat untuk cuci darah,” tegas Sangkala saat di­wawancarai Siwalima, Sabtu (8/8).

Ia menjelaskan, pihaknya akan ber­koordinasi dengan Direktur RSUD Haulussy menanyakan soal keluhan pasein cuci darah tersebut.

“Saol adanya keluhan pasien itu nanti kita akan koordinasikan de­ngan pihak RSUD Halussy,” kata­nya.

Dikatakan, saat ini kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan pemenuhan pelayanan bagi pasien non Covid-19 tetap tinggi, sehingga pi­hak rumah sakit harus memper­hatikan semua hal dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Apalagi, kata Sangkala, masya­rakat yang mengidam penyakit kronis seperti penyakit gagal ginjal harus secara rutin melakukan proses cuci darah, sehingga pasien tersebut tidak bisa menunggu lama, dan perlu mendapatkan pelayanan segera.

Karena itu, Sangkala mendesak dan berharap pihak RSUD segera mencari solusi atas persoalan yang sementara dihadapi oleh pasien yang akan melakukan cuci darah, agar dapat kembali tersedia apa yang menjadi kebutuhan masyarakat secara khusus untuk cuci darah.

Politisi PKS Maluku ini meng­ingat­kan, semua rumah sakit yanga ada di Maluku untuk tetap mem­berikan pelayanan yang masksimal dan optimal bagi masyarakat, wa­laupun ditengah pandemi Covid-19  yang sementara terjadi di Maluku ini.

Sementara itu, Plt Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu ketika dikonfirmasi Siwalimaberulang kali melalui telepon selulernya, pada Jumat, Sabtu hingga Minggu namun tidak ada respon. Begitu juga ketika Siwalima ke kantornya, oleh pe­gawai RSUD Haulussy menyampai­kan, direktur sementara keluar daerah.

Diberitakan sebelumnya, pasien cuci darah di RSUD Haulussy Ambon mengeluh, sudah hampir se­minggu, cairan cuci darah habis. buntutnya, pasien harus pesan sendiri cairan dari luar Provinsi Maluku. Beruntung bagi yang miliki uang, tetapi yang tidak ada?, tentu hanya menunggu nasib saja.

Mirisnya lagi, pesanan cairan cuci darah dari disributor di luar Maluku seperti di Makassar dan Surabaya tidak melayani pesanan pribadi, tetapi haruslah pihak rumah sakit yang sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan penyediaan paket peralatan cuci darah.

Pesanannya juga tidak bisa dilakukan per item, harus per paket seperti, cairan, jarum dan dializer.

Salah satu pasein cuci darah mengeluh, amburadulnya kinerja managemen RSUD Haulussy.

Kata dia, setelah stok cairan di RSUD Haulussy habis atau kosong, mestinya pihak rumah sakit ber­upaya memesan cairan secepatnya.

“Ini kan fatal, kok cairan tidak ada. Waktu pasien mau cuci darah, cairan tidak ada. Pasien berupaya sendiri, setelah pasien berupaya cairan di­pesan, cairan datang ke rumah sakit untuk cuci darah. Peralatan jarum tidak ada. Ini orang bisa meninggal.” kesalnya.

Akibat tidak ada cairan, katanya, ada pasien gagal ginjal yang harus cuci darah meninggal dunia. Pihak RSUD Haulussy harusnya merespon hal ini dengan cepat.

Sementara itu, informasi yang diperoleh Siwalima, stok cairan cuci darah habis/kosong di RSUD Hau­lussy diakibatkan, pihak RSUD Haulussy belum membayarkan tung­ga­kan 6 bulan pesanan paket cuci darah di salah satu distributor di Makassar.

“Kalau pesanan itu dari Makassar atau Surabaya. Tetapi untuk wilayah Ambon pesannya dari Makassar. Dan setahu saya, sekitar 6 bulan RSUD Haulussy belum membayar tunggakan paket cuci darah, alhasil­nya ketika ada permintaan tentu saja belum bisa dipenuhi, karena tungga­kan itu harus dilunasi dulu,” katanya.

Kata sumber ini, ketika pihak distributor meminta untuk membayar tunggakan, namun oleh pihak rumah sakit kurang merespon dengan baik.

Sumber yang enggan namanya dikorankan kepada Siwalima, Kamis (6/8) menyebutkan, terjadinya keko­songan cairan cuci darah ini bukan baru pertama kali, hampir setiap tahun. Fatalnya kondisinya ini terjadi bulan Desember dan Januari.

“Bulan yang rawan yang terjadi kekosongan itu bulan Desember dan Januari. Dan kali ini bulan Agustus. Yang hampir terjadi setiap tahun itu cairan tidak ada. Dan selain cairan juga jarum. Kali ini jarum baru pertama kali tidak ada,”ungkapnya.

Sumber ini meminta, ada perhatian serius dari manajemen RSUD Hau­lussy untuk memperhatikan masalah tunggakan pembayaran, karena itu berdampak langsung pada pasien yang harus cuci darah.

Sementara itu, Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu yang dikon­firmasi Siwalimai terkait masalah ini di rumah sakit  namun tidak berada di tempat. Oleh beberapa pegawai katakan direktur lagi keluar daerah. Dan ketika dihubungi melalui tele­pon selulernya beberapa kali, tetapi tidak direspon.(Cr-2).