AMBON, Siwalimanews – Dipastikan, Rabu 28 Juni, Uskup Amboina Mgr Seno Ngutra akan mentahbiskan Gereja Katolik Santo Petrus Saparua.

Sementara peresmian Gereja Katolik Santo Petrus Saparua akan dilakukan oleh Penjabat Bupati Maluku Tengah, Muhamat Mara­sabessy.

Ketua Panitia Peresmian Gereja Katolik Santo Petrus Saparua, Saswati Matakena ketika dikonfir­masi Siwalima, Senin (26/6) me­ngaku persiapan pentahbisan dan peresmian sudah capai 95 persen.

“Persiapan sampai sekarang sudah 95 persen dan pembangunan gedung gereja bersama pastoran sudah selesai dan akan ditahbiskan oleh bapak Uskup Amboina Mgr Seno Ngutra,” terang Saswati.

Dijelaskan dalam peresmian nanti ratusan umat akan datang dari Ambon yang melibatkan 8 paroki di Kota Ambon dan umat katedral sebagai tuan rumah.

Baca Juga: Pengelolaan Gunung Botak Wajib Perhatikan Masyarakat Adat

Pastisipasi dalam peresmian gereja ini juga datang dari basudara Protestan dan Muslim yang ada di Kota Saparua.

“Bahkan kedatangan Yang Mulia Uskup Amboina Mgr Seno Ngutra di Pelabuhan kulur dilakukan oleh basudara Muslim serta Ketua Majelis Latupati Saparua yang juga Raja Tuhaha Yance Sasabone dan para latupati,” terang Saswati.

Kehadiran basudara dari Protestan dan Muslim menurutnya menunjukan bahwa kerukunan umat beragama di Kota Saparua dan sekitarnya berjalan dengan baik.

Untuk diketahui  perkembangan gereja Katolik di Kepulauan Saparua dapat dijejaki hingga masa awal masuknya Gereja Katolik di Nusantara.

Tonggak awal masuknya Gereja Katolik di Nusantara dimulai dari sejak pembaptisan pertama di Ternate kepada orang-orang Mamuya tahun 1534 oleh Pastor Simon Fas.

Empat tahun setelah Pembaptisan itu atau tahun 1538, agama Katolik telah tersebar di Kepulauan Ambon dan sekitarnya. Tahun 1946 saat Santo Fransiskus Xaverius tiba di Ambon.

Selain melakukan kunjungan pelayanan di wilayah-wilayah di Kota Ambon sempat mengunjungi wilayah Nusa Laut dan dalam pejalanan pulang perahu yang ditumpangi melewati Tanjung Selatan dari pulau Saparua yang pada posisi ini terdapat Kampung Ulat yang ketika itu didiami oleh orang-orang Alifuru.

Santo Frasnsiskus Xaverius kemudian bertekad untuk mendiri­kan rumah pusat misi di Ambon. Dan ia meminta kepada rekan-rekan seteraketnya untuk harus bersedia datang bermisi di Maluku.

Surat Santo Fransiskus Xaverius kemudian menulis surat tanggal 10 Mei 1546 dan ditujukan kepada rekan-rekan setarekatnya di Eropa.

Dalam surat ini pual Santo Fransiskus Xaverius meyakikan te­man-teman setarekatnya yang mung­kin dipandang tidak cakap sekalipun pasti di Ambon kemam­puan yang ada jauh lebih cukup untuk menjawab kebutuhan di wilayah Maluku.

Harapan Santo Fransiskus Xave­rius diwujutkan dengan hadirnya Pastor Riberu, SJ yang tiba di Ambon tahun 1547. Pastor Riberu kemudian berkarya di Pulau Ambon dan pulau-pulau sekitaranya sehingga Ia berhasil meningkatkan jumlah orang-orang yang dibaptis menjadi Kristen.

Pada tanggal 23 Agustus 1549 Pastor Riberu meninggal karena diracuni melalui makanan. Setelah Pastor Riberu, datang pula para Iman dari serikat Yesus yang hingga tahun 1605 tercatat 52 Misionaris yang bertugas di Maluku dan Maluku Utara. Di Maluku, umat Katolik tersebar di wilayah Pulau Ambon, Buru, Seram, Nusa Laut dan juga Saparua. (S-09)