AMBON, Siwalimanews – Dipastikan sebanyak 13.413 calon sidi baru Gereja Protestan Maluku akan ditahbiskan pada Minggu, (24/3) besok.

Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta Elifas Maspaitella menjelaskan. peneguhan anggota sidi gereja merupakan puncak Pendidikan Formal Gereja (PFG) di Gereja Protestan Maluku, dan menjadi bagian dari ritual pokok gereja, selain baptisan kudus dan sakramen perjamuan kudus.

Peneguhan sidi kata Maspaitella merupakan tanda kedewasaan iman, sebagai buah dari proses PFG yang ditempuh sejak anak berusia 0-15 tahun pada wadah sekolah minggu/Tunas Pekabaran Injil dan dilanjutkan ke katekhisasi, sebagai jenjang PFG lanjutan.

Wujud kedewasaan iman itu, lanjut Maspaitella, ditandai dengan pengakuan iman calon sidi gereja secara langsung di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya di dalam ibadah/kebaktian Jemaat.

“Peneguhan seguhan sidi merupakan suatu ibadah akta yang di dalamnya setiap calon sidi gereja mengaku iman secara pribadi, dan diteguhkan oleh pelayan khusus dalam hal ini pendeta sebagai pelayan peneguhan itu,” ujar Maspaitella kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Sabtu (23/3).

Baca Juga: Ini Lima Anggota KPU Maluku Terpilih Periode 2024-2029

Tahun ini, kata Maspaitella, peneguhan sidi gereja dilaksanakan di setiap jemaat GPM bertepatan dengan puncak tujuh Minggu perayaan Minggu Sengsara Yesus Kristus.

Menurutnya, dari data yang ada terdapat 13.413 calon sidi baru yang akan diteguhkan di 770 Jemaat GPM, atau pada 34 Klasis yang ada di Maluku dan Maluku Utara.

Maspaitella menegaskan, calon sidi gereja yang diteguhkan telah menempuh pendidikan katekhisasi di jemaat masing-masing dan menjalani proses pembinaan khusus dalam malam pembenahan diri di setiap jemaat.

Maspaitella berharap calon sidi baru yang akan ditahbiskan dapat mewarisi segala pengajaran iman gereja dan lebih siap menghadapi tantangan iman yang nyata, sambil terus berjuang melalui pendidikan sehingga menjadi warga GPM yang bertanggung jawab serta berkomitmen untuk melaksanakan misi damai sejahtera Allah di tengah dunia.

Apalagi, dinamika dunia hari ini di tengah derasnya disrupsi teknologi memerlukan warga gereja yang kapabel dalam sisi IPTEKS, tetapi juga berdiri kokoh di atas dasar iman dan spiritualitas Kristen sebagai pedoman etika dalam berperilaku dan berjuang ke masa depan.

“Jadikan firman Allah sebagai tuntunan, dan doa serta ibadah harus menjadi pangkalan hidup untuk pergi keluar dan memberitakan firman dengan tidak ada rasa takut,” pungkas Maspaitella.(S-20)