AMBON, Siwalimanews – Banjir bandang menerjang Haruku, Kabupaten Maluku Tengah Sabtu (30/7) pernuh penanganan dan mendapat tindakan strategis.

Musibah itu mengakibatkan ratusan rumah warga terendam, dua rumah hanyut. Banjir juga merendam sekolah taman kanak-kanak.

Sekertaris Komisi III DPRD Maluku, Ayu Hindun Hasanusi kepada Siwalima, Sabtu (6/8) mengaku pihaknya segera turun ke lapangan meninjauh kerusakan akibat bencana alam tersebut baik di Kabupaten SBB maupun di Maluku Tengah.

“Saya tegaskan khusus bencana banjir di Haruku perlu diambil tin­dakan sesuai dengan kajian sebab luapan dua sungai yang terjadi be­berapa waktu lalu membutuhkan penanganan serius dari Balai Wila­yah Sungai (BWS) Maluku,” kata Ayu.

Dijelaskan, berdasarkan penje­lasan BWS dan Balai Pelaksana Jalan Nasional dan Dinas PUPR Maluku telah dilakukan penanganan baik akses jalan, jembatan maupun sungai.

Baca Juga: Mitan Langka, DPRD akan Panggil Disperindag

“Memang mitra sudah sampaikan bahwa telah dilakukan penanganan tapi kami harus melihat langsung,” ujar Hasanusi.

Dari sebelas kabupaten kota di Maluku, sesuai perhitungan tingkat kerusakan infrastruktur ternyata Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah paling mendo­minasi.

Sementara kerusakan untuk Kota Ambon, ia mengaku komisi akan melihat langsung semua titik ben­cana dan dicarikan solusi apakah melalui APBD atau melalui APBN.

“Nantinya semua hasil tinjauan lapangan akan disampaikan lang­sung kepada Komisi V DPR agar dapat diintervensi melalui APBN baik perubahan 2022 ataupun murni tahun 2023 yang akan dibahas dalam waktu dekat,” janjinya.

Wai Ira & Wai Memi Ngamuk

Diberitakan sebelumnya, curah hujan yang tinggi di sebagian besar wilayah Maluku Tengah, mengaki­batkan, dua sungai yang melintasi Negeri Haruku, Wai Ira dan Wai Memi meluap hebat.

Amukan dua sungai itu Sabtu (30/7) sekitar pukul 03.00 dini hari, diakibatkan curah hujan tinggi yang terus melanda wilayah Maluku Tengah.

Luapan dua sungai itu diperparah dengan banyak material berat se­perti pohon kayu hingga bebatuan yang ikut terbawa dan kemudian mener­jang rumah warga.

Tiga buah rumah warga hanyut ditelan banjir, 150 lainnya tergenang dan tak bisa ditempati sementara, 50 diantaranya rusak berat.

Menurut Camat Pulau Haruku, Khalid Latuconsina, banjir itu diakibatkan meluapnya air meliwati tanggul pengaman sungai Wai Ira setinggi empat meter.

“Rumah yang terendam sebanyak 150 unit terdiri dari 100 rusak ringan, 50 rusak berat dan jumlah warga yang sementara mengungsi seba­nyak 750 orang. Baik ada di rumah warga lain atau mengungsi di kantor desa,” kata Latuconsina sebagai­mana kepada Siwalima.

Tak hanya rumah warga, sejumlah infrastruktur seperti jalan dan jembatan hingga talud pantai juga ikut rusak.

“Satu buah jembatan rusak berat, jalan raya dan talud pantai kurang lebih 100 meter serta 1 unit bangu­nan TK rusak berat,” terangnya.

Ditambahkan Latuconsina, pe­tugas masih terus melakukan penda­taan dan mengidentifikasi kerugian dari dampak banjir di lokasi.

“Saat ini tidak ada korban jiwa dan air banjir di Haruku sudah surut,” ujarnya.

Latuconsina memastikan saat ini kondisi Negeri Haruku sudah kem­bali normal dan banyak warga yang sudah kembali ke rumah masing-masing.

“Saat kejadian warga memang meninggalkan rumah mereka. Namun sampai dengan sore kemarin, air sudah mulai surut. Sehingga tidak adanya titik pengungsian akibat bencana Sabtu kemarin itu,” ujar­nya.

Menyinggung soal kerusakan material dari banjir itu, Latuconsina menjelaskan, data yang dimiliki pihaknya masih sementara.

Dia merincikan sesuai data se­men­tara yang diperoleh dari Pemerintah Negeri Haruku, 50 unit rumah rusak berat, 100 rumah lainnya rusak ringan dan 3 unit rumah dilaporkan hilang terbawa banjir.

“Data yang kami peroleh saat ini sifatnya sementara sesuai laporan Pemerintah Negeri Haruku. Jadi yang tergolong rusak berat ada sekitar 50 unit rumah, 100 lainnya mengalami rusak ringan serta 3 unit rumah dilaporkan hilang,” rincinya.

Selain itu, lanjut Latuconsina, talud penahan ombak sepanjang 100 meter juga roboh.

“Sedangkan untuk fasilitas umum berupa satu unit bangunan sekolah TK di Negeri Haruku juga mengalami rusak berat,” jelas dia.

Kirim Bantuan

Terpisah, Kepala BPBD Malteng, Latief Key menegaskan, pihaknya sudah mendapat laporan dan sejak Sabtu kemarin telah bersiap menuju lokasi.

“Sejak kemarin tim awal telah bergegas ke Haruku dan hari ini tim lainnya dengan bantuan logistik sudah bergerak ke lokasi,” ujarnya kepada Siwalima, Minggu (31/7).

Terkait kerusakan rumah warga, Latif mengaku tim perlu melakukan pendataan untuk mengetahui jumlah pastinya.

“Betul ada rumah yang rusak tapi untuk memastikan jumlahnya itu harus ada tim yang analisa kategori kerusakannya bagaimana, jadi nanti di cek dulu biar kita tahu jenis keru­sakannya bagaimana,” ungkapnya.

Aboru dan Rohomoni

Bukan hanya Negeri Haruku yang dilanda banjir dan tanah longsor, tapi Negeri Aboru dan Rohmoni di Pulau Haruku, juga mengalami hal serupa.

Kejadian itu diakibatkan hujan dan angin kencang melanda Pulau Ha­ruku, sejak Jumat (29/7) malam hing­ga Sabtu  (30/7) siang.

Kapolsek Haruku, Iptu Julkisno Kaisupy menyatakan hujan deras membuat debit air meningkat dan melampaui tanggul penahan sungai, hingga masuk ke rumah warga di Negeri Rohomoni.

Bahkan jembatan di Sungai Ka­mi­nyan Wae ikut rusak dan pohon tum­bang juga terjadi di jalan dari Negeri Rohomoni menuju Negeri Haruku.

“Kita mendata di Negeri Roho­moni ada sekitar 60 rumah warga terendam banjir,” ujar Kapolsek pada wartawan, Sabtu (30/7) malam.

Sedangkan untuk di Negeri Abo­ru, sungainya juga meluap cukup deras.

Sehingga jembatan yang berada di dalam kampung mengalami rusak dan satu unit rumah juga rusak berat.

“Saat ini tindakan yang kita ambil membantu masyarakat untuk mem­bersihkan material banjir dan long­sor di tiga negeri di Kecamatan Pu­lau Haruku,” pungkasnya.

Namun demikian, Kapolsek memastikan tidak ada korban jiwa dalam bencana alam ini.

“Situasi sementara aman terken­dali dan anggota Polsek bersama BPBD Malteng dan masyarakat masih bahu membahu bersihkan material banjir dan longsor,” tandasnya. (S-20)