MASOHI, Siwalimanews – Minyak kayu putih sudah bukan merupakan produk asing bagi masyarakat Maluku, bahkan saat ini ditengah pandemi, masyarakat mulai beramai-ramai memanfaatkannya karena diklaim mampu menangkal dan membunuh virus corona.

Bahkan informasi ini tersebar luas di media sosial disebutkan, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 mempercayai bahwa mereka dapat sembuh bila menggunakan minyak kayu putih, baik diteteskan pada masker yang digunakan, berkumur, bahkan meminumnya bersama air hangat.

Namun, apakah benar minyak kayu putih mampu mencegah bahkan mengobati Covid-19, atau tidak, menurut dokter Alice Melissa Simaela,  minyak kayu putih belum sepenuhnya teruji secara klinis menyembuhkan Covid 19, sebagaimana yang telah menjadi konsumsi masyarakat ramai di Maluku.

“Minyak ini berasal dari hasil destilasi uap ranting dan daun tanaman kayu putih atau melaleuca leucadendra. Terdapat beberapa komponen aktif pada minyak kayu putih, salah satu kandungan yang paling banyak ialah 1,8-cineole (eucalyptol),” ucapnya.

“Melalui beberapa penelitian dijelaskan cara kerja eucalyptol yang paling baik ialah, bila masuk dalam jumlah yang cukup pada saluran pernapasan. Komponen aktif ini akan bekerja pada permukaan saluran napas sebagai mukolitik (pengencer dahak) dan anti radang yang membantu menekan proses infeksi sehingga dapat meringankan gejala infeksi pernapasan seperti batuk dan hidung tersumbat,” tambahnya.

Dokter yang bertugas di Puskemas Perawatan Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah ini menjelaskan, efek minyak kayu putih terhadap virus corona memang sedang dalam tahap penelitian.

Dimana hasil sementara menunjukkan bahwa eucalyptol dapat menekan kemampuan virus Corona dalam memperbanyak diri, serta mencegah menempelnya virus pada permukaan sel tubuh manusia.

“Namun, hingga saat ini penelitian yang dilakukan masih menggunakan metode docking atau simulasi komputer. Hal ini berarti efektifitasnya terhadap manusia belum terbukti, sebab belum ada uji klinis yang valid untuk membuktikan, bahwa minyak kayu putih mampu mencegah apalagi mengobati Covid-19,” jelasnya.

Minyak kayu putih kata Simaela, hanya akan efektif bila bekerja pada saluran napas dalam jumlah yang cukup. Artinya, cara pemakaian dengan ditetes pada masker, dikumur atau diminum tidak akan memberikan manfaat pada tubuh, tetapi justru dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya.

Menghirup minyak kayu putih secara berlebihan, akan menyebabkan iritasi, sampai gangguan pernapasan pada pengguna yang memiliki riwayat alergi atau asma. Bila tertelan minyak kayu putih sebanyak 3 mili liter, maka akan timbul efek keracunan seperti rasa terbakar pada mulut, keringat berlebihan, jantung berdebar, timbul nyeri perut, muntah hingga kejang.

“Untuk itu saya berharap kepada masyarakat agar informasi ini dapat mengedukasi agar tidak mengunakan minyak kayu putih secara sembarangan, apalagi rutin mengkonsumsinya,” ucapnya.

Penggunaan minyak kayu putih lanjut Simaela, harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pemakainya. Perlu diingat juga, bahwa minyak kayu putih hanya membantu melegakan keluhan saluran napas yang diderita dan bukan mencegah bahkan menyembuhkan Covid-19.

Cara pemakaian yang tepat dan aman adalah, dengan mengoleskan minyak ke permukaan kulit, agar kandungan eucalyptol yang terhirup dalam jumlah yang tidak berlebihan.

“Segera hentikan pemakaian dan periksakan diri anda ke dokter bila timbul efek samping. Mari gunakanlah minyak kayu putih dengan bijak dan benar serta penting untuk tetap menerapkan protokol kesehatan,” himbaunya. (S-36)