Alat PCR Rusak, Ahli Unpatti Ternyata tak Dipakai di BTKL-PP
AMBON, Siwalimanews – Puluhan swab spesimen milik pasien dalam pengawasan (PDP) dan terkonfirmasi positif Covid-19 terpaksa dikirim ke laboratorium Balitbang Kementerian Kesehatan, gara-gara alat polymerase chain reaction (PCR) di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Ambon rusak.
Alat itu baru dioperasikan awal bulan April lalu. Baru seumur jagung sudah mengalami kerusakan. Tak jelas kerusakannya. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Meikyal Pontoh yang dikonfirmasi wartawan, Sabtu (2/5) di kantor gubernur tak bisa menjelaskan detail. “Memang ada gangguan, lalu tim sementara perbaiki,” ujarnya.
Ditanya bagian yang mengalami kerusakan, Pontoh mengaku tidak tahu. “Kalau itu beta seng tahu,” ujarnya lagi.
Pontoh mengatakan, Dinas Kesehatan sudah berkoordinasi dengan Balai POM untuk menggunakan alat PCR milik Balai POM. “Kita sudah koordinasi dengan Balai POM, untuk pemeriksaan swab kedepan,” tandasnya.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Kasrul Selang yang dikonfirmasi juga tak tahu soal kerusakan alat PCR itu. “Itu sudah lebih teknis saya tidak tahu,” ujar Kasrul, saat dikonfirmasi wartawan, Senin (4/5) di Kantor Gubernur Maluku.
Baca Juga: PSBB Belum Rampung Dibahas, PSBR DiperpanjangKasrul mengatakan, gugus tugas telah berkoordinasi dengan Balai POM Ambon untuk pemeriksaan swab pasien.
“Sekarang kita sudah gabung jurus dengan Balai POM Ambon,” ujarnya lagi.
Ditanya soal tenaga ahli Unpatti yang diminta gubernur untuk ditempatkan di BTKL-PP Ambon, namun tidak dipakai, Kasrul mengatakan, mereka masih perlu pelatihan lagi.
Ia mengakui tenaga ahli di BTKL-PP masih kurang. Namun kata dia, yang direkomendasikan dari Unpatti harus ikut pelatihan lagi. Ditanya solusi untuk menutupi kekurangan tenaga ahli di BTKL-PP, Kasrul tak menjawab.
Ahli Unpatti tak Dipakai
Tiga ahli dari Fakultas MIPA Unpatti yang direkomendasikan untuk analisa swab spesimen pasien terpapar Covid-19 melalui metode PCR di BTKL-PP Ambon ternyata tak dipakai.
Padahal rekomendasi ketiga ahli itu disampaikan berdasarkan permintaan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Mereka adalah Synodalia Ch. Wattimena, Cecilia A Seumahu dan Roni Kunda.
Sumber di BTKL-PP Ambon mengaku, sampai saat ini tidak ada ahli dari Unpatti yang dilibatkan untuk analisa PCR spesimen pasien. “Tidak ada ahli Unpatti di sini, yang bekerja hanya tenaga yang ada saja,” ujarnya kepada Siwalima, Sabtu (2/5).
Sumber itu mengakui, alat yang dipakai untuk analisa swab spesimen pasien mengalami kerusakan. “Sudah beberapa hari ini rusak, makannya swab pasien dikirim ke lab Jakarta, nanti konfirmasi ke gugus tugas saja ya,” ujarnya.
Dekan MIPA Unpatti, Pieter Kakisina yang dikonfirmasi mengatakan, rekomendasi ahli sudah disampaikan ke Pemprov Maluku, namun kalau tidak dipakai ia tidak bisa berkomentar.
“Iya sudah direkomendasi ke pemprov, tetapi kalau tidak dipakai, saya tidak bisa bilang apa-apa,” ujarnya singkat, saat dihubungi melalui telepon selulernya, Minggu (3/5).
Harus Pakai Ahli
Peneliti Unpatti, Yustinus Male mengatakan, kerusakan alat PCR di BTKL-PP Ambon harus menjadi pelajaran gagi gugus tugas. Mestinya tenaga ahli yang mengoperasikan alat itu. apalagi jika tidak ada provider, karena setiap saat eskalasi alat itu berubah.
“Memang harus dioperasikan oleh tenaga ahli yang sudah terbiasa dengan alat PCR,” kata Male kepada Siwalima, melalui telepon selulernya, Sabtu (2/5).
Male mempertanyakan SDM yang ada di BTKL-PP Ambon, apakah sebelum menggunakan alat tersebut dilakukan tranning atau belum. Jika belum, maka akan sangat berdampak kepada proses pengoperasian alat PCR itu, apalagi tidak didampingi oleh ahli.
Male yang juga Ketua Jurusan Kimia ini mengatakan, tenaga ahli dari Fakultas MIPA sudah disiapkan sesuai permintaan pemerintah daerah, namun sampai saat ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah daerah.
“Unpatti sudah siap dengan tenaga dari MIPA tetapi tidak ada tindaklanjut,” jelasnya.
Soal kerusakan alat PCR, menurut Male, jika suatu alat PCR didatangkan biasanya ada asistensi dari provider, kalau tidak maka alat itu akan rusak jika tidak ada petunjuk penggunaan dari provider atau ahli yang terbiasa menggunakan alat tersebut.
“Biasanya ada provider atau ahli yang pegang,” ujarnya.
Lanjut Male, setiap alat PCR memiliki spesifikasi kondisi masing-masing. Misalnya ada keharusan alat itu sebelum digunakan dirunning atau dipanaskan dulu. Kemudian kondisi kestabilan arus listrik.
“Intinya harus ada persiapan instrumen sebelum digunakan,” tuturnya.
Namun menurut Male, ada dua penyebab yang paling utama, sehingga alat PCR mengalami kerusakan, yaitu pertama, kegagalan pengoperasian instrumen dari yang menggunakan alat itu. Misalnya terkait arus yang lemah atau tidak stabil, karena tidak menggunakan stabilizer.
“Ini belum jelas apakah alat itu baru atau seken, kalau baru yang menggunakan itu harus dilatih. Sebaliknya jika bekas, waktu alat itu datang kondisi operasi mestinya ditanyakan beroperasi dikuat arus berapa, pemanasnya harus berapa lama,” paparnya.
Kedua, kelebihan beban kerja dari alat PCR. Setiap alat PCR memiliki kemampuan dalam bekerja, apalagi kalau alat tersebut hanya ada satu unit. Ini akan memaksa alat bekerja untuk membaca sekian banyak sampel dari pasien yang diduga terpapar Covid-19. Karena itu sangat penting mengetahui kondisinya setelah analisis beberapa sampel kemudian beberapa jam alatnya harus didinginkan atau diistirahatkan.
“Saya tidak tahu berapa jumlahnya, tetapi kalau satu berarti kelebihan beban,” ujar Male.
Ia meminta pemerintah daerah untuk secepatnya membeli alat PCR, dan harus lebih dari satu, ditambah alat reagennya agar tidak menjadi masalah yang berkepanjangan.
“Karena ini vital maka alat itu harus lebih dari dua agar tidak kelebihan beban, masalahnya ratusan orang ditracking, kalau alatnya onn dalam dua minggu sudah pasti putus, sehingga pemerintah harus prioritaskan,” tandasnya.
Siapkan Ahli
Seperti diberitakan, Unpatti Ambon telah menyiapkan ahli yang akan menganalisis spesimen pasien terpapar Covid-19 di Maluku melalui PCR.
Sekitar tiga ahli yang disiapkan. Mereka akan membantu memperkuat SDM di BTKL-PP Ambon.
“Kita dukung apapun langkah yang diambil pemda dalam hal ini gugus tugas untuk menangkal dan memutus mata rantai penyebaran covid termasuk menyiapkan tenaga yang siap pakai,” kata Rektor Unpatti, M.J Saptenno kepada Siwalima, melalui telepon selulernya, Sabtu (11/4).
Saptenno mengaku, dirinya telah menyurati Gubernur Maluku Murad Ismail perihal kesanggupan Unpatti untuk menyediakan tenaga ahli sebagaimana yang dimintakan oleh gugus tugas.
“Kita sudah menyurati ke pak Gubernur, ada tiga ahli dari Unpatti yang siap membantu,” ujarnya.
Lebih lanjut Saptenno mengatakan, surat tersebut telah dikirim minggu lalu, dan saat ini Unpatti hanya menunggu arahan dari pemerintah daerah dan gugus tugas terkait dengan kapan waktunya tenaga ahli itu akan dipakai di BTKL-PP.
Selain itu, Unpatti juga telah menyiapkan 60 orang relawan untuk membantu pemda dan gugus tugas tangani Covid-19. “Kita sudah punya relawan dari Fakultas Kedokteran, sudah 60 orang semuanya tergantung pak Gubernur minta apapun kita akan bantu, kita sudah sampaikan informasi itu ke pak gub,” tuturnya. (Mg-4/S-39)
Tinggalkan Balasan