Air Bersih SMI Haruku Tak Kunjung Beres
Janji Pengawasan Dewan Hanya Pemanis Bibir
AMBON, Siwalimanews – Tak ada kemajuan di proyek mangkrak itu. Hanya janji manis DPRD yang diobral kepada rakyat soal pengawasan.
Proyek air bersih di Pulau Haruku yang dibiayai APBD 2020 hasil pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur, belum juga tuntas. Padahal, ambang batas waktu pengerjaan proyek, sudah ditetapkan Dinas PUPR Maluku pada tanggal 30 Juni ini.
Pantauan Siwalima di lokasi proyek pengeboran air yang tersebar di beberapa Negeri Pelauw dan Negeri Kailolo, Sabtu (26/6), tidak menunjukkan progres pengerjaan apapun setelah ditinggalkan kontraktor sejak bulan Mei lalu.
Keenam sumur itu tersebar masing-masing, satu sumur di samping kantor Camat Pulau Haruku, satu sumur berada di seputaran puskesmas Pulau Haruku, satu sumur berada di Lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Koilolo, satu sumur berada di dalam perkebunan miliki keluarga Muna Tuanani warga Kailolo, satu sumur di Dusun Namaa terletak di halaman rumah keluarga Din Angkotasan dan satu lainya berada di Dusun Naira, Negeri Pelauw.
Untuk sumur yang berada di Dusun Namaa dan Dusun Naira, sudah selesai dikerjakan dan siap digunakan. Hal itu dibuktikan dengan permukaan dua sumur itu ditutup rapat menggunakan plat besi. Namun begitu, tidak terpasang peralatan lain di sana, seperti mesin pompa, maupun pipa jaringan sebagaimana mestinya.
Baca Juga: Jaksa Didesak Segera Lelang Aset ToisutaWalaupun kondisi tanah pada sumur yang berada di Dusun Namaa telah mengalami ambles sedalam satu meter lebih.
Untuk dua bak penampungan air bersih sendiri berada tepat pada bukit keramat Negeri Kailolo dan satu bak penampungan air lagi di Negeri Pelauw tepat di pinggir jalan menuju petuanan Negeri Pelauw, terlihat pengerjaannya baru dilanjutkan. Kelanjutan pengeraan dua bak penampungan air bersih di Pulau Haruku ini pun dibenarkan Sekretaris Kecamatan Pulau Haruku, Ali Latuconsina.
Kepada Siwalima di ruang kerjanya, Latuconsina mengatakan, bak itu baru dikerjakan sekitar dua pekan lalu. “Dua minggu lalu beta coba tinjau lokasi, memang dong sudah mulai kerja bak penampungan air,” ungkap Latuconsina.
Kendati demikian, Latuconsina tidak tahu pasti apa pengerjaan lanjutan setelah kedua bak penampungan air tersebut selesai dikerjakan.
“Beta jua belum tau apakah nanti setelah bak penampungan air bersih selesai lalu dilanjutkan dengan infrastruktur sumur bor yang ada,” ujar Latuconsina.
Di lokasi sumur, memang tidak ada peralatan pengeboran dan infrastruktur lain seperti pipa dan sebagainya. “Beta seng tahu karena dilapangkan peralatan pengeboran sudah diangkut sejak Mei lalu, mungkin pengeboran selesai tinggal dipasang pipa tapi pipa juga seng ada di lapangan. Seluruh pipa dalam jumlah terbatas, yang nantinya digunakan pada proyek tersebut, bahkan dibiarkan berserakan di lokasi Madrasah Tsanawiyah.
Karenanya Latuconsina meminta keseriusan kontraktor yang mengerjakan saran dan prasarana air bersih tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya, karena sangat penting bagi masyarakat.
“Kita minta kontraktor juga untuk serius selesaikan proyek ini karen masyarakat sangat membutuhkan air bersih ini,” tegasnya.
Dibenarkan Tukang
Halek, pekerja bak penampung air atau reservoir yang berada di bukit keramat Negeri Kailolo mengatakan, pengerjaan bak penampung tersebut baru dimulai kembali sejak dua minggu lalu. “Ini baru katong kerja lanjut ini su dua minggu ini,” ungkap Halek kepada Siwalima.
Dia membenarkan seluruh pekerjaan proyek sudah dihentikan sejak Mei lalu. Disamping itu, belum ada perintah dari kontraktor untuk melanjutkan pekerjaan.
“Sebenarnya kalau mau iko batul ini bak su abis, tapi katong kerja ini iko parenta dari kontraktor kalau dong suruh stop katong stop kalau lanjut katong lanjut,” ungkap Halek.
Bahkan dirinya tidak mengetahui kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut sebab sampai dengan kelanjutan proyek air bersih ini pun kontraktor yang berada di Jawa Timur ini tak pernah terlihat batang hidungnya di lokasi proyek.
“Kalau kontraktor katong seng kenal karena dong jua seng ada ini, cuma pengawasan saja yang datang,” jelasnya.
Halek menjelaskan proyek baik penampung air bersih yang sementara dikerjakan telah berada pada tahap finishing dan dalam beberapa hari kedepan dapat selesai. “Ini su tinggal cat saja ini,” tegasnya.
Ketika hendak dikonfirmasi lebih lanjut, Halek enggan memberikan keterangan lebih lanjut dan menyarankan untuk langsung menanyakan kepada pengawas. “Katong Cuma orang kerja, jadi katong seng tahu coba tanya di pengawas saja,” cetusnya.
Namun setelah ditunggu beberapa menit, pengawas proyek pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Pulau Haruku ini tak kunjung datang.
Selanjutnya, Sardi Tuankotta kepala tukang pada pengerjaan bak penampungan air bersih yang berada di Negeri Pelauw kepada Siwalima juga mengakui jika pengerjaan bak penampungan tersebut baru dimulai sejak dua Minggu terakhir.
“Ini baru katong karja dua Minggu lalu,” ungkap Sardi.
Ketika hendak dikonfirmasi lanjut, Sardi enggan untuk memberikan penjelasan dengan alasan jika dirinya hanya pekerja dan tidak tahu apapun terkait dengan pengerjaan proyek ini.
“Katong kurang tahu karena katong cuma kerja saja ini,” ujarnya.
Sardi pung menegaskan jika dirinya tidak bisa memastikan jika pengerjaan proyek tersebut dapat selesai sebelum 30 Juli sesuai dengan batas waktu pengerjaan proyek yang ditetapkan oleh Dinas PUPR Maluku. “Ini baru Katong mulai kerja seng tahu kata bisa abis sebelum akhir bulan seng,” tegasnya.
Ditelatarkan
Dihubungi terpisah, Muna Tuanani pemilik lahan tempat sumur bor di Desa Kailolo, membenarkan kalau pengerjaan pengeboran air di kebun miliknya, telah dilakukan beberapa bulan. Kendati demikian, proyek yang tidak selesai dikerjakan itu ditinggalkan begitu saja oleh kontraktor sejak bulan Mei lalu.
“Ini dong bor dari beberapa bulan lalu dan sudah ditinggalkan su lama ini,” ungkap Muna.
Sebelum meninggalkan lokasi proyek, lanjut Muna, pihak kontraktor mengaku kalau pekerjaan lanjutan nanti dikerjakan oleh kontraktor lain.
Tapi hingga kini belum satu pun kontraktor ataupun tukang yang datang untuk melanjutkan perjalanan seperti dijanjikan. Selain itu, pipa yang sebelumnya ada di lokasi pengeboran, telah dipindahkan ke lokasi sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Koilolo.
“Sebelum dong mau pigi itu, dong bilang nanti kontraktor lain yang datang tapi sampai saat ini dong seng datang padahal dong su taru pipa disini tapi dong angkat semua ulang,” bebernya.
Muna pung langsung menyarankan agar terkait dengan pengerjaan air bersih ini ditanyakan langsung ke Duma, salah satu warga Kailolo yang selalu mendampingi kontraktor saat bekerja. “Coba tanya di bapak Duma karena dia yang selalu antar kontraktor,” ujar Muna.
Dirinya berharap agar pengerjaan proyek air bersih ini dapat segera dilanjutkan karena sangat penting bagi masyarakat yang ada di Kailolo. “Katong berharap air bersih ini dilanjutkan supaya katong seng turun ambil aer di dalam negeri lai,” cetusnya.
Sementara itu Duma warga Negeri Kailolo yang ditemui di kediamannya, enggan berbicara banyak terkait pekerjaan maupun progres proyek yang menghabiskan anggaran Rp12,4 miliar itu. “Seng, beta seng bisa bicara. Coba langsung di PU nanti beta salah bicara lai,” ujar Duma kepada Siwalima.
Sementara itu, Din Angkotan salah satu warga Dusun Namaa Negeri Pelauw kepada Siwalima juga mengaku kalau pengeboran sumur di halaman rumahnya tersebut dilakukan beberapa bulan lalu.
“Ini su lama ini, su dari beberapa bulan lalu,” ungkap Din.
Din sendiri tidak mau memberikan keterangan terkait dengan pengerjaan proyek pengeboran air bersih itu, dengan alasan sebagai masyarakat awam dia tidak mengetahui teknis sebuah proyek.
Namun Din berharap agar proyek tersebut bisa diselesaikan, karena dibutuhkan oleh masyarakat yang ada di Dusun Namaa.
Disesalkan
Melihat progres pengerjaan proyek pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Pulau Haruku yang terbengkalai, Rian Marasabessy salah satu warga Desa Kailolo meminta kontraktor dan Dinas PUPR untuk serius menyelesaikannya, mengingat air bersih menjadi kebutuhan dasar masyarakat umum.
Dia juga menyesalkan proyek yang dikerjakan dengan dana jumbo itu tak tuntas dikerjakan. Menurutnya, dengan anggaran yang besar, semestinya pekerjaan sudah selesai, apalagi waktu pengerjaan pun sudah begitu lama. “Masa anggaran besar seperti itu pekerjaan belum apa-apa,” ungkap Marasabessy.
Karena itu, Marasabessy pun meminta agar persoalan ini diproses hukum, agar ada efek jera bagi kontraktor yang mengerjakan proyek asal-asalan tersebut. “Kalau bagini proses hukum saja supaya dong kapok,” kesalnya.
Dewan Batal
Komisi III DPRD Provinsi Maluku batal melakukan pengawasan terhadap pengerjaan proyek air bersih yang berada di Pulau Haruku setelah sebelumnya direncanakan akan melakukan pengawasan pada Kamis (24/6) lalu.
Wakil ketua Komisi III DPRD Provinsi Maluku, M Hatta Hehanusa kepada Siwalima, Minggu (27/6) membenarkan kalau pihaknya batal turun ke Haruku, lantaran waktunya tidak memungkinkan.
“Rencananya itu dari Saparua kemarin komisi ke Haruku, tapi belum nanti abis bulan kita turun di pulau Haruku untuk pengawasan,” ujar Hehanusa.
Menurutnya, Komisi III tetap akan melakukan pengawasan terhadap semua proyek yang dibiayai oleh APBN maupun APBD termasuk dana pinjaman SMI.
Sebelumnya Anggota Komisi III DPRD Maluku, M Fauzan Husni Alkatiri sebagaimana dilansir Siwalimanews, mengaku akan segera ke lokasi proyek air bersih di Pulau Haruku.
Ditemui di baileo rakyat, Karang Panjang, Selasa (22/6) lalu, Alkatiri mengaku pihaknya akan terus mengawasi seluruh kegiatan pembangunan yang menggunakan anggaran rakyat, bukan hanya kegiatan fisik namun juga kegiatan yang bersifat konstruksi.
“Kamis kita turun di Haruku untuk awasi semua proyek, termasuk air bersih,” tandasnya.
Perusahaan Pinjaman
Bermodalkan perusahaan pinjaman, proyek pembangunan sarana dan prasarana air bersih Pulau Haruku, dikerjakan oleh makelar proyek yang bernama Fais.
Konon Fais ini adalah orang dekat pejabat yang mengurus dan mengawal seluruh proses di PT SMI.
Fais ini pula yang meminjam PT Kusuma Jaya Abadi Construction, yang beralamat di Jalan Sumber Wuni Indah A-30/34 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, untuk memenuhi persyaratan lelang.
Kontraktornya sendiri sudah diberi uang muka, sebelum kerja sebesar 20 persen. Tak cukup sampai di situ, mereka kemudian diberi tambahan dana sebesar 30 persen, sehingga total menjadi 50 persen. Betul-betul aneh. Belum bekerja apa-apa, kontraktor spesial ini sudah diberi modal Rp6,2 miliar.
Bahkan belum lama ini, sang kontraktor juga sudah mencairkan termin 75 persen, sebesar Rp. 3.120. 997.250.
Sumber Siwalima di Pemprov Maluku mengatakan, pencairan tersebut dilakukan sebelum lebaran. “Termin 75 persen baru dicairkan sebelum lebaran,” kata sumber yang minta namanya tidak ditulis itu.
Dengan demikian, hingga saat ini tercatat sudah Rp 9,3 miliar yang digelontorkan Pemrov untuk membiayai proyek mangkrak ini. Padahal sesuai pantauan lapangan, fisik proyek yang sudah selesai dikerjakan, tidak lebih dari 25 persen.
Menurut sumber Siwalima, Fais sendiri yang turun langsung dan aktif berkomunikasi dengan para pejabat PU. “Seluruh pengurusan dilakukan oleh Fais, mulai dari tender sampai dengan urusan pencairan,” ujar sumber yang meminta namanya tidak ditulis ini.
Masih kata sumber itu, dalam untuk memperlancar prosesnya, Fais selalu membawa-bawa nama pejabat Badan Pemeriksa Keuangan. “Dia selalu membawa nama pejabat BPK, termasuk dalam proses pencairan,” tambah sumber tadi.
Fais sendiri sangat tertutup dan tak menjawab panggilan telepon maupun pesan singkat yang dikirim padanya. Padahal awalnya Fais berkomunikasi dengan Siwalima, namun saat mengetahui hendak dikonfrontir soal air bersih di Pulau Haruku, Fais tak pernah menjawab lagi panggilan dan pesan singkat yang dikirim.
Sadly, petugas lapangan PT Kusuma Jaya Abadi Construction, mengakui adanya perintah atasan untuk tidak menceriterakan soal pekerjaan dan pencairan anggaran 75 persen, sekalipun pekerjaan belum selesai. “Kalau itu saya tidak memiliki kewenangan menjawab karena itu instruksi dari atasan saya,” ujar Sadly saat dikonfirmasi Siwalima, Senin (31/5) melalui telepon selulernya. (S-50)
Tinggalkan Balasan