Masa dewasa ini disebut sebagai masa digital. Sistem digitalisasi telah merebak di seluruh dunia termasuk di bumi kita Indonesia tercinta. Penggu­naan hand phone merajalela secara luar biasa. Pemakaian media komunikasi tidak  lagi menggu­nakan handphone yang hanya dapat dipakai untuk menelpon dan mengirim sms saja (Hp Jadul / Jaman dulu). Tetapi handphone dengan menye­diakan berbagai aplikasi termasuk whatsapp, zoom dan tapscanner, dll, yang laku laris manis terjual di pasaran. Kita tidak dapat menghindari derasnya arus modernisasi penggunaan handphone dan semua sistem digitalisasi di jaman modern ini.

Pada berbagai sektor perkantoran baik pemerintah maupun pihak swasta selalu menggunakan sistem digital yang jauh lebih praktis, efisien dan efektif, Arus modernisasi telah membuktikan adanya sebuah sistem yang jauh lebih efektif dan efisien dari segi pemakaian waktu, tenaga dan media serta fasilitas. Penggunaan sistem digitalisasi semakin marak ketika seluruh dunia diserang oleh sebuah virus yang cukup berbahaya yaitu virus Corona. Virus ini sekejap mengubah peradaban manusia seantero dunia hampir sepanjang dua tahun.

Merebaknya virus Corona sangat mempengaruhi sistem pendidikan yang langsung bergerak cepat beralih menggunakan aplikasi pembelajaran secara on-line. Perkantoran menggunakan sistem digitalisasi yang jelas “memangkas”  pembiayaan anggaran dan mempercepat porses pengurusan.

Pemberkasan dan pengurusan administrasi tidak memerlukan proses tatap muka secara langsung. Pertemuan/rapat dapat dilakukan secara jarak jauh lewat media aplikasi zoom, goole meet, dan aplikasi lainnya. Bahkan langsung bermunculan dengan ma­rak­nya webminar dan web-konferensi yang merebak seantero nusantara. Semua hal ini bermuara pada begitu praktisnya media digitalisasi yang merambah secara pelan tetapi pasti “menyentuh” pada seluruh sendi sendi kehidupan kita semua.

Bukan hanya pada aspek pendidikan, dan perkantoran saja. Tetapi meram- bah pada kehidupan para ibu rumah tangga. Termasuk para ibu muda yang tidak pernah lepas dari kehidupan penggunaan handphone sebagai media sosial di jaman modern ini. Tanpa adanya handphone dan media whatsapp akan disebut ketinggalan jaman, sehingga semakin sedikit pemakaian televisi sebagai media pemberi­taan tentang kehidupan para selebriti. Semuanya ini dapat diakses lewat media sosial dari Hp. Begitu mudahnya segala berita dan informasi diakses sehingga kurang menggunakan kaidah moral yang wajar.

Semakin maraknya hal ini akan menambah segala sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi dapat diakses secara mudah, cepat, lugas dan  meluas. Apapun yang terjadi di sekitar kita akan dengan mudah diketahui oleh seluruh penduduk kota, suatu negara bahkan di seluruh pelosok dunia.

Bahkan hal ini tentunya “menerjang’ apa itu yang disebut sebagai batasan privacy. Kadang kadang publik bersikap kurang bijak mencerna mana hal yang masih bersifat pribadi / keluarga. Mana yang bersifat umum dan dapat diakses secara meluas.

Walaupun di satu sisi berkomunikasi melalui hand­phone android memiliki kelebihan khusus yang tentu­nya berbeda fungsi dengan hp biasa. Berkomunikasi lewat video call terasa lebih dekat, akrab, dapat me­ngobati / menghilangkan rasa kerinduan. Karena tentunya mampu bertatap muka secara langsung walau hanya lewat layar tidak secara langsung. Me­ngi­rim pesan melalui whatsapp terasa lebih mende­tail, tidak boros pulsa, walau berulang kali mengirim pesan. Semua fasilitas ini memudahkan sistem komu­nikasi yang ada.

Merujuk dengan judul artikel di atas, penulis mencoba menghubungkan dengan figur yang selalu kita peringati di bulan April, yaitu kelahiran Ibu kita Kartini. Kartini adalah seorang putri bangsawan di abad ke l9 yang lahir di kota kecil (yang terkenal dengan ukirannya) dan terletak di sebelah pantai utara propinsi Jawa Tengah, yaitu kota Jepara. Ketika memasuki masa remaja, Kartini merintis sebuah sekolah khusus untuk anak anak gadis Jawa dari golongan bawah untuk mengecap pendidikan layaknya anak laki laki. Di jaman itu, anak perempuan diperlakukan sebagai kaum yang termarginalkan. Ketika memasuki masa remaja, anak perempuan dikurung kemudian dipersiapkan dengan ketrampilan didapur / domestik untuk menjadi seorang ibu rumah tangga kelak ketika mereka menikah.

Nasib anak perempuan sangat jauh berbanding terbalik jika dibandingkan dengan nasib anak laki laki pada umumnya. Kondisi inilah yang mendesak Kartini untuk berbuat sesuatu bagi kaumnya. Dia berjuang supaya anak perempuan dapat menge­nyam pendidikan, paling tidak pada tingkat dasar pendidikan setara SD kelas 4 sampai 6. Waktu itu anak perempuan hanya cukup dapat membaca dan menulis saja. Suatu ketrampilan berkomunikasi sekaligus berbahasa yang paling minim atau mendasar sekali. Hal ini betul betul sangat memprihatinkan.

Apa yang telah ibu kita Kartini lakukan sangatlah penting dan bersifat mendasar bagi titik balik dan perkembangan pendidikan anak anak perempuan di Indonesia pada umumnya, dan di pulau Jawa pada khususnya. Bahkan ketika beliau di persunting oleh seorang Bupati sebagai istri kedua, beliau tetap menjalankan kegiatan ini sebagai salah satu persyaratan proses lamaran yang ada. Sayangnya, ketika beliau melahirkan anak pertama, beliau wafat pada usia yang masih begitu muda. Kartini boleh pergi meninggalkan kita selamanya, tetapi karya dan perjuangannya tak pernah pudar lekang oleh berjalannya waktu.

Lalu bagaimana dengan kartini kartini di jaman modern ini ?  Apakah yang sudah mereka kerjakan bagi kehidupan anak anak mereka ?

Figur Kartini bukan lagi sebagai perintis hak hak anak perempuan di jaman dulu, tetapi figur Kartini di jaman digital ini bergeser banyak menjadi sosok figur yang berbeda. Sebuah figur para perempuan yang bekerja pada berbagai jenis profesi dari para perawat, guru, dokter, bidan, pegawai negri dan swasta, pedagang kecil, polwan, tentara bahkan sopir angkutan umum, gojek dan profesi lainnya.

Semua profesi ini menunjukkan kemajuan cara berpikir dan aktualisasi diri yang sangat positif dari para perempuan muda. Mereka tidak lagi hanya ber­peran sebagai para ibu rumah tangga yang mengurus segala keperluan rumah tangga dari urusan dapur, sampai pada kepentingan  para anak yang masih balita, batita bahkan dari bangku pendidikan  TK, SD bahkan sampai Perguruan Tinggi. Tetapi keba- nyakan dari mereka menjalani hidup dengan berperan ganda. Pe­rannya adalah sebagai para ibu rumah tangga sekaligus sebagai para pekerja/pegawai.

Mereka tidak meninggalkan peran dan tugas seba­gai para ibu rumah tangga tetapi mereka tetap mengerjakan pekerjaan kantor sesuai profesinya masing masing. Bahkan di antara mereka ada yang terpaksa membawa pekerjaan kantor kerumah, dan mengerjakannya di waktu senggang yang ada. Ada yang meram- pungkannya di tengah malam ketika seluruh anggota keluarga sudah tertidur lelap. Selain itu ada yang menyelesaikannya di subuh / dini hari ketika sebagian orang masih nyenyak mendengkur.

Semua hal ini adalah fakta sekaligus ritme kehi­dupan para perempuan muda, kartini kartini di jaman modern ini. Mereka tidak banyak mengeluh, tetapi menjalaninya secara iklas, melayani dan mengabdi bagi kepentingan suatu keluarga. Peran ganda banyak dimulai dari awal abad ke 2l ketika kehidupan ekonomi semakin sulit.

Karena mereka tidak dapat hanya mengharapkan penghasilan dari para suami sebagai kepala rumah tangga. Tetapi para istri harus menopang dengan penghasilan tambahan untuk menutupi semua kebutuhan rumah tangga mereka.

Peran ganda bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Mereka melakukannya dari subuh sampai jauh di tengah malam, ketika semua orang sudah ba­nyak tertidur pulas. Kartini kartini muda di masa digital bekerja keras, membanting tulang untuk men­cukupi kebutuhan seluruh keluarga. Bahkan di antara mereka ada sebagian kecil yang sudah berstatus se­bagai single parent entah karena perceraian atau disebabkan oleh suami mereka yang sudah meninggal.

Kartini kartini muda ini tetap berkomunikasi lewat media sosial. Mereka tidak ketinggalan jaman. Di sela sela waktu yang ada mereka masih secara aktif menyempatkan waktu untuk berkomunikasi lewat media sosial, baik whatsapp, twitter, inbox, messanger dll. Karena bagi mereka media sosial bukan hanya sekedar alat / media untuk berkomunikasi tetapi menjadi suatu kebutuhan yang cukup penting berperan  di jaman digital ini.

Era digitalisasi ditandai dengan merambahnya pemakaian hand phone bukan hanya sebagai media komunikasi tetapi juga sebagai suatu gaya hidup atau trend suatu jaman modern. Bahkan terdapat sebuah slogan yaitu : Hari gini kalau tidak bermed sos dengn hp android, capek deh !!! Media sosial bukan lagi sebagai suatu trend tetapi juga merupakan suatu kebutuhan sekunder atau tertier di era digital ini. Bahkan lebih jauh sebagai suatu jati diri / gengsi pribadi.                                                                                       Hal ini terbukti dari melonjaknya kebutuhan akan permintaan handphone android yang memiliki berbagai aplikasi. Berbagai jenis merk handphone buatan dalam maupu luar negri dengan penawaran pembayaran tunai atau kredit ditawarkan selalu. Bahkan gejolak bisnis sangat mudah dimulai dengan membuka gerai toko handphone daripada barang barang lainnya.                                                                                                   Tentunya para kartini muda selalu mengikuti perubahan bentuk dan jenis handphone. Mengikuti perkembangan bentuk dan jenis terbaru sebagai  kebutuhan aktualisasi diri. Semakin dapat memakai bentuk dan jenis handphone keluaran terbaru berarti semakin nampak keren dan trendy. Apalagi jika para ibu muda ini melakukan bisnis kecil kecilan dengan media aplikasi. Karena pemasaran lewat media sosial dapat menjangkau semua lapisan terutama para kawula muda. Ketika menggunakan aplikasi media sosial dijamin pemasaran lebih meningkat.                                 Jadi apakah para kartini muda betul betul eksis di jaman digital ini ?                                                                                                                                                                                                                           4

Apakah mereka benar benar berperan dalam mengerjakan peran mereka sebagai ibu rumah tangga ataupun peran sebagai ibu tunggal bagi anak dan rumah tangga mereka. Biarlah setiap kita yang membaca artikel sederhana ini dapat menjawabnya sesuai dengan hati nurani kita masing masing. Semoga !!!!                                  Berikut terdapat sederet peribahasa bijak tentang arti hidup ini !!!!

Apa Arti Hidup !!!!

Hidup adalah tantangan –hadapilah.                                                                       Hidup adalah keindahan—kagumilah.                                                                                                                Hidup adalah tragedi—tangisilah.

Hidup adalah tugas—tekunilah.                                                                                  Hidup adalah impian—wujudkanlah.                                                                                                                Hidup adalah perlombaan——menangkanlah.

Hidup adalah janji—penuhilah.                                                            Hidup adalah teka teki—jawablah.                                                                                              Hidup adalah perjalanan—tempuhlah.                                                                                                                          Hidup adalah anugerah—syukurilah.                                                                                                                      Hidup adalah kenyataan –telanlah.

Hidup adalah kegembiraan—berbagilah.                                                   Hidup adalah petualangan-lakonilah.                                                                                                              Hidup adalah kesempatan—manfaatkanlah.                                                                                                         Hidup adalah pemberian—hargailah.                                 Hidup adalah cinta—terimalah dan berilah.

Hidup adalah perjuangan—tuntaskanlah.                                            Hidup adalah penderitaan-tanggunglah.                                                                                        Hidup adalah dambaa raihlah.                                                                Hidup adalah…………………..

Oleh: Debora Harsono Loppies S.Pd. M.Pd. (Alumni Univ. Negri Malang dan Univ. Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogya).