9 dari 10 Anak Kurang Serat, Gangguan Pencernaan Mengintai
Anak perlu nutrisi lengkap untuk menopang tumbuh kembang yang maksimal, seperti karbohidrat, protein, serat, lemak, dan juga beragam vitamin serta mineral. Namun, riset terbatas yang dilakukan oleh Fatimah A. dkk (2018) justru menemukan 9 dari 10 anak kekurangan asupan serat, yang akhirnya membuat nutrisi tidak seimbang.
Riset yang dilakukan di Jakarta dan melibatkan 103 anak ini mendapati, hampir semua anak tidak mendapat asupan serat yang cukup. Rata-rata anak hanya mendapat asupan serat sebanyak 4,7 gram. Angka ini jauh dari Recommended Dietary Intake (RDI). Kementerian Kesehatan merekomendasikan RDI sebanyak 16 gram untuk anak usia 1-3 tahun.
Kebutuhan serat anak ikut bertambah seiring bertambah usia. Usia 4-6 tahun anak perlu serat sebanyak 22 gram, usia 7-9 tahun sebanyak 26 gram dan anak usia 10-12 tahun sebanyak 30 gram. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, anak-anak perlu dibiasakan untuk mengonsumsi makanan tinggi serat.
“Riset malah menemukan konsumsi protein dan lemak lebih tinggi dari konsumsi serat. Ini mengkhawatirkan. Kasus gastrohepatologi kebanyakan karena kekurangan serat,” kata Frieda Handayani, konsultan gastrohepatologi anak saat temu media dan blogger bersama Bebelac Gold di Almond Zucchini, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Kasus gastrohepatologi sendiri adalah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kesehatan sistem pencernaan. Kekurangan serat disebut menjadi salah satu ‘dalang’ dari gangguan pencernaan yang kerap terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Baca Juga: Tips Menghindari Kesalahan Berulang saat BekerjaRiset ini mungkin terbatas pada satu wilayah. Meski demikian, ini bisa menjadi gambaran asupan serat penduduk Indonesia. Mengutip data Riskesdas 2018, sebanyak 95,5 persen penduduk Indonesia kekurangan konsumsi serat.
Orang tua dinilai menjadi faktor penting yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi serat pada anak. Frieda memberikan beberapa alasan anak kurang konsumsi serat. Pertama, orang tua kurang edukasi mengenai kebutuhan serat anak. Kedua, orang tua tidak terbiasa mengonsumsi bahan pangan mengandung serat. “Waktunya kita ubah mindset, mulai dari orang tuanya,” imbuhnya.
Kurangnya asupan serat pada anak bisa berdampak gangguan pencernaan, mulai dari sembelit hingga kanker kolon. Serat sendiri berfungsi sebagai antiinflamasi atau melindungi sel dari peradangan. Saat asupan serat kurang, sel mudah meradang dan memicu kanker.
Serat bisa diperoleh dari sayur, buah serta kacang-kacangan.
“Saya sarankan, bahan makanan sebaiknya dikukus daripada direbus agar nutrisi tetap ada,” kata Frieda. (*)
Tinggalkan Balasan