Walikota: Generasi Millenial tak Peduli Keadaan Sosial
Dari Pelatihan Konselor Sebaya
AMBON, Siwalimanews – Walikota Ambon Richard Louhenapessy mengaku, generasi milenial merupakan generasi yang miliki kemampuan teknologi yang cukup baik.
Walaupun mereka punya kemempuan teknologi, namun sangat disayangkan, generasi millenial ini cenderung tak peduli dengan keadaan sosial, termasuk budaya ekonomi dan lain sebagainya.
“Mereka cenderung fokus pada sekolah hidup bebas, menginginkan hal-hal yang instan yang tidak menghargai suatu proses kehidupan yang tengah terjadi. Salah satu faktor itu terjadi disebabkan karena penggunaan media sosial yang salah, maka dari itu sangat membutuhkan perhatian khusus,” tandas walikota dalam sambutannya yang dibacakan Asisten III Sekot Ambon, Romeo Soplanit saat membuka pelatihan konselor pusat informasi dan konselor remaja (PIK-R) yang digelar Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Ambon, di Marina Hotel, Kamis (29/8).
Menurutnya, generasi muda saat ini justru banyak terpengaruh pergaulan-pergaulan yang merubah perilaku kehidupan mereka,. Padahal mereka mendapatkan ilmu di sekolah untuk mendorong mereka agar bisa menjadi generasi yang cerdas, bermartabat demi kemajuan bangsa ini.
Oleh sebab itu, solusi untuk merubah pikiran generasi millenial adalah dengan membangun dan menata kembali karakter dan watak generasi, yang berwawasan Pancasila, ber Bhineka Tunggal Ika sehingga yang diharapkan kedepan adalah remaja yang terintegrasi, nasionalis, berkualitas dan bermartabat.
Baca Juga: Lagi, Dua Korban Tewas KM Mina Sejati Ditemukan“Sudah selayaknya remaja di era millenial miliki peran penting untuk dukung berbagai program pemerintah, sebab mereka berikan andil yang besar, terutama dalam mengembangkan program KB,” ujar walikota.
Dikatakan, masalah yang selalu dihadapi generasi muda diantaranya, meningkatnya perkawinan usia dini, tidak berperilaku sehat, dekat dengan seks bebas dan HIV. Yang menjadi masalah utama adalah pendewasaan usia perkawinan, Usia kurang 18 tahun masih tergolong anak-anak, untuk itu BKKBN memberikan batasan pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki, sehingga pemkot telah mengembangkan prorgam reproduksi remaja sekaligus membentuk wadah kegiatan tersebut dengan prinsip pengelolaan untuk remaja yang diberinama pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja.
.Kepala Dinas PPKB Kota Ambon, Welly Patty menambahkan, kegiatan ini dilaksanakan mengingat para remaja saat ini sangat suka dengan internet. Jika dilihat remaja pada dasarnya mereka suka curhat, dengan teman sebaya mereka, entah masalah-masalah pribadi dan masalah yang paling prinsip adalah menyangkut hubungan pertemanan, pacaran dan masalah remaja.
Mereka curhat dengan teman sebaya, karena takut melakukan komunikasi dengan orang tua mereka. Untuk itu, pihaknya menggelar kegiatan ini, agar mereka mengambilnya sebagai hal yang baik dan positif, sebab mereka perlu dilatih untuk konselor bagi teman sebaya mereka.
“Pelatihan ini nanti seputar HIV-AIDS, narkoba kemudian perkawinan dini dan seks bebas yang akan disampaikan dalam materi serta bagaimana seorang konselor bisa buka diri untuk terima semua curhat remaja,” jelasnya.(S-40)
Tinggalkan Balasan