AMBON, Siwalimanews – Umat Katolik di Ambon, Sabtu (25/11) kemarin menggelar perayaan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam sekaligus penutupan tahun Liturgi Gerejani.

Dalam acara tersebut juga dilajukan peragaan Arca Kristus Raja Semesta Alam mengelilingi wilayah Kota Ambon, yang dimulai dari Gereja Katolik Santo Yoseph Paroki Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon.

Acara ini sebelumnya dibuka oleh Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena, didampingi Sekretaris Keuskupan Amboina, Pastor Agus Arbol bersama tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda, dan Badan Saniri Negeri Passo.

Dalam sambutannya Wattimena mengatakan, perayaan ini merupakan perayaan gerejani yang mengingatkan umat beragama tentang janji kedatangan Kristus sang Raja Semesta Alam untuk kedua kalinya.

Dipercaya, bahwa Kristus Raja Semesta Alam membawa pesan kedamaian dan cinta kasih kepada seluruh umat manusia. Dan hal ini menunjukan kedudukan dan posisi gereja yang cinta damai dan memiliki semangat persatuan dan persaudaraan

Baca Juga: Desa Persiapan Masbuar Resmi Dipimpin Leunufna

“Secara sosial, Gereja merupakan institusi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial kemanusiaan. Karena gereja lahir, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan gereja adalah tumpuan manusia yang dipanggil Kristus, untuk menjadi garam dan terang dunia,”ujarnya.

Gereja Paroki Santo Yoseph Passo sebagai wilayah perwakilan Gereja Keuskupan Amboina, dalam persatuan gedung Gereja universal, merupakan sebuah lembaga keagamaan yang lahir dan berkembang dalam kultur masyarakat Maluku. Maka itu, dalam semangat perayaan ini, turut terlibat dalam setiap usaha masyarakat dan Pemerintah Kota Ambon demi mewujudkan kedamaian dan toleransi, serta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di bumi Raja-raja, teristimewa di Kota Ambon.

“Dan sesungguhnya, pesan kasih dalam perayaan ini, bukan saja menjadi tugas Paroki Santo Yoseph Passo, tetapi setiap manusia, teristimewa masyarakat Maluku dan warga Kota Ambon dalam bingkai dan semangat pela gandong, hidup orang basudara yang telah menjadi budaya di Maluku,”katanya.

Sementara itu, Sekretaris Keuskupan Amboina, Pastor Agus Arbol menjelaskan, perarakan Arca Kristus Raja mengelilingi Kota Ambon baru pertama kali dilakukan sejak tahun 2004. Yang mana sebelumnya, hanya dilakukan antar gereja.

“Perarakan Arca Kristus Raja mengelilingi Kota Ambon, tujuannya membangun iman umat Katolik juga Kristen pada umumnya tapi juga memiliki dampak sosial yakni membangun ketahanan dan persaudaraan antara umat Kristen dan non Kristen,” ujarnya.

Untuk orang Katolik dan Kristen pada umumnya, Kristus itu Raja Damai, sehingga untuk menghormati sang Raja Damai, maka masing-masing orang ada damai, cinta kasih yang merajai hatinya, sehingga berbuah pada lingkungan sekitar.

Dengan itu, dalam menghayati Kristus sebagai Raja Semesta Alam, umat Kristen harus meneladani Kristus sebagai Raja.

Yesus sebagai raja, harus dilihat dari hubungannya dengan makna salib. Konsep Raja dimaksudkan lebih mengarah pada melayani, menderita, dan siap untuk berkorban.

“Yesus telah menunjukan contoh pengorbanan sejati kepada manusia, Dia telah memperlihatkan sisi raja yang sesungguhnya, yakni mengorbankan diri demi keselamatan umat manusia. Untuk itu, sebagai umat Kristiani, lepaskan ego diri yang terkadang menjadi hambatan untuk menjadi manusia yang murah hati. Karena dengan ego, menjadikan manusia tidak peduli terhadap sesama dan tidak punya unsur semangat berkorban,”cetusnya.

Diketahui, dalam acara tersebut juga disajikan dengan tarian samrah yang dibawakan remaja Masjid Waiheru, dan tarian Tanimbar oleh puluhan pelajar SD Naskat Passo. (S-25)