AMBON, Siwalimanews – Upaya Pemerintah Kota Ambon untuk merelokasi para pedagang  Pasar Mardika ke Pasar Transit Passo, ditolak.

Kamis (24/6) pagi di Pasar Mardika, ratusan pedagang yang selama ini berjualan di sana, menghadang upaya paksa pemkot merelokasi me­reka, ke Pasar Transit Passo.

Selain pedagang, terlihat pula sejumlah mahasiswa dan juga anggota organisasi ke­mas­yarakatan pemuda yang tak pernah lelah mendampingi pedagang dan gencar mela­ku­kan advokasi terhadap hak-hak mereka.

Massa menolak kedatangan alat berat yang dibawa anggota Satpol PP, serta dikawal aparat kepolisian dan TNI ke Pasar Mardika untuk melanjutkan proses pembongkaran pasar pada pukul 06.30 WIT.

Sempat terjadi adu mulut antara pedagang dengan para petugas. Mereka ngotot tidak mau beranjak dari Pasar Mardika. Alsannya, Pasar Transit Passo, terlalu jauh dan juga tidak strategis.

Baca Juga: Megawati Resmikan Monumen dan Rumah Adat Bung Karno

Bukan hanya itu, mereka juga me­nagih janji Walikota Ambon Richard Louhenapessy, yang akan membe­rikan lokasi eks Taman Victoria untuk dipakai berjualan.

Penolakan mereka berlangsung cukup alot dan memakan waktu 6 jam 28 menit, hingga pukul 12:45 WIT.

Dipukul Mundur

Gabungan pedagang dan maha­siswa ini berhasil memukul mundur pe­tugas dengan alat berat yang akan di­gunakan menggusur lapak peda­gang. Mereka melempar tomat saat alat berat mulai meringsek masuk hingga ke depan jalan dekat pasar ikan.

Dalam aksi tersebut salah satu pedagang meneriaki keresahannya. Menurutnya, kebijakan yang dila­kukan pemerintah sangat tidak berpihak kepada masyarakat. “Retri­busi yang diberikan kami itu menge­nyangkan pemerintah tanpa ada per­hatian yang diberikan oleh pemerintah kepada kami pedagang kecil,” teriak salah satu dari demon­stran.

Aksi demonstrasi ini, pada akhir­nya berhasil memukul mundur Loder sehingga tak dapat melanjutkan pe­nggusuran lapak pedagang di Pasar Mardika Ambon

Salah satu pedagang yang ditemui Siwalima mengatakan, dirinya eng­gan untuk berpisah dari lokasi ter­sebut. Lantaran, lokasi yang baru yakni di Pasar Transit Passo letak­nya tidak strategis bagi mereka.

“Katong pung transportasi, ini kan tinggal di Tahenan  di STAIN. Bayangkan saja Katong harus nai oto berapa kali, baru disana apa ada orang yang belanj di Katong? Kan seng ada,” ungkap Mama Mia salah satu pedagang Pasar Mardika, de­ngan logat Ambon yang kental.

Oleh sebab itu dirinya meminta agar pemerintah dapat memberi lo­kasi strategis untuk dapat berjualan yang tidak jauh dari dalam kota ini.

“Padahal itu Bapak Walikota punya kebijakan to tapi kenapa seng ada sampe sekarang ini? Untuk sementara Katong bajual di tengah jalan saja,” tegasnya.

Tak hanya mama Mia, pedagang lainnya juga menggayakan hal yang sama. Katanya, dia siap direlokasi asalkan lokasi tempat Ia dipindahkan merupakan tempat yang mengun­tungkan baginya. “Katong tetap mau dipindahkan tapi disini atau kalau tidak di taman Victori yang penting aman buat katonglah,” tandas Mamun Tua­nany.

Di waktu yang sama, salah satu anggota HMI Risman Soulissa, juga sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan pemerintah. Oleh sebab itu pihaknya akan tetap membantu para pedagang untuk menuntut keadilan menurutnya.

“Masyarakat akan tetap mela­kukan penolak, kita disini, ada beberapa teman-teman yang sudah ke Disperindag untuk melakukan negosiasi,” ungkap Soulissa.

Tagih Janji

Zubaedah, salah satu pedagang mengaku, mereka saat ini hanya ingin menagih janji yang disam­paikan walikota beberapa waktu lalu, bahwa para pedagang akan dipin­dahkan ke eks Taman Victoria.

“Selagi tidak ada jawaban dari Walikota Ambon, kami akan tetap tidak akan pindah,” teriaknya.

Ratna, pedagang lainnya juga de­ngan suara lantang menuntut per­janjian walikota dengan mereka, bahwa pemkot akan bicarakan de­ngan Gubernur Maluku untuk pe­nggunaan eks Taman Victoria, sehingga sebelum ada pemberita­huan dari walikota, tidak akan ada pembongkaran.

“Jangan Walikota Ambon mulu parlente, atasan saja su bisa par­lente, apalagi bawahan. Walikota punya hak, tetapi katong juga punya kewajiban, lalu mau buang katong dimana,” ujar dia berapi-api.

Para pedagang tidak melarang untuk pembongkaran pasar gedung putih, namun mereka hanya minta diberikan tempat yang layak.

“Jangan karena jadi walikota, lalu mau perintah petugas-petugas da­tang gusur katong. Bajual disini seng graitis, jadi Jang talalu meresahkan kami para pedagang,” ucapnya.

Pedagang lainnya Jemy juga turut memberikan kritik pedas kepada walikota, bahkan ia menilai walikota tidak bertanggungjawab dalam mengakomodir keluhan-keluhan dari para pedagang.

Dari hasil kesepakatan, walikota sudah menjanjikan, bahwa dalam waktu dekat akan bicarakan hal ini dengan Gubernur Maluku terkait lokasi eks Taman Victoria yang nanti akan dipakai pedagang.

“Harus ada lokasi alternatif yang diberikan kepada kami, kalau tidak ada, maka kami tidak akan pindah dari pasar ini,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah dan Himpinan Mahasiswa Muslim juga melakukan kasi yang sama dengan para pedagang.

Bahkan para perwakilan IMM meminta pihak Disperindag hadir di Pasar Mardika untuk audiens bersama pedagang. “Jangan sampai ketika dilakukan audiens, pasar ini sudah digusur, kami tolak untuk datang ke sana,” ucap mereka.

Pada kesmepatan itu, Kasatpol PP Kota Ambon Josias Lopies kepada para pedagang menjelaskan, Kadis Perindag dan Asisten I saat ini sementara menunggu para peda­gang di Balai Kota untuk sama-sama mencari solusi.

“Mari perwakilan datang kesana agar bisa sampaikan keluhan-kelu­han kepada mereka,” ajak Loppies.

Usai mendengar penjelasan Lo­pies perwakilan para pedagang dan OKP sementara melakukan audiensi bersama pihak Disperindag di Balai Kota. (S-51/S-52)