Tingginya Harga Barang Kembali Picu Inflasi di Maluku
AMBON, Siwalimanews – Tingginya harga barang kebutuhan masyarakat kembali menjadi pemicu tingginya angka inflasi bagi Provinsi Maluku.
Badan Pusat Statistik Maluku mencatat Agustus 2024 inflasi Year on Year (y-on-y) Provinsi Maluku sebesar 2,58 persen. dengan IHK sebesar 106,54.
“Inflasi (y-on-y) tertinggi terjadi di Kota Ambon sebesar 3,46 persen dengan IHK sebesar 107,37 dan terendah terjadi di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 1,38 persen dengan IHK sebesar 105,11,” terang Kepala BPS Maluku Maritje Pattiwaellapia, dalam rilis yang diterima Siwalima, Selasa (1/10).
Dijelaskan inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya 10 indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 7,89 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,03 persen.
Kemudian kelompok kesehatan sebesar 6,60 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,63 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,55 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,64 persen, kelompok transportasi sebesar 1,58 persen.
Baca Juga: Harga Barang Tinggi, Pemprov Sebut Inflasi TurunSelanjutnya kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,80 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,71 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,55 persen.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,16 persen,” terang Pattiwaellapia.
Dirincikan komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Agustus 2024, antara lain beras, nasi dengan lauk, emas perhiasan, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, cabai merah, gula pasir, cabai rawit dan lainnya.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain ikan, tomat, daging ayam ras, pisang, bawang merah, bayam, baju, tarif angkutan udara, daun melinjo, pepaya, bir, telepon seluler, labu siam, tepung terigu, keramik, tas sekolah dan lada/merica.
Ekspor Turun, Impor Naik
Sementara itu untuk ekspor Maluku mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik dengan impor yang naik cukup tinggi pada bulan Juli 2024.
“Ekspor Maluku pada Juli 2024 sebesar US$ 0,41 juta, turun sekitar 97,43 persen dibanding Juni 2024. Sedangkan impor bulan Juli 2024 sebesar US$ 68,78 juta atau naik sekitar 19,67 persen dibanding Juni 2024, terang Kepala BPS Maluku Maritje Pattiwaellapia, dalam rilis yang diterima Siwalima, Selasa (1/10).
Dijelaskan secara kumulatif, nilai ekspor Januari s.d Juli 2023 sebesar US$ 33,83 juta atau mengalami penurunan sekitar 26,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
“Ekspor Maluku bulan Juli 2024 berasal dari sektor nonmigas, kata Pattiwaellapia.
Negara tujuan ekspor Maluku pada Juli 2024 lanjutnya menuju negara anggota ASEAN senilai US$ 0,36 juta dan negara Asia lainnya senilai US$ 0,05 juta.
“Ekspor terbesar menuju Thailand senilai US$ 0,21 juta,” tandasnya.
Ditambahkan total nilai ekspor komoditi asal Maluku yang diekspor dari pelabuhan luar Maluku pada Juli 2024 mencapai US$ 5,27 juta atau naik 834,85 persen dibanding Juni 2024.
Secara kumulatif nilai ekspor komoditi asal Maluku yang diekspor melalui pelabuhan luar Maluku Januari s.d Juli 2024 mencapai US$ 17,92 juta atau mengalami penurunan sekitar 40,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Menurutnya impor Maluku bulan Juli 2024 mencapai US$ 68,78 juta atau naik sekitar 19,67 persen dibandingkan impor Juni 2024 (US$ 57,47 juta).
“Negara asal impor Maluku pada Juli 2024 yaitu Singapura, Malaysia dan Tiongkok. Impor terbesar berasal dari Singapura dengan nilai US$ 49,68 juta,” ucapnya. (S-09)
Tinggalkan Balasan