Tambang Ilegal Makan Korban
Empat Pejabat Polres Buru Dicopot
AMBON, Siwalimanes – Ribuan penambang ilegal dibiarkan bercokol di Gunung Nona. Kapolda Maluku, Irjen Royke Lumowa marah besar, karena Kapolres Buru, AKBP Ricky Purnama Kertapati, mengaku tak tahu.
Kapolda memberikan teguran keras kepada Kertapati yang baru setahun menjadi Kapolres Buru itu, menggantikan AKBP Aditya Budi Satrio.
Kapolda pantas marah. Sebab penertiban dan pembersihan penambang ilegal dari tambang Gunung Botak dan sekitarnya menjadi prioritas. Bahkan beberapa kali, kapolda memimpin langsung pembersihan itu.
Setelah Gunung Botak dan Gogorea bersih, ribuan penambang ilegal menduduki tambang Gunung Nona, yang menurut informasi, kandungan emasnya lebih bagus. Anehnya, sama sekali tidak diketahui oleh kapolres.
Amarah kapolda berbuntut pada pencopotan empat pejabat Polres Buru. Mereka yang dicopot masing-masing Kabag Ops Polres Buru AKP Muhammad Bambang Surya. Ia dimutasikan sebagai Kasubbag Pakatkerma Bagkerma Roops Polda Maluku. Jabatan yang ditinggalkan Surya diisi AKP Ruben Menteng Humbang Sihombing yang sebelumnya menjabat Kasi Sidik Dit Polairut Polda Maluku.
Baca Juga: Sebulan Putusan Kasasi Turun, Jaksa Belum Eksekusi NusawakanKemudian Kasat Reskrim AKP Senja Pratama. Ia dimutasikan sebagai Bhayangkara Administrasi Penyelia bidang Subdit 1 Ditreskrimsus Polda Maluku. Penggantinya, AKP Uspril Waler Futwembun, yang sebelumnya menjabat Kasubbag Renmin Ditreskrimsus Polda Maluku.
Selanjutnya, Kasat Intelkam AKP Robby Hehanussa dimutasikan sebagai Bhayangkara Administrasi Penyelia Bidang Subdit 2 Ditintelkam Polda Maluku. Penggantinya, Iptu Sirilus Atajalim, yang sebelumnya menjabat PS Panit 3 Subdit 2 Ditintelkam Polda Maluku.
Berikutnya, Kapolsek Waeapo Ipda Rizki Arif Prabowo dimutasikan sebagai Bhayangkara Administrasi Penyelia Bidang Subdit 1 Ditintelkam Polda Maluku. Posisi yang ditinggalkan diisi oleh Ipda Andi Erwin Poleonro, yang sebelumnya menjabat Kaurren Subbagrenrim Ditreskrimum Polda Maluku.
Mutasi yang dilakukan berdasarkan STR/187/IX/KEP/2019, Jumat 6 September 2019 tentang pemberhentian dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan Polda Maluku.
Kapolda saat dikonfirmasi Siwalima, usai menghadiri syukuran HUT GMP ke-84 di Baileo Oikumene Ambon, Jumat (6/9), membenarkan pencopotan keempat pejabat Polres Buru itu.
Ia menegaskan, pencopotan adalah sanksi berat bagi anak buah yang tidak peka dan membiarkan penambang liar beraktifitas di tambang Gunung Gona.
“Saya tegur di sana pejabat yang lalai, karena tidak peka. Kapolsek saya ganti dan beberapa perwira di sana saya ganti, yang bertanggung jawab untuk itu saya ganti. Polsek, kasat serse, kasat intel, KBO. Itu hukuman dan itu ganjarannya. Itu resikonya,” tandasnya.
Kapolda mengaku, sudah mengirim 15 personil untuk membantu melakukan penertiban areal tambang Gunung Nona.
“Saya bersama dengan pangdam tadi malam sudah koordinasi segera ditertibkan. Saya sudah laporkan ke gubernur juga. Kita setengah mati mempertahankan gunung botak dan sekitarnya tiba-tiba ada di sana. Tim sudah turun kemarin sudah ada 15 orang personil diturunkan,” tegasnya.
Kapolda juga mengaku sudah mendapatkan data tentang penambang ilegal di Gunung Nona, termasuk penggunaan merkuri.
“Saya sudah dapat datanya. Itu tidak boleh dan ditertibkan, karena itu merkuri semua. Merusak sungai. Merusak lingkungan, itu saya konsen jadi kalau ada yang ilegal yang tidak disentuh polisi, saya pasti marah,” tegasnya lagi.
Saat ditanya soal Kapolres Buru, AKBP Ricky Purnama Kertapati yang tidak diberi sanksi, kapolda tak menanggapinya.
“Soal kapolres itu dia akui baru tahu, saya tidak tahu kenapa juga dia baru tahu, yang jelas sudah saya lihat langsung ke lapangan jelas ada. Semua saya beri sanksi. Dari yang paling bawah yang dekat naik ke atas,” tandasnya.
Bercokol
Seperti diberitakan, lebih dari 1000 orang saat ini melakukan aktifitas penambangan tanpa izin di kawasan yang penuh dengan sumber panas dan gas bumi di Gunung Nona, yang terhampar di belakang Desa Metar dan Wapsalit, Kecamatan Lolongcuba, Kabupaten Buru.
Informasi yang diperoleh Siwalima Selasa (3/9) menyebutkan, bahan kimia berbahaya merkuri digunakan untuk mengolah dan memurnikan emas di lokasi tambang Gunung Nona.
Fatalnya lagi, sisa limbah pengolahan emas yang bercampur merkuri ini, dibuang langsung ke Sungai Waehedan yang sumber airnya masuk ke salah satu bendungan di Waeapo.
Bukan hanya limbah bercampur merkuri yang dibuang ke sungai, tapi lumpur-lumpur aktifitas tambang juga dibuang ke sana.
Akibatnya, air Sungai Waehedan menjadi keruh dan kekeruhan air yang bercampur lumpur dan sisa limbah merkuri ini ikut masuk sampai ke saluran irigasi di persawahan di desa-desa terdekat.
“Dikhawatirkan air yang mengairi sawah terkontaminasi merkuri, sehingga berpengaruh pada tanaman padi maupun palawija para petani yang menggunakan air dari saluran irigasi tersebut,” ungkap sumber yang meminta namanya tak dikorankan.
Selain itu, di Gunung Nona ditemukan aktifitas domping sebanyak 10 unit, tembak larut 30 unit, dan ada jug penggalian manual kodok-kodok dan sistim karpet.
“Pengolahan emas metode tromol yang menggunakan merkuri atau air raksa di lokasi tambang Emas Gunung Nona lebih dari 50 unit tromol,” beber sumber tersebut.
Ia menyebutkan, panambang liar di Gunung Nona ada juga dari masyarakat lokal. Namun yang terbanyak berasal dari luar Maluku, yakni Makassar, Bugis, Sultra, Sulut, Tasikmalaya, dan Ternate. “Jumlahnya sudah lebih dari seribuan penambang,” ujarnya.
Ngaku tak Tahu
Kendati berada di wilayah tugasnya, namun anehnya Kapolres Pulau Buru, AKBP Ricky Purnama Kertapati mengaku, tak tahu aktifitas ribuan penambang liar itu.
Ketika dikonfirmasi lewat pesan whatsapp, Rabu siang (4/10), Kertapati balik menanyai wartawan soal kebenaran info itu. “Ini A-1 ? Oke akan saya chek,” balasnya.
Setelah melihat bukti-bukti yang dikirim wartawan, Kertapati kembali menegaskan akan menindak lanjutinya dengan menurunkan bawahannya melakukan pengecekan ke Gunung Nona.
Kapolda Tegur
Pengakuan Kapolres Buru memicu amarah Kapolda, dan menegur keras dirinya.
Kapolda sempat mengumpulkan beberapa stafnya, Kamis (5/9) untuk mengechek kebenaran informasi berita yang dirilis di koran maupun media online. Pasalnya dari bawahannya di Pulau Buru, Kapolda belum pernah menerima laporan langsung perihal aktifitas di Gunung Nona yang semakin menggeliat.
Kapolres yang ditegur karena tak becus melaksanakan tugas, malah menyalahkan wartawan. Ia langsung menginstruksikan perwiranya untuk tidak berkomunikasi dengan wartawan.
“Kapolres Pulau Buru larang perwiranya berkomunikasi dengan wartawan yang bertugas di Namlea,” ujar sumber itu.
Sesalkan Sikap Kapolres
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyesalkan sikap tertutup Kapolres Pulau Buru AKBP Ricky Purnama Kertapati, pasca terungkapnya tambang ilegal di Gunung Nona. Seharusnya, Kapolres paham dan melihat positif fungsi kontrol yang dijalankan oleh pers.
“Ini sama saja menghalangi tugas dari jurnalis, karena tugas jurnalis mendapatkan informasi, menyajikan dalam berita dan mempublis kepada publik dan ini sebagai fungsi kontrol sosial terhadap semua hal, apalagi menyangkut kasus lingkungan ,” tandas Ketua Aji Ambon, Tajudin Buano kepada Siwalima, melalui telepon selulernya, Jumat (6/9).
Tajudin meminta Kapolres Buru terbuka dan tidak menghalangi jurnalis untuk mengakses informasi.
Kapolres Bantah
Kapolres Pulau Buru AKBP Ricky Purnama Kertapati, membantah dirinya melarang anak buahnya menutup komunikasi dengan wartawan, pasca pemberitaan media soal ribuan penambang bercokol di Gunung Nona.
“Itu tidak benar. Komunikasi lancar, dan kita transparan,” tandas Kertapati, saat dihubungi tadi malam, melalui telepon selulernya.
Kertapati mengatakan, pihaknya akan segera turun ke tambang Gunung Nona untuk melakukan penertiban.
“Itu segera ditindaklanjuti. Kami akan turun, saya akan kabar ya, saya saya akan tindak lanjuti,” ujarnya.
(S-27/S-19)
Tinggalkan Balasan