TIAKUR, Siwalimanews – Program tol laut yang merupakan program pemerintah untuk melayani daerah-daereh terluar, terdepan, terpencil dan perbatasan mulai dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Maluku Barat daya yang berbatasan langsung dengan Australia dan Timur Lesta.

Pasalnya, kapal tol laut yang melayani MBD, sejak bulan Februari kemarin hingga saat ini tak lagi masuk ke MBD, entah apa alasannya, sehingga ditakutkan akan terjadi kenaikan harga bahan pokok yang signifikan, sehingga membuat masyarakat resah.

“Kapal tol laut sejak Februari kemarin tak masuk lagi, kami tidak tahu kenapa, yang kami takutkan akan terajdi kenaikan harga bahan pokok yang tinggi sehingga kami tak mampu beli bahan pokok,” ujar warga MBD di Kota Tikaur kepada Siwalimanews, Jumat (2/8).

Sementara itu, salah satu distributor bahan pokok di MBD kepada Siwalimanews juga mengeluhkan program tol laut ini, pasalnya tol laut yang melayani daerah MBD mandek, akibat tidak adanya kapal pengganti. Padahal tujuan program ini untuk melayani masyarakat di daerah perbatasan maupun tertinggal dan salah satunya di wilayah MBD.

“Kapal Kendhaga Nusantara 5 yang dikelola PT Djakarta Lloyd Surabaya yang menang tender ini harus melayani tol laut MBD selama enam kali selama enam bulan. Tetapi baru dua kali melayani di Kabupaten MBD yakni pada bulan Januari dan Februari 2024 kemarin,” tandas sang pengusaha yang enggan namanya dipublikasikan.

Baca Juga: Personel Polres Tual dan Brimob BKO Akhirnya Berdamai

Sesuai informasi yang diperolehnya kata dia, kapal ini mengalami gangguan sehingga sementara doking. Anehnya tidak ada kapal pengganti, disinilah tol laut yang melayani MBD mengalami kendala, sementara saat ini sudah masuk pada bulan Agustus.

“Yang kami pertanyakan itu, kalau namanya tender berarti harus ada persiapan kapal pengganti. Saya sudah koordinasi dengan pihak perusahan, tetapi alasan mereka (pihak perusahan-red) bahwa belum ada kapal pengganti. Tidak bisa begitu dong,” kesalnya.

Alasan yang dipakai pihak perusahaan ini menurutnya, sangat tidak masuk akal, sebab Kabupaten MBD merupakan daerah perbatasan dan terluar yang sangat membutuhkan bahan pokok. Untuk itu hal ini harus menjadi perhatian dari Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Perhubungan Laut.

“Saya juga minta kalau bisa ada penambahan kuota untuk daerah 3T termasuk MBD, sebab kuota ini terlalu terbatas. Pasalnya awal beberapa tahun lalu kuota MBD 75-100 konteiner, tapi kenapa sekarang dikurangi hanya 50 konteiner,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Wonreli Mohamad Yahya, yang dikonfirmasi Siwalimanews melalui telepon selulernya, Jumat (2/8) mengaku, kapal Kendhaga Nusantara 5 yang melayani tol luat di MBD ini sementara doking.

“Saya dapat info kapal lagi doking. Jadi masih menunggu kapal pengganti, cuma sampai kapan itus aya belum dapat infonya,” ungkap Yahya.

Sementara itu, Kepala Operasional PT Djakarta Lloyd Surabaya Asep Heryadi yang dikonfirmasi Siwalimanews melalui telepon selulernya, Jumat (2/8) membenarkan kalau kapal tersebut sementara doking pada 13 Juli kemarin, dan kemungkinan nanti kapal itu berada di doking kurang lebih 45 hari.

“Untuk kapal pengganti yang terdaftar dalam kontrak kami itu juga sedang mengalami kerusakan pada cranenya dan untuk indent sparepartnya cukup lama, jika kami paksakan jadi kapal pengganti untuk layani MBD akan susah, sebab MBD tidak miliki crane darat, sehingga tidak dapat dipakai,” jelas Asep.

Pihak perusahaan juga kata Asep, telah berusaha untuk mencari alternatif kapal lain. Namun saat sudah sepakat untuk beroperasi diawal bulan juli kemarin, kapal yang sudah disepakati menggantikan kapal yang doking tersebut mengalami musibah tenggelam di akhir bulan kemarin.

“Saat ini kami sedang berusaha mencarikan kapal alternatif lain untuk tetap melayani rute ke MBD, Insya Allah dalam bulan ini,” ucap Asep.(S-28)